19

1.5K 168 22
                                    

Mina terduduk di ranjangnya dengan wajah datar sembari terdiam. Ruangan kosong yang ia tempati ini bagai sebuah penjara baginya. Hening, hampa, tidak ada keceriaan sama sekali. Wanita itu merindukan anaknya. Dia rindu tawanya. Entah mengapa gadis itu tidak menghubunginya. Bahkan hanya untuk mengucapkan selamat tidur untuk sang eomma.

Mina butuh itu. Ia butuh kalimat lembut itu agar matanya bisa menutup dan tertidur. Baru 2 hari ia merasakan perbedaan yang sangat drastis. Bukan kesembuhan tapi sebuah permasalahan baru. Hidupnya menjadi lebih gelap sekarang. Ia ingin pulang. Berkumpul bersama keluarga lengkapnya adalah obat terbaik baginya.

Mina menggelengkan kepalanya setelah tersadar dari lamunannya. Kedua kakinya yang tak beralas turun dari ranjang, menghampiri pintu yang sedikit jauh dari tempat ia berdiri sekarang.

Klik

Pintu itu terkunci. Beberapa kali Mina mencoba membukanya pintu itu tidak mau terbuka hingga ia perlahan mulai menggedornya.

"Anyone please open this door! I want to get out of here!" teriaknya sembari terus menggedor pintu.

.

Chaeyoung terkejut mendengar suara gaduh yang berasal dari samping ruangannya berada. Kamar pasiennya. Ia yang sempat terlelap tiba-tiba terbangun dan bergegas ke ruangan Mina. Peristiwa seperti ini sudah biasa baginya. Bahkan ini masih wajar. Beberapa pasiennya dulu jauh lebih parah dibandingkan Mina.

"Please...!" suara Mina masih keras namun terdengar parau Chaeyoung tahu jika wanita itu sedang menangis sekarang.

Cklek

Chaeyoung berhasil membukannya. Terlihat olehnya ketika Mina sedang terduduk mendongak kaget ke arahnya.

"Kenapa? Butuh sesuatu?" tanya Chaeyoung lembut sembari duduk berjongkok dihadapannya.

"Aku ingin pulang... Aku merasa akan lebih baik jika berkumpul bersama keluarga kecilku. Anakku, aku merindukannya." pinta Mina memohon.

"Apa anda juga membutuhkan suami anda sekarang? Saya akan menghubunginya."

Mina mengangguk kecil membuat Chaeyoung tersenyum.
"Ayo berdiri dan duduklah di ranjang. Anda tahu, lantai dingin akan membuat pikiran semakin kacau karena sensasinya." tuntun Chaeyoung yang dituruti Mina.

Tugas Chaeyoung disini hanya membuat para pasiennya merasa nyaman, bkan malah tertekan. Apapun yang mereka mau ia berusaha untuk memahaminya.

"Tenanglah, saya akan menghubungi suami anda." bujuknya dengan tangan yang sibuk menyuntikkan sebuah obat bius untuk Mina agar ia dapat memejamkan matanya.

"Dahyun..." lirih Mina bersamaan dengan kedua matanya yang mulai berat dan tak lama kemudian ia tertidur.

"Sayang sekali anda bukan orang sini. Sangat sulit jika membutuhkan orang tetapi orang itu jauh dari kita. Anak anda sudah besar kan? Dia pasti akan baik-baik saja." gumam Chaeyoung menutupi tubuh Mina dengan selimut.
.
.
.

Dahyun pulang ke rumahnya setelah menemani Sana di rumah sakit semalaman. Meskipun sedikit kurang nyaman karena waktu tidurnya yang terganggu. Ia cukup menikmatinya. Daripada sendiri di rumah. Itu membosankan.

Ia turun dari taksi, membuka pintu gerbang dan langsung dikejutkan oleh seseorang yang tengah duduk tertidur di dekat pintu utama. Sebuah tas pun juga ia peluk sebagai penghangat.

Dahyun bergegas menghampirinya. Seorang gadis yang ternyata sangat tidak asing untuknya. Tangan terangkat menepuk bahu gadis itu agar terbangun.

Beberapa detik kemudian gadis itu perlahan membukan matanya. Sedikit mengusap wajahnya lalu otomatis berdiri ketika mengetahui Dahyun sudah berada di depannya.

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang