01

6.5K 265 17
                                    

"Appa, bisakah kita berangkat sekarang? Dahyun ada kelas pagi hari ini!" Teriak seorang yeoja di sebuah ruang makan kepada sang ayah yang masih sibuk bersiap-siap di kamarnya.

"Kau ada kelas pagi? Kenapa tidak bilang semalam. Appamu tadi bangun cukup siang. Ayo, biarkan eomma yang antar." Tawar seorang wanita yang tidak lain adalah ibunya di samping gadis bernama Dahyun itu.

"Gwenchana eomma. Aku akan menunggu appa saja. Lagipula terlambat sedikit ku rasa juga tidak masalah."

Wanita tadi mengangguk mengerti.
"Kalau begitu lanjutkan sarapanmu. Eomma akan ke kamar dulu sebentar memberitahu appamu."

"Ne,"

Eomma Dahyun pergi meninggalkannya sendiri yang malah bermain dengan ponselnya. Perut kecilnya sudah tidak bisa lagi menampung makanan di depannya walaupun hanya beberapa suap. Ditambah nafsu makannya juga hilang karena melihat waktu yang berjalan semakin cepat.
.
Pintu dibuka memperlihatkan seorang lelaki yang sudah cukup siap dengan berbalut kemeja dan jas yang menutupi tubuhnya. Ia rupanya masih sibuk dengan panggilan dari ponselnya.

"Jeongyeon?"

"Ha? Eoh, Mina. Sebentar... Aku akan menghubungimu lagi nanti." Gumam Jeongyeon yang kemudian mematikan panggilannya.

"Ada apa?"

"Kau tidak dengar Dahyun memanggilmu? Dia ada kelas pagi hari ini, cepatlah. Kasihan dia jika harus lama menunggumu." Mina menghampiri Jeongyeon dan merapikan pakaiannya terutama dasi yang masih belum terikat di leher Jeongyeon.

"Aku dengar. Terima kasih, aku berangkat dulu sayang." Jeongyeon mencium bibir Mina sekilas dengan tersenyum lalu perlahan melangkahkan kakinya pergi.

"Bekal makananmu ada di meja. Jangan lupa di bawa!" Teriak Mina mencoba mengingatkan.

"Aku tidak akan lupa!"

.
.
.

Suasana pagi memang sangat menyenangkan untuk memulai aktivitas ditemani sinar hangat matahari yang tidak terlalu menusuk di kulit.

Dahyun menghela napas berulang sembari memejamkan matanya membuat Jeongyeon tidak henti-hentinya melirik dengan kekehan kecil.

"Bagaimana dengan kuliahmu? Kau tidak bosan, bukan?"

"Tentu saja tidak. Aku sudah terbiasa dan mulai mengerti materi apa saja yang harus ku kuasai. Apalagi sebentar lagi akan ada libur panjang. Itu cukup membuatku lebih rileks."

"Ingin liburan kemana? Appa akan mengabulkan keinginanmu. Mmm... Eropa ku rasa bagus. Kita juga belum pernah ke sana. Bagaimana kau mau?"

Dahyun menggeleng cepat membuat Jeongyeon mengernyit.
"Aku ingin menghabiskan waktu di rumah saja. Badanku akan pegal-pegal jika harus menempuh perjalanan panjang." Ucap Dahyun membuat Jeongyeon menggelengkan kepalanya.

"Dasar bantet, bagaimana kau akan memiliki kekasih jika kerjaanmu hanya tidur di rumah."

"Jangan mengejekku appa! Lagipula jika aku pergi liburan ke seluruh dunia, aku juga tidak akan menemukan orang yang tepat. Jadi, aku malas memikirkannya." Dahyun yang mendengus kesal langsung mengalihkan pandangannya. Mempoutkan bibirnya membuat sang appa hanya menghela napas.

"Sudah sampai. Apa ka-"
Ucapan Jeongyeon terpotong karena Dahyun yang langsung keluar dari mobilnya tanpa sepatah katapun.

"Yak! Dahyun, jangan bertingkah seperti anak kecil!" Peringat Jeongyeon dengan teriakan.

Tuk! Tuk!

Kaca mobil di sampingnya diketuk oleh seseorang yang tidak lain adalah anaknya. Ia membukanya perlahan lalu dengan cepat Dahyun mencium pipi Jeongyeon sekilas lalu berlari begitu saja.

"Dasar anak kecil." Gumam Jeongyeon pasrah melihat tingkah anak satu-satunya itu.

.
.
.

Suara ketukan terdengar di telinga Jeongyeon berulang kali, namun ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dan memilih untuk tetap fokus pada benda kotak di depannya. Lagipula ia juga sudah tahu siapa yang datang pertama kali ke ruangannya itu.

Cklek

Seorang yeoja menghampiri dirinya dan menaruh beberapa dokumen di atas meja kerja Jeongyeon.

"Aku butuh tanda tanganmu untuk melanjutkan pekerjaanku." Ujarnya memberikan sebuah bolpoin.

Jeongyeon menurut dan langsung menandatangani dokumen itu.

"Kenapa kau memutus panggilanku secara tiba-tiba tadi?"

"Itu karena Mina. Seharusnya kau lihat waktu dulu ketika ingin menghubungiku. Jika Mina tahu, bukan kau yang repot. Tapi aku."

"Huh... aku benci ini. Aku ingin bebas mengobrol denganmu. Kenapa kau tak ceraikan saja dia!"

Jeongyeon menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap yeoja tadi dengan tajam.

"Sudah berulang kali ku katakan padamu jika aku tidak akan menceraikan Mina. Aku juga memikirkan anakku." Tegas Jeongyeon.

Yeoja itu memutar bola matanya malas.
"Kau juga mencintaiku bukan? Lalu apa hubungan kita harus seperti ini terus? Aku bosan menjadi simpanan yang tidak berarti untukmu. Kau terlalu memperhatikan keluargamu sehingga kau tidak punya waktu untukku! Sama sekali tidak adil."

Jeongyeon menghela napas kasar dan memejamkan matanya sebentar.
"Kita bertemu setiap hari di kantor. Apa itu belum cukup? Aku juga sudah berusaha memberikan apapun yang kau minta, jadi aku kurang adil apa? Sudahlah, berhenti bersikap kekanakan seperti ini."

"Walaupun aku bertemu denganmu setiap hari. Tapi semua karyawan disini tidak tahu tentang hubungan kita. Mereka hanya tahu jika aku adalah sekretarismu saja. Dan mau tidak mau aku juga harus bersikap seperti seorang sekretaris di depan mereka. Itu sama saja! Aku ingin kita jalan berdua. Kita keluar kantor sekarang dan pergi berbelanja atau makan dengan alasan meeting."

"Tapi aku sedang banyak pekerjaan. Besok saja. Aku janji."

"Tidak ada. Aku ingin sekarang."

"Sana ku mohon, ini harus cepat selesai malam ini."

"Aku akan membantumu nanti."

Yeoja bernama Sana tadi mengambil dokumennya lagi dan memberi kode pada Jeongyeon untuk segera keluar.

Jeongyeon hanya pasrah dan mendengus kesal sebelum akhirnya ia bangkit dari kursinya menyusul Sana.

.
.
.

Ini ff cma pelampiasan aja sih dari ff sebelah, gak tahu kedepannya mau diseriusin atau nggak.

Klo tiba" mood ilang, ya tinggal di unpub aja:)
Jadi ku rasa umur ff ini gak akan panjang😖

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang