13

1.4K 187 62
                                    

"San, apa kau akan sadar setelah ini?" Tanya Dahyun berharap.

"Tidak. Tujuanku hanya satu dan itu masih sama. Menikah dengan appamu."

....

"Yah kau sangat keras kepala. Sebenarnya apa yang membuatmu begitu mencintai appaku? Sadarlah! Merebut suami orang itu hanya akan membuat kehidupanmu suram. Masa depanmu saja tidak jelas bukan?"

"Pergilah." Sana tidak mengindahkan kalimat Dahyun.

"Aku ingin menjenguk ibumu. Itu alasanku datang kesini."

"Tidak perlu, sekarang pergilah."

"Sekretaris Sana... Kali ini aku tidak akan bersikap kasar lagi seperti tadi ataupun kemarin-kemarin. Karena ku pikir sifatmu sama saja denganku. Tidak ada yang mau mengalah, maka akan sia-sia menghadapimu. Keras kepala."

"Terserah kau mau bilang apa tapi aku mohon. Pergilah!"

"Kau sendiri yang bilang jika kau ini calon ibuku bukan? Berarti disana..." Dahyun menunjuk ruang ICU.

"Ada calon nenekku juga. Jadi apa salahnya aku menjenguknya? Sekalian aku memperkenalkan diri jika aku adalah calon anak tirimu."

Sana tertegun dengan ucapan Dahyun yang di luar ekspetasinya. Dia tidak menyangka jika gadis di depannya berbicara enteng tanpa beban sedikitpun.

"Jangan pernah kau katakan itu!"

"Kenapa? Kau tidak ingin ibumu tahu? Nantinya dia juga kan yang akan menemanimu menikah nanti."

"Berhentilah berbicara asal dan pergilah sekarang juga!"

Tak selang berapa lama seorang perawat masuk ke ruang ICU membuat Sana dengan cepat menyusulnya, ia terlalu takut terjadi sesuatu pada ibunya.

"Ada apa suster? Ibu saya baik-baik saja bukan?" Tanya Sana dengan nafas terengah.

"Keadaannya perlahan membaik. Ia akan sadar sebentar lagi, jika kondisinya terus seperti ini maka ibu anda akan segera dipindahkan ke ruang rawat biasa."
Jelas sang suster membuat Sana bernafas lega.

"Terima kasih,..."

"Sama-sama." suster tadi keluar sementara Dahyun tidak masuk dan memilih melihat Sana dari pintu. Ia tidak cukup berani, apalagi ia baru melihat seorang Sana yang tersenyum bahagia seperti ini.

Beberapa detik kemudian, Ny. Minatozaki tersadar. Sana dengan cepat menggeganggam tangan kanannya dengan erat tanpa melepas tatapan sayunya ke arah ibunya.

"Ibu... Sana takut..." air mata Sana tumpah ketika merasakan apa yang sedang ada di hatinya. Takut kehilangan tentu saja, dia adalah satu-satunya keluarga yang Sana punya.

"Ibu baik-baik saja, sayang." balas Ny. Minatozaki dengan suara lemah.

Dahyun memberanikan diri melangkahkan kakinya maju. Tidak sampai ke arah Sana. Hanya beberapa.

Ny. Minatozaki melihat sekilas Dahyun lalu mengusap tangan Sana.
"Dia siapa, sayang?" tanyanya masih dengan suara serak juga lemah.

Sana menoleh ke belakang mendapati Dahyun yang tersenyum kikuk ke arahnya. Gadis itu berdiri dengan sangat tegang.

Sana sebenarnya kesal dengannya. Sudah berulang kali disuruh pergi tetap saja keras kepala. Tangannya terangkat mengusap air matanya, sungguh dalam hatinya ia sangat malu Dahyun mengetahui jika ia adalah seseorang yang cengeng seperti ini.

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang