terbang

496 69 26
                                    

Jadi part ini puanjang, dan cukup agresif(?)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
Esoknya Novan duduk di batuan besar. Dirinya melamun, memandang kosong kearah air terjun. Hanya saja karena tertolong suasana, dan juga wajahnya, hal yang dilakukan Novan malah seperti syuting musik video.

Pikirannya sedang kacau, jadi ketika Esang dengan ragu mengajaknya pergi ke air terjun. Langsung saja dia mengangguk.

Alam punya sesuatu yang entah kenapa bisa membuatnya damai. Warna hijau yang terlihat natural, dan juga deras air yang jatuh.

Astaga, rasanya Novan berada di tempat paling indah yang pernah ia temui.

Tambahan keberuntungan, lokasi ini belum terjamah media sosial yang akan membuat pengunjung membludak dan berbagai orang penggila bisnis mendirikan tenda. Dan menyebabkan polusi disini.

Dan Novan juga tak berniat untuk mempublikasikan keindahan ini di youtubenya. Biarlah nanti para pelancong di Bali bisa menemukan keindahan alam yang masih alami lewat rasa penasaran mereka. Bukan hanya terbatas panduan buku atau orang yang mereka sewa.

"Aku cuma bawa sprite,"

Esang duduk disampingnya, menyodorkan botol berwarna hijau emerald ke arah Novan. Tadi, Novan sempat mengusir halus Esang sementara untuk menanyakan apa dia bawa minuman atau tidak.

"Harusnya aku bawa botol minum aja dari rumah,"

Novan menggerutu, Esang tertawa ia tau kenapa Novan tidak terlalu suka dengan apa yang ia bawakan. Waktu SMP dulu dia pernah dikageti Jame ketika minum cola, berakhir dengan minuman itu keluar lewat lubang hidungnya.

Itu pengalaman menyakitkan, sungguh. Termasuk ingatan yang memalukan.

Makanya Novan selalu menghindari minuman bersoda itu, terserah dengan temannya yang menganggap minuman itu enak. Ia akan lebih memilih meminum air putih biasa, bahkan jika di pesta angkatan.

"Gapapa, Van, sprite gak bikin kamu mabuk,"

Esang membuka botolnya, menimbulkan suara desisan kecil. Begitupun Novan, dia tidak mau mati kehausan. Lagipula ia tidak terlalu takut lagi dengan minuman bersoda itu.

Bunyi gemerisik daun yang bergesekan satu sama lain tidak membuat suara menyeramkan. Namun, malah menenangkan bagi keduanya.

Setelah di pantai beberapa hari yang lalu, baru mereka sadari jika mereka menyukai bagaimana alam bersuara.

Mungkin karena itu keduanya kadang sering menghabiskan waktu bersama dalam keheningan, bahkan ketika di restoran Sande. Mereka menyukai ketika keheningan nyaman diantara mereka, atau juga obrolan ringan tentang masa lalu. Entah sudah berapa banya cerita yang mereka sampaikan kepada masing-masing.

☆☆☆

Esang membaringkan tubuhnya diatas batu besar itu, disusul Novan. Keduanya menghadap langit yang terlihat cerah namun tidak terik. Untungnya.

"Van, kamu pernah rindu keluargamu?"

Pertanyaan itu keluar dari bibir Esang, membuat Novan tidak tau harus menjawab bagaimana.

PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang