bali(2)

784 109 14
                                    

Nyatanya Jenar hanya menyediakan mobil dan uang secukupnya untuk bisa di nikmati oleh teman-teman dan kerabatnya yang di ajak menginap di Bali. Ia tidak mengajak untuk berpergian sebagai rombongan ke tempat wisata. Dan itu membuat Novan agak kecewa, di pikirannya ia merasa bahwa ia akan sendirian untuk vlognya nanti.

Jame pasti pergi dengan Fawnia, dari breakfast time saja Jame sudah berusaha membujuk Fawnia untuk ikut dengannya. Yangyang pergi bersama Mark untuk nge-prank seperti yang biasa ia lakukan, kali ini katanya Yangyang akan nge-prank dengan Mark yang akan bicara inggris kepada orang yang lewat atau penjual makanan kecil di pinggir jalan, tapi akan bicara bahasa atau sunda ketika di telepon, yah prank semacam itu yang tadi Yangyang katakan padanya.

Tristan akan pergi dengan kakaknya, Bembi, dan adik Surya, Celine. Untuk Bembi, lelaki yang ingin selalu Novan akui terlalu cantik, sudah merencanakan untuk hunting food, kalau Tristan ia akan mengambil random foto seperti yang biasa ia lakukan ketika berada di tempat baru, dan Celine ikut karena di imingi traktiran Bembi yang tau jika mengajak Tristan sama saja pergi sendiri.

Jenar dan Surya juga pastinya sudah memikirkan rencana jalan-jalan sendiri bersama Irene dan Seftian, pasangan yang juga baru menikah dua minggu lalu. Mereka sudah memikirkan untuk double date.

Lalu, Yeira, kakak kelasnya dan juga sahabat Jenar, menolak ajakan Novan, karena tidak mau lagi menjadi sasaran pasangan halu dengan Novan, Yeira merasa risih saja. Lagipula Yeira juga sudah di booking duluan oleh ketiga sahabat Jenar yaitu Selvi, Rose-mereka berdua adalah teman kuliah Jenar, dan Yuli, yang merupakan rekan kerja Jenar di bank. Novan sudah nelangsa pergi sendirian.

Karena jauh di lubuk hatinya, canggung rasanya kalau mengajak pilihan terakhir keluar, apalagi sejak ucapannya tadi malam. Dipikir-pikir lagi Novan merasa malu berat mengatakan hal itu. Padahal beberapa jam yang lalu mereka bisa mengobrol seru, mungkin karena di depan kamera. Saat Novan menikmati banquet hall, nyatanya ia menghabiskan makanannya dengan tetap bersama Jame, yang menarik tangan Fawnia pergi. Ia berusaha menjaga jarak dengan Esang, walaupun gagal.

"Lo sendiri, Van?" Novan menoleh melihat Esang dengan pakaian casual, dan secara otomatis Novan meneliti Esang dari atas sampai bawah, dan kembali ke atas. Berulang kali sampai Esang kembali berucap.

"Mau pergi bareng, ga? Gue pengen ada yang nemenin soalnya," Esang menyentuh ujung kemeja Novan, sedikit menariknya ke bawah sambil menunduk. Dengan begitu bagaimana Novan bisa menolak permintaan Esang.

☆☆☆

Di dalam mobil yang sama yang kemarin Jame sewakan padanya, Novan dan Esang mulai berbicara tentang diri mereka masing-masing. Ingin mengurangi kecanggungan yang sempat terbangun saat Novan menghindari Esang.

"Jadi, setelah lulus SMA lo balik kesini?" Esang mengangguk, sambil memakan pocky yang tadi sempat ia beli waktu mampir di alfa terdekat.

"Pantes gue gak ngeliat lo lagi," Esang menyerngit mendengar perkataan Novan.

"Emang kenapa?" Pertanyaan itu membuat Novan panik, tidak sadar ia sudah bersuara terlalu besar.

"Em, gue pengen ngucapin selamet, lo kan lulus dengan nilai terbaik seangkatan,"

Esang mengangguk mengerti, tidak menaruh curiga dengan Novan yang menggaruk belakang telinganya.

"Kuliah dimana dulunya? Atau lo emang niat kuliah di Inggris makanya lo ambil kelas buat dapet beasiswa, atau gimana?"

Tidak mendapat jawaban Novan menoleh ke arah Esang sekilas. Bisa di lihat raut wajah yang tidak mengenakan dari Esang.

"Sang?"

PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang