jadi kemarin aku baca" ulang cerita lama yg ku buat, dan ternyata aku merasa cringe parah:(
.
.
..
.
.Dua puluh lima menit dari resto milik Sande, mobil Novan sudah terparkir bersama deretan mobil lain. Kedua anak adam itu keluar, sembari membawa barang mereka.
"Oi, Sang!" Itu teriakan Jame senang melihat Esang yang lebih dulu memosisikan dirinya di depan mobil.
Esang tersenyum, dan menerima pelukan Jame dengan senang hati. Tak lama setelah itu Novan muncul sisi lain mobil.
"Lama bener, abis dari mana aja lo?" Jame bertanya ketus, tidak seperti saat ia berbicara pada Esang.
"Lo pikir hotelnya deket apa? Gue juga makan siang dulu tadi," Jame mengangkat bahunya acuh. Membantu Novan mengangkat tas jinjing hitam tempat Novan menaruh kamera yang nantinya di gunakan untuk merekam keseluruhan acara.
"Eh, Yangyang udah dateng belom?"
"Udah, tadi bareng sama kak Tristan," Novan mengerutkan dahinya mendengar nama yang tak asing itu.
"Kak Tristan?"
Jame terkekeh melihat temannya yang seakan tak percaya dengan apa yang di dengarny.
"Iya, beneran, seksi dokumentasi pernikahan mbak Jenar hari ini adalah ponakannya, temen adiknya, sama mantannya,"
"Emang gak mau rugi tu orang, mentang-mentang ada yang bisa di mintai tolong, tapi gak tau malunya kok bisa sih minta tolong mantan, ck ck ck," Novan terkekeh mendengar gerutuan Jame, setengah lagi masih gak tau gimana jalan pikirannya kakak Jame.
Jame kemudian mengarahkan Novan dan Esang ke kamar yang nantinya mereka berdua tinggali untuk sementara waktu. Sembari Jame yang menceritakan alasan di balik kenapa ia lebih dulu ke Bali ketimbang menunggu Novan.
☆☆☆
"Yang, ambilin sup buah dong, aus nih," sebenarnya Novan bisa ambil sendiri. Males aja dia liat stan minuman agak jauh dari tempatnya.
"Nih, dan panggil tu yang bener, Yangyang, bukan Yang doang, jijik anjir," Novan tidak menanggapi, lebih memilih untuk fokus pada mangkok yang berisi es dan juga potongan buah segar di atasnya. Setelah menyendokan beberapa buah melon dengan sirup dan susu diatasnya, Novan kembali membenarkan kameranya yang terlihat sedikit turun dari arah panggung resepsi Jenar.
Saat masih sibuk makan dan juga kameranya Novan tidak tau kalau Jenar terlihat mendekatinya. Jenar menepuk pundak Novan yang kemudian menarik Novan dalam pelukannya.
"Apa kabar, mbak?"
"Baik, kamu apa kabar juga?" Novan mengangguk sebagai jawaban.
"Kuliah gimana? Lancar?" Novan kembali mengangguk. Mereka mulai mengobrol tentang kehidupan mereka masing-masing belakangan ini. Bertanya kesana kemari sampai Jenar tiba-tiba menjatuhkan bom pertanyaan yang tidak terduga.
"Terus Esang itu pacar?" Novan sontak menaruh telunjuknya di depan bibirnya.
"Jangan keras-keras, mbak, Jame nanti denger lagi,"
Novan was-was, masih tidak siap untuk mengaku ke sahabatnya. Ada begitu banyak hal yang membuat Novan insecure dan tak siap coming out. Jenar sendiri mengendikkan bahu acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan
Fanfictionbertemu setelah sekian lama. tidak terjadi hal spesifik dalam hubungan mereka dulu, sekarangpun seharusnya.... atau tidak? -nnanosavy