bertemu

462 74 10
                                    

So kita bakal ngejalani 'new normal', dan aku harus sibuk lagi sama dunia real-lifeku, yang yah, gitu. Padahal mau akhir semeste:(

Semangat juga buat kalian yang mau aktifitas lagi! Jangan lupa jaga kesehatan.






.

.

.

.

.

.

.

.

.
Dua hari Novan menginap di rumah Sande. Dirinya benar-benar diperlakukan sebagai adik oleh Sande. Ucapan bahwa Sande hanya terlihat menyeramkan diluar dan ramah di dalam oleh Esang memang benar.

Novan pernah, sih, memergoki Sande berbicara serius dengan Esang. Yah, mengenai keluarganya.

Suara dan aura Sande berubah sangat dingin. Membuatnya sesuai dengan penampilannya.

Kejadian itu kemarin malam, tepat ketika siangnya, kalau tidak salah kakaknya Esang, Dodi, tidak sengaja lewat di depan rumah Sande dan bertemu Esang. Saat itu Novan hanya memperhatikan di balik jendela.

Melihat sekilas perdebatan dingin antara Esang dan Dodi. Yang kemudian datang Sande sebagai penengah.

Novan tidak tau apa yang didebatkan, tapi melihat raut sedih dan wajah datar Esang. Jelas sekali Dodi sedang minta maaf.

Esang melenggang pergi masuk kerumah. Masa bodo dengan kehadiran Dodi.

Dan karena kejadian itulah Novan melihat sisi lain Sande. Yang mana berhasil membuatnya tau, terlepas dari sikap tengil dan easy-going Sande. Lelaki itu selalu memikirkan orang disekitarnya.

Bahkan Sande menyebut nama Novan, menyuruh Esang untuk mengajaknya ke air terjun untuk menghibur dirinya, itu malam ketika mereka selesai makan malam bersama di hari pertama mereka menginap.

Esang cerita tentang masalah Novan, tentang ibunya, dan Novan tidak mempermasalahkan. Malah rasanya, ia semakin merasa di beri kasih sayang dengan perlakuan diam menghanyutkan Sande.

Jadi, ia tidak mungkin bisa menolak permintaan Sande. Permintaan yang sama dengan Erik.

☆☆☆

Mengingat kemarin malam, Esang bahkan menangis karena percakapannya dengan Sande.

Membuat lelaki blonde itu hampir sejam menenangkan Esang dalam dekapannya. Setelahnya Sande mengunjungi kamar Novan mengutarakan tujuan tadi.

"Erik pasti udah cerita, aku cuma gak mau adik kesayanganku kehilangan keluarga dan menyesal di akhir, seenggaknya aku pengen Esang nengok dan jenguk mama, kemarin beliau drop lagi, setelah kak Dodi kasih tau tentang Esang di Bali dan nggak mau pulang karena disini yang dianggap rumah, ya, cuma panti asuhan bunda,"

Sande memejamkan matanya. Novan tidak melihat mata tajam yang biasanya menyipit ramah itu berair. Ia merasa lelaki berambut pirang itu mencoba meringankan beban di hatinya.

"Aku gak pernah punya keluarga, tapi aku bisa merasa punya di keluarga Esang. Jangan pikir aku gak ngerti perasaannya, dengan maksa di balik sama ayah dan mama, sepengalamanku dulu, seseorang dihidupku, marah besar dengan kedua orang tuanya, lari dan mengabaikan kedua orang tuanya. Merasa bahwa ia bukanlah anak dari mereka, tidak dibutuhkan, dan merasa dirinya bayangan. Sakit hati dengan perkataan kejam mereka, tapi dia lupa untuk sekedar berbalik, entah meminta maaf atau merakit ulang hubungan orang tua anak yang telah hancur, padahal ayahnya itu hanya buruk mengekspresikan, dan kamu tau endingnya?"

PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang