"Dahyun-aah.!" Dahyun berjalan santai menuju kamarnya sebelum sebuah panggilan menghentikan langkah dan mengambil atensinya.
"Sayang... Kenapa kau pulang tanpa mengatakan apapun? Dan apa kau ingin langsung ke kamar tanpa menyapa eomma dulu?" Tanya Mina mendekat ke arah Dahyun.
"Eoh? Da-Dahyun tidak berniat seperti itu. Hanya saja-"
"Tunggu! Ini? Apa yang terjadi padamu?" Kaget Mina menunjuk luka di sudut bibir Dahyun.
Dahyun terdiam dan mengernyit bingung. Apa eomma tidak mengingatnya? Batinnya.
Tangan Mina perlahan menjauh dari wajah Dahyun seiring dengan perubahan di raut wajahnya.
"A-apa semalam eomma yang melakukan ini?" Tanyanya dengan suara bergetar dan mata yang mulai berkaca-kaca. Mina kembali mengingatnya.Dahyun menggeleng pelan dengan senyum tipisnya. Tangannya pun terangkat menurunkan tangan Mina dari wajahnya.
"Tidak masalah eomma. Lagi pula aku sudah tidak peduli tentang ini. Aku mengerti kemarahan eomma semalam. Jadi jangan terlalu dipikirkan." Jelasnya mengusap tangan Mina yang masih di genggamnya.
"Maafkan eomma, sayang." Mina menatap Dahyun dengan sayu sementara Dahyun menghela napas pelan.
"Jangan pernah meminta maaf... Eomma melakukan itu karena sikapku sudah keterlaluan."
"Apa ini masih sakit?"
"Ani...! Aku baik-baik saja."
"Mina?" Mina hendak berucap kembali namun terhenti karena teguran Jeongyeon.
"Waeyo?" Bingung Mina melihat Jeongyeon menghampirinya.
"Aku ingin bicara empat mata dengan Dahyun. Sebaiknya kau kembali ke kamar saja, sayang." Bujuk Jeongyeon mengusap surai Mina lembut.
"Tapi-"
"Menurutlah, ini tentang rencana yang sudah ku katakan tadi pagi." Potongnya tersenyum manis.
Mina menghela napas pelan. Ia mendekat ke arah Dahyun dan mencium sudut bibirnya yang terluka dengan hati-hati.
"Maafkan eomma."Dahyun mengangguk sementara Mina perlahan pergi meninggalkan keduanya. Mata Jeongyeon berubah menatap Dahyun namun si gadis tidak berniat membalas tatapannya.
"Katakan apa masalahmu padaku, Dahyun." Ujar Jeongyeon menghela napas pelan.
"Apa itu harus?!" Dahyun menoleh sekilas.
"Iya. Jika memang itu alasan kamu membenci appa, appa harus tau!" Tegas Jeongyeon memegang bahu Dahyun untuk menghadapnya.
"Seharusnya appa menyadari apa kesalahan yang sudah kau perbuat! Jangan terus berpura-pura bodoh!" Ucap Dahyun dengan nafas tercekat.
Jeongyeon diam. Ia baru menyadari sesuatu yang selama ini selalu ia tepis berulang kali. Apa Dahyun sudah tahu tentang hubunganku dengan Sana?
"Ah sudahlah! Menyebalkan!" Dahyun berbalik ingin pergi namun tangan Jeongyeon menahannya.
"Appa akan pergi bersama dengan eomma besok. Dan appa ingin kau dapat menjaga perusahaan selama appa pergi." Ucap Jeongyeon sedikit ragu.
"Kemana?" Tanya Dahyun dingin melepaskan tangan Jeongyeon.
"Ke luar negeri, Dahyun. Hanya untuk 2 minggu ke depan. Apa kau mau?"
"Aku tidak bisa." Jawabnya dengan tatapan datar.
"Tolonglah,... Kau satu-satunya anak appa. Dan hanya kau yang appa percaya, bisakah kau menghargai kepercayaan appa ini?" Mohon Jeongyeon menatap dalam mata Dahyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Different [Slow Update]
Fanfiction[HIATUS] Aku membencimu Perempuan tidak tahu malu SaiDa x JeongMi x JeongSa warning! gxg