Pagi kembali terulang seperti biasa, tapi tidak untuk gadis putih bermarga Yoo yang bahkan tidak ingin lagi beraktivitas atau hanya sekedar berbicara. Rasa lapar diperutnya pun juga tidak terasa sejak kemarin karena terlalu lelah memikirkan keluarganya.
Lapar, tapi malas untuk menyentuh sedikitpun sarapan paginya hingga membuat dua orang di depannya menatapnya dengan bingung.
"Ada apa Dahyun? Kenapa kau hanya melihat makananmu saja? Kau tidak lapar?" Tegur Jeongyeon namun Dahyun masih diam tak bergeming.
"Semalam kau tidak makan jadi mustahil jika sekarang kau kenyang, cepatlah appamu akan berangkat sebentar lagi." Pinta Mina yang mendapat respon senyum hambar dari Dahyun.
"Mulai saat ini aku ingin berangkat sendiri ke kampus. Dahyun bisa naik taxi ataupun bus, eomma. Iya itu karena aku sadar jika aku harus belajar mandiri jadi ku putuskan untuk tidak bergantung terus pada kalian." Balas Dahyun melirik Jeongyeon sekilas.
"Kau yakin? Dulu bahkan kau sama sekali tidak pernah berniat untuk mengatakan-"
"Aku menarik kata-kata itu!" Dahyun memotong ucapan Jeongyeon dengan keras hingga langsung mendapat tatapan tajam dari Mina.
Dahyun tahu jika nada bicaranya terlalu kelewatan, tapi ia tidak bisa menahannya. Melihat Jeongyeon saja rasanya ingin sekali ia berteriak sekeras mungkin meluapkan emosinya tepat di hadapannya.
"Siapa yang mengajarimu bersikap seperti ini pada appamu, Dahyun?" Tanya Mina dengan nada sedikit marah membuat Dahyun menunduk secara otomatis.
"Sudahlah jangan diperpanjang lagi. Mungkin Dahyun juga tidak berniat seperti itu." Jeongyeon mencoba menengahi berusaha membuat suasana kembali normal tapi tatapan Mina masih tertuju pada anak gadisnya.
Dahyun tidak kuat jika harus disini lebih lama terlebih melihat eommanya yang sepertinya memang butuh penjelasan darinya. Tidak, aku tidak mungkin menjelaskan semuanya.
"Aku berangkat dulu." Ujar Dahyun bangkit dan langsung berlalu keluar meninggalkan kedua orang tuanya.
"Dahyun! Kembali! Eomma belum selesai bicara!" Teriak Mina berusaha menyusul Dahyun namun dengan cepat ditahan oleh Jeongyeon.
"Sayang... Kenapa kau terlihat marah padanya? Ini bukan masalah besar."
"Aku hanya bingung, tidak biasanya Dahyun seperti itu bahkan padamu."
"Mungkin dia sedang memikirkan sesuatu, atau bahkan memiliki masalah yang tidak kita tahu. Mina. Seharusnya kau mengerti Dahyun jangan malah memojokkannya." Saran Jeongyeon membuat Mina mengangguk kecil. Memang dari kemarin sikapnya sedikit membingungkan tapi entah kenapa juga akhir-akhir ini ia sangat sulit mengendalikan perubahan suasana hatinya terlebih emosinya yang kadang tidak terkontrol.
"Kalau begitu aku juga akan berangkat," lanjut Jeongyeon mencium Mina sekilas dengan senyum khasnya lalu dengan perlahan meninggalkannya.
.
.
.Dahyun menghela napasnya dengan kasar ketika mengingat kejadian tadi. Tangannya mengepal sementara matanya terus terpejam menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia tidak bisa bersikap biasa lagi sekarang. Hatinya benar-benar sesak melihat keberadaan Jeongyeon di sekitarnya seakan sikap baiknya itu hanya sebatas kebohongan belaka. Apa dia adalah kebanggaan Dahyun lagi? Tidak, sekarang dia adalah duri dalam keluarganya sendiri.
Taxi terhenti tepat di depan kampusnya. Tangannya terangkat memberi beberapa lembar uang sesuai dengan jumlah angka di depannya. Melangkah turun dan berhenti sejenak untuk sekedar menjernihkan pikiraannya sebentar. Taxi tadi berlalu pergi, namun Dahyun masih tetap berada di pinggir jalan, menatap mobil lain yang berlalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Different [Slow Update]
Fanfiction[HIATUS] Aku membencimu Perempuan tidak tahu malu SaiDa x JeongMi x JeongSa warning! gxg