ngilang

718 114 21
                                    

maafkan kesalahan teknis, dan selamat buat diriku yang lolos dari amukan maut ibunda tercinta, hehe

.

.

.

.

.

.

.

.
Novan dan Esang memasuki labirin itu, setelah keheningan cukup lama yang mereka alami saat di depan pintu labirin. Novan berjalan di depan berbicara dengan lancar pada kameranya, tidak seperti beberapa saat lalu, dimana ia mengeluarkan nada khawatir. Esang berjalan di belakangnya berusaha mengimbangi Novan yang terus mengajaknya bicara.

Sesekali Novan mengeluarkan lelucon, dan di tanggapi tawa Esang yang membuat Novan bernafas lega. Walau Esang tidak bercerita tentang hal yang terjadi, setidaknya Esang tidak menampilkan wajah bersedih seperti tadi. Rasa-rasanya jantung Novan ikut berdetak tak menyenangkan melihat air mata yang seolah akan jatuh dari kedua mata Esang.

"Eh, Van, itu patungnya lucu," Novan memperlihatkan di kameranya patung yang ditunjuj Esang. Mata Esang tiba-tiba berbinar melihat patung pikachu yang sedang tertawa.

"Mau foto?" Esang mengangguk, langsung menghampiri patung pikachu dan memeluknya. Karena perbandingan ukuran patung dan tubuh Esang, membuat Esang terlihat mungil. Novan sendiri segera mengarahkan kameranya ke arah Esang. Tersenyum kecil melihat tingkah laku Esang yang seperti anak-anak.

"Novan, ikut foto, sini!" Esang menggerakkan tanganya, menyuruh Novan memdekat.

Novan menuruti perkataan Esang. Sebelumnya ia menaruh dulu kameranya agar bisa merekam dirinya dan Esang. Ia mengeluarkan ponselnya sambil membuka kamera depan. Dan mengambil beberapa foto sampai Esang merasa puas.

"Coba liat hasilnya, boleh?"

Novan membuka galeti fotonya melihat puluhan foto yang telah diambilnya. Tapi, melihat kebanyakan foto selfie yang di ambil menampilkan Novan melihat kearah Esang ketimbang kamera. Novan buru-buru mencari alasan agat Esang tidak menyentuh ponselnya.

"Eh, minta tolong orang potoin, aja, kebanyak muka gue jelek di sini," Novan meringis, menyadari dia telah berbohong pada Esang. Tapi, ini juga demi keselamatan muka Novan di depan Esang.

Sedang Esang percaya saja dengan perkataan Novan. Ia meminta tolong pada pengujung yang lewat.

Sekali lagi mereka mengambil foto. Novan sendiri berperang batin agar tidak menoleh lagi atau memfokuskan pandanganya pada orang di sebelahnya ini.

"Udah," perempuan yang dimintai tolong Esang menyerahkan ponsel Novan padanya. Setelahnya ia mengajak Novan poto bersama ketiga teman perempuan lainnya.

"Kak, minta foto boleh?" Novan melirik antara perempuan itu dan Esang yang menggeser-geser ponselnya. Jika ia menolak pasti nanti di kiranya sombong, tapi jika ia menerima Novan takut sendiri Esang menggeser galeri fotonya terlalu jauh. Setelah pertimbangan singkat, akhirnya ia terpaksa mengalihkan pandanganya dari Esang yang sibuk dengan ponselnya.

"Makasih, kak, sukses buat youtubenya," ujar perempuan itu sambil berlalu dengan teman-temannya. Ia mendadah mereka berempat, sebelum menghilang di belokkan.

Novan menghampiri Esang yang duduk di bangku dekat dengan patung. Ia melihat ponselnya yang ditaruh dekat dengan kameranya.

"Udah, Van?"

Novan mengangguk, duduk disamping Esang, mengambil kameranya, dan mengecek baterai kameranya. Seperti tebakannya baterai kameranya tinggal sedikit. Ia merogoh tasnya dan mengganti baterai kameranya. Setelah Novan cek ulang, ia mengajak Esang untuk melanjutkan perjalanan di labirin itu.

PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang