03

1.7K 191 33
                                    

Dahyun kembali menghampiri Eunha dengan wajah yang benar-benar berubah. Pandangannya hanya terkunci pada salah satu meja yang sejak tadi mengambil atensinya. Marah? Kecewa? Itu jelas terpancar dari matanya.

"Kenapa kau lama sekali? Hampir saja aku pergi untuk menyusulmu."

Dahyun diam, ia serasa ingin menangis melihat Sana dengan bebas mengalungkan tangannya di leher Jeongyeon. Bahkan Jeongyeon sama sekali tidak menolak atau risih terhadap perlakuan Sana. Sungguh hatinya sangat sakit begitupun dengan rasa kekecewaan yang tidak akan bisa hilang.

"Dahyun?" Eunha merasa jika ada sesuatu yang memenuhi pikiran Dahyun hingga membuatnya termenung, beda sebelum ia pergi tadi.

Mata Sana menatap lekat Dahyun dengan senyum miring, ia berhasil membuktikan ucapannya sampai Dahyun tidak bisa berbuat apa-apa.

Flashback On

"Jika kau melakukan itu. Berarti kau juga berusaha membuat keluargamu hancur, Yoo Dahyun."

"Apa?! Apa yang kau mau ha? Aku hanya berusaha mendapatkan sebuah jawaban yang jelas."

"Appamu pernah bilang, jika ia akan meninggalkan eommamu jika kau telah mengetahui semua tentang hubungannya. Jadi ku sarankan padamu agar berpura-pura tidak tahu apa-apa. Lupakan kejadian ini dan jangan pernah bocorkan ke siapapun terutama appa dan eomma mu sendiri. Kau tidak ingin keluargamu hancur begitu saja karena ulahmu bukan?"

"Ini bukan ulahku, tapi semuanya berakar darimu! Dasar wanita penggoda."

"Iya, iya... kau boleh sepuasnya berkata hal buruk tentangku. Tapi ingat satu hal, kau tidak akan bisa mengembalikan keharmonisan keluargamu secara total seperti dulu."

Dahyun menunduk menahan tangis sementara Sana hanya menghela napas sembari melipat kedua tangannya.

"Masuklah! Dan akan ku tunjukan bagaimana hubunganku yang sebenarnya. Kau bisa mengukur apakah cinta appa ke eommamu itu masih sebesar dulu setelah mendapat perlakuan yang akan kuberikan. Atau bahkan kau tidak akan menemukannya lagi? Sungguh miris...." Ujar Sana meninggalkan Dahyun pergi.

Flashback Off

"Aku ingin pulang." Dahyun bangkit dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan Eunha yang kebingungan.

"Dahyun?" Percuma, teriakannya juga tidak akan di balas oleh si gadis putih walaupun ia mendengarnya. Pikirannya sudah benar-benar tertutup oleh rasa kebencian.

Eunha memilih untuk menyusul Dahyun setelah meninggalkan beberapa lembar uang di mejanya. Takut bercampur khawatir menjadi satu di dalam kebingungannya ini.

"Hei! Ada apa? Biarkan aku antar." Cegah Eunha namun Dahyun menepis kasar dirinya.
"Kau marah padaku?"

"Mian Eunha. Tapi aku akan pulang naik taxi saja."

"Pulang ke rumah? Sudahlah biar aku yang antar." Eunha sangat keras kepala sama seperti Dahyun juga. Walaupun gadis itu beberapa kali menolak tapi ia tidak peduli. Bahkan Eunha mendorong paksa Dahyun masuk ke mobilnya agar dia tidak terus-terusan berdebat di lingkungan umum.

Diam, dan hening. Dahyun sama sekali tidak bersuara di dalam mobilnya, sementara Eunha sendiri tidak fokus menyetir karena sikap Dahyun ini. Ia sangat canggung sekarang dengan suasana yang baru pertama kali ia rasakan ketika berdua bersama Dahyun. Ia tidak peduli jika Dahyun memarahi atau bahkan membentaknya karena ia sudah terbiasa. Tapi jika Dahyun memilih diam itu jauh lebih menyakitkan untuk Eunha.

"Apa dia benar-benar marah padaku?"

.
.
.

Mina sibuk membereskan rumah yang sudah sejak tadi banyak menyita waktunya. Walaupun ia bisa mempekerjakan seseorang, tapi itu tidak dilakukannya mengingat jika ia adalah seorang ibu rumah tangga.

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang