harusnya

623 96 37
                                    

random banget judul ni chap, ya gak sih?








"Beneran gak ngerepotin, nih?" Tanya Esang untuk kesekian kali kepada Novan.

Jadi ceritanya subuh tadi, pintu kamar Novan di ketuk sama Esang. Katanya minta tolong anterin ke restoran Sande, padahal Esang bisa nyetir mobil. Semisal dia emang mau pergi, bisa aja dia minjem kunci mobil, tapi ini nggak, Esang minta Novan yang nganterin. Padahal di Bali juga ada kok, ojek atau grab kalo semisal Esang males nyetir.

"Nggak papa, Sang, itu sabuk di pake, aja, mobilnya udah lama gue panasin,"

Novan menaruh ponselnya di saku jaketnya, lalu mulai menjalankan mobilnya bersamaan dengan Esang yang mengencangkan sabuk pengaman.

"Mau ngapain sama kak Sande?"

"Nagih cerita, sekalian mau jengukin panti, dan ada baksos dari forum perusahaan kata, bli," Esang sibuk dengan ponselnya, sepertinya dia akan menghubungi Sande. Terbukti setelah memencet nama kontak Sande, Esang langsung menempelkan ponselnya ke telinga kanannya.

"Halo, kak?"

"Iya, aku ke resto sekarang, awas kalo kakak kabur,"

"Gak, aku sama Novan,"  Esang melirik Novan yang menyetir, merasa di lihat Novanpun balik melirik.

"Bukan, dibilang gak ada apa-apa, tapi entah kedepannya, aku serius waktu ngomong kelarin urusan di sini,"

Setelah itu Novan tidak berani menyimak terlalu jauh. Ia mencoba mengalihkan fokusnya ke arah lain. Dan tidak memperdulikan Esang yang masih sibuk dengan pembicaraanya dengan Sande.

"Yeah, but who's know? At least I'm trying to made this problem clear,"

"Iya, iya, ini udah deket sama resto, aku tutup, dada,"

☆☆☆

Esang, Novan dan Sande duduk melingkar. Sande menyuruh mereka sarapan dulu,  menyiapkan tenaga Esang yang ingin menyemprot Sande dengan berbagai pertanyaan. Awalnya acara sarapan mereka berjalan lancar, sebelum suara keributan dari arah timur mengundang perhatian hampir seluruh pengunjung yang berada di restoran Sande.

"Bentar, ya, aku kesana dulu,"

Sande meninggalkan tempat duduknya dan menghampiri lelaki dengan seragam restorannya. Dia terlihat meminta maaf kepada salah satu dari dua pelanggan yang sempat ketumpahan kuah sup yang tadi dibawa pelayan itu. Sande juga terlihat berusaha menenangkan pelanggannya, walau berakhir dengan pelanggan itu yang meminta mengratiskan makanan dan ganti rugi celananya dengan uang tunai.

"What the hell, sir! Kalo miskin dan gak bisa bayar mending gak usah beli makanan disini, tadikan udah minta maaf dan ganti makanan, malah minta gratisan!"

Nyatanya Esang gak bisa tinggal diem ketika denger pelanggan itu mulai ngancem hal yang nggak-nggak. Dan yang bikin dia berdiri itu karena gak tahan liat kelakuan manusia di hadapannya.

"Disini kita udah minta maaf, dan akan berusaha ganti makanan sesuai pesanan anda lagi, dan kalo emang kita gak buta, semua disini tau kalo kaki pacar anda yang sembarangan, gak tau tempat, tolong dong kalau kemana-mana otak itu di bawa dan dipasang jangan di pajang dirumah!"

Dengan begitu kedua orang yang tidak bisa berniat membalas karena kalah ucapan, meninggalkan restoran Sande dengan wajah merah.

"Bli juga, udah tau ada orang gila kayak gitu, jangan dibaikin, heran aku,"

PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang