20

1.3K 157 73
                                    

"Apa kamu benar-benar ingin pulang?" tanya Jeongyeon mengusap lengan Mina yang kini berbaring ditubuhnya. Punggungnya bersandar pada dinding di sudut ranjang menumpu tubuh Mina agar tetap stabil.

"Aku bukan ingin, tapi aku memang harus pulang. Aku mohon, Jeong... Aku tidak tahan berada disini." rengek Mina dengan suara parau. Jari-jarinya sibuk meremas baju yang ia kenakan karena rasa takut dan cemasnya.

"Sebenarnya aku juga ingin sekali pulang. Terlebih karena Sana. Aku begitu merindukannya. Jika aku kembali ke Korea, Sana tidak akan berani-berani dekat dengan siapapun lagi termasuk Dahyun." Batin Jeongyeon dengan smirk dari bibirnya.

"Aku akan membicarakan hal ini dengan dokter Chae. Jika baiknya memang kita harus pulang, besok kita kembali ke hotel dan aku akan memesan tiket agar kita bisa secepatnya sampai Korea."

"Hmm... Bisakah kamu menghubungi Dahyun? Aku ingin sekali berbicara dengannya." pinta Mina menoleh agar matanya bertemu dengan Jeongyeon.

"Tidak Mina. Besok besok saja, sekarang cobalah untuk menutup matamu dan tidur." Bujuk Jeongyeon.

"Aku tidak bisa tidur karena hal itu. Jadi ayolah... Berikan ponselmu padaku biar aku saja yang menghubunginya." Mina menjauh dari tubuh Jeongyeon dengan telapak tangan menengadah terbuka.

"Baiklah, ini. Aku sudah berkali-kali menghubunginya sejak tadi tetapi ponselnya tidak aktif."
Jeongyeon memberikan benda persegi panjang ke tangan Mina yang langsung bergegas mencari kontak Dahyun dan menghubunginya.

Ternyata benar, tidak tersambung. Ponsel Dahyun tidak aktif. Ekspresi kecewa jelas terpancar dari wajahnya dan secara lemah mengembalikan ponsel Jeongyeon.

"Pergilah, Jeong. Bertanyalah pada dokter itu apakah kita bisa pulang. Dahyun membuatku semakin mengkhawatirkannya." ujar Mina menundukkan kepalanya dengan tangan sedikit mendorong Jeongyeon agar menuruti kemauannya.

"Oke tapi kamu harus berjanji akan tidur disaat aku sudah kembali kemari lagi." peringat Jeongyeon yang diangguki Mina.

Jeongyeon menghela napas lalu turun dari ranjang dan berjalan keluar menemui Chaeyoung di ruangannya. Sedangkan Mina perlahan kembali berbaring di tempatnya, mengambil posisi meyamping dan berusaha menutup matanya.

.
.
.

Dahyun masuk ke kamarnya menemui Eunha dengan hanya membawa semangkuk sup di tangan karena ia sangat buruk jika membuat bubur yang mungkin lebih mengenyangkan untuk gadis itu. Tidak apalah yang terpenting perut Eunha terisi. Itu tujuannya.

"Eunha..." sapa Dahyun menaruh mangkuknya di atas nakas lalu berdiri di samping Eunha yang sedang berbaring. Mengecek suhu tubuhnya yang mulai panas. Eunha benar-benar demam.

"Ne, kenapa?"

"Aku akan pergi sebentar ke apotek membeli obat untukmu. Kamu tidak apa-apa aku tinggal? Hanya sebentar... Setelah itu aku akan kembali kesini."

"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot, Dahyun." Eunha sedikit mendudukan tubuhnya yang lemas dengan dibantu Dahyun.

"Aku baik-baik saja." lanjutnya parau. Matanya perlahan mulai berat karena rasa kantuk dan pusing secara bersamaan.

"Tidak. Akan lebih baik jika diobati secepatnya. Tidak apa-apa kan aku tinggal?"

"Tidak apa-apa."

"Baiklah, perutmu juga harus diisi. Ada sup yang bisa kamu makan, agar setelah aku mendapatkan obatnya bisa langsung kamu minum."

"Terima kasih banyak."
Dahyun mengangguk lalu membantu Eunha membenarkan posisinya menjadi berbaring kembali.

"Aku akan pergi sekarang,"
Dahyun mengusap tangan Eunha lalu berniat pergi sebelum tangan si pemilik menahan tangannya.

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang