25

3.3K 386 12
                                    

Kayla membanting kan tubuh di kasur empuknya. Dia tidak memperdulikan mama dan papanya yang memanggil namanya di luar pintu kamarnya. Hatinya masih sangat sakit mengingat kejadian tadi, saat Aray mencoba untuk membohonginya.

Kayla menenggelamkan wajahnya di boneka beruangnya. Dia menangis dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Mungkin Kayla gadis yang begitu bodoh, masih menyukai cowok yang benar-benar sudah tidak memperdulikannya. Kayla masih sangat berharap cowok itu bisa kembali lagi dengannya. Benar, dia terlalu berharap sama orang  yang tidak pernah diharapkan.

Flashback on.

Kedua anak kecil bersembunyi di belakang pohon besar. Keduanya memasang ekspresi takut, tapi anak cowok itu berusaha untuk terlihat baik-baik saja agar cewek di sampingnya tidak panik.

"Aku takut," kata gadis kecil berponi sembari memeluk badannya dengan kedua tangan.

"Ssttt kamu jangan takut, dia gak bakalan tau kita ada di sini." Jawab Aray dengan nada kecil.

Aray berdiri setengah menunduk dan mencoba melihat Deni, orang yang sedang mengejar keduanya dengan membawa kecoa. Sebenarnya Aray tidak takut hanya saja dia geli melihat kecoa itu terbang. Aray juga tidak suka dengan baunya yang luar biasa.

Mata Aray melebar saat Deni sudah berada hampir dekat dengannya.

Aray kembali berjongkok dan menutupi mata Kayla dengan tangannya.

"Kenapa?"

"Gapapa, yang penting kamu jangan berisik." Jawabnya.

"Deni ada disini ya?"

Deni, cowok nakal itu melihat sekelilingnya. Mencari Aray dan Kayla, orang yang setiap harinya dia gangguin.

"Kalian dimana? Aku tau, kalian pasti takutkan sama kecoa ini?" Deni tertawa dengan besar, membuat keduanya takut adalah hobi Deni.

"Keluar dong kecoa-nya udah aku buang!" Teriak Deni menyembunyikan hewan yang sudah mati itu di belakang badannya.

Keduanya sama sekali tidak percaya dengan perkataan Deni.

"Aku ada ide." Kata Aray tersenyum yang menampilkan lesung pipinya. "Aku hitung sampai 3 kita kabur, oke?" Sambung Aray kembali.

Kayla sedikit berpikir sampai akhirnya ia mengangguk setuju. "Oke!"

Aray menoleh sekilas ke arah Deni, lelaki itu sedang membelakangi mereka. Ini waktu yang pas untuk mereka kabur dari kejahilan Deni.

"Satu...dua..."

Kayla sudah mulai mengambil aba-aba.

"Siap?"

Kayla mengangguk.

"Tiga!"

Lantas keduanya langsung berlari sekencang-kencangnya. Kayla berlari sambil berteriak hingga akhirnya Deni menyadari dan mengejar mereka.

"Kamu jangan teriak!" Ucap Aray menarik wanita itu dan kembali bersembunyi di tembok besar.

Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya. "Namanya aku panik." Jawabnya pelan.

Aray memilih diam jika dia menjawab gadis itu bakalan marah padanya.

"Deni udah pergi." Ucap Aray usai melihat kondisi disekitarnya.

"Aray yakin?"

Aray mengangguk membuat Kayla tersenyum manis.

Kini kedua anak kecil itu memilih untuk menghabiskan waktu di bawah pohon rindang yang ada di samping rumah Aray.

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang