jame curhat

1.9K 173 3
                                    

vote dululah
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Novan kembali ke apartemen miliknya agak malam karena ia memilih untuk makan di luar, ia melepas sepatu asal dan menyalakan seluruh lampu di apartemennya. Ia lalu melempar tas yang berisi baterai cadang untuk kamera dan kunci mobilnya ke sofa. Dan menaruh tas berisi kameranya di atas meja yang memang khusus untuk alat fotografinya.

Memang kalau dilihat lagi hobinya yang sangat suka fotografi mengeluarkan uang banyak, lihatlah berapa banyak peralatan yang biasa Novan gunakan untuk syuting video di youtube. Dan setiap Novan kembali ke Belanda ia akan menyewakan seseorang untuk merawat koleksi miliknya yang ia tinggal di apartemennya, benar-benar contoh dari anak yang terlahir dengan sendok emas.

Novan berjalan ke arah kulkas dan mengambil air dingin, ia melamun sebentar memikirkan kejadian beberapa minggu terakhir. Dari dirinya yang diajak Yangyang collab bersama, dimana Yangyang memintanya sebagai orang yang melakukan social experiment, lalu bertemu dengan Fawnia, teman lamanya dan juga mantan kekasih sahabat karibnya, Jame. Lalu, Jenar, kakak Jame, sudah menikah dan beberapa bulan lagi akan mengadakan resepsi. Hidupnya terasa banyak sekali kejutan.

Mengingat tentang resepsi Jenar, Novan mencari ponselnya di meja pantry. Baru saja ia akan memegang ponselnya, bunyi apartemen miliknya membuatnya kembali meletakan ponselnya kembali.

"Iya, sebentar," ujar Novan dari balik pintu, tanpa mengintip siapa yang bertamu ke tempatnya, Novan langsung membuka pintu apartemennya.

"Eh?" Novan mengangkat alisnya bingung melihat Jame yang berdiri sambil membawa sebuah tas genggam berbahan dasar kardus.

☆☆☆

Dengan tak sopannya Jame masuk bahkan sebelum Novan mengijinkannya. Segera mendudukan diri di sofa dalam ruang tamu yang hanya di pisahkan dengan sekat tipis dari dapur dan meja pantry yang tepat berada setelah pintu masuk.

"Wuih, gila, jadi youtuber setahun bisa beli apartemen se-elit ini, temen gue sekarang kaya ya," Jame berdecak kagum melihat interior apartemen Novan yang terlihat simple tapi elegant. Di ruang tamu itu juga ada dua figura yang memperlihatkan silver dan golden play button milik Novan dan beberapa lukisan abstrak yang Jame tidak mengerti.

"Udah tiga tahun, bego," dengus Novan mendengar ucapan Jame. "Lagipula, nih, apartemen masih ada suport bokap nyokap,"

Novan melangkah ke dapur untuk mengambilkan Jame sekaleng soda dan sekaleng lagi untuknya. Saat kembali dia melihat Jame yang terlihat aneh, dengan wajah datarnya dan menunduk kearah layar ponselnya.

"Napa lo?" Novan bertanya sambil melempar kaleng soda ke arah Jame. Untungnya Jame punya reflek yang bagus.

Jame terlihat berfikir sebentar sebelum akhirnya menatap Novan dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa lu liat-liat? Naksir lo?" seru Novan yang merasa tidak tenang saat meminum soda di kalengnya.

"Anjir, ya, kagak lah," Jame memutar matanya malas, sambil melempar bantal sofa ke arah Novan.

"Ya udah, gak usah liat-liat kayak gitu, tinggal ngomong apa susahnya sih," Jame menghela nafas. Sepertinya dia harus cerita.

"Tentang Fawnia, dia-"

"-dia ngehubungi elo lagi?" Jame mengangguk lemah, sebelum akhirnya sadar bahwa kalimat itu bukan keluar dari mulutnya.

"Lah, lo kok tau?" Novan menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan sahabatnya. Novan yakin dia cukup terkenal di youtube, karena kebanyakan social experiment dari Yangyang itu selalu masuk trending. Ia yakin kemarin ketika Jame menelpon itu di karenakan alasan yang ia pikirkan. Tapi, nyatanya yang ada di otak Jame tidak seperti apa yang Novan pikirkan.

PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang