"Aku pulang..." suara nyaring Dahyun langsung menggema dari segala sudut rumah gelap yang baru saja ia masuki. Tentu saja tidak ada seorang pun yang menjawab karena sudah menjadi kebiasaannya melakukan itu. Tangannya mulai bekerja menghidupkan satu persatu lampu penerangan di rumahnya.
Saat perlahan memasuki kamarnya ia teringat akan ponselnya yang sudah tidak berfungsi. Bagaimana ia bisa berhubungan dengan eommanya jika seperti itu? Ia benar-benar lupa mengurusnya.
"Ah sudahlah, besok aku akan beli ponsel yang baru saja." ujarnya sedikit menguap lalu masuk ke kamar mandi.
.
.
.
Jeongyeon duduk di luar menunggu Mina yang masih menjalani terapinya. Tentu tidak hanya berdiam diri begitu saja. Ia masih berusaha menghubungi bahkan mengirim ratusan pesan kepada sang kekasih yang tidak kunjung mengabarinya lagi.Ingin sekali dia datang menemui Sana secepatnya dan meminta penjelasan mengenai apa yang terjadi tetapi di sisi lain Jeongyeon juga memikirkan Mina.
"Aku tidak peduli semarah apa kau padaku, Sana. Pulang dari sini nanti aku akan cepat melamarmu. Dan kemungkinan aku tidak bisa mempertahankan Mina lebih lama."
Cklek
Sosok pria bermarga Son membuka pintu ruangannya dan mempersilahkan Jeongyeon untuk masuk bersamanya. Terlihat oleh matanya Mina yang ternyata sudah berbaring lelap di ranjang rumah sakit.
"Anda tenang saja. Istri anda baru saja saya beri obat tidur untuk membantunya memiliki banyak istirahat yang cukup. Dan saya rasa untuk 3 hari pertama ini pasien harus di rawat disini." sebuah pernyataan keluar dari Chaeyoung.
"Lakukan yang terbaik. Mungkin dengan disini dokter lebih bisa mengontrol Mina."
"Dia sebenarnya cukup tenang. Jika tidak ada yang mengganggu pikirannya dia bisa cepat pulih. Hanya dirinya lah yang bisa mengendalikan, saya disini hanya mengarahkan apa yang harus ia lakukan."
"Baiklah saya paham."
"Apa anda akan menemaninya disini?"
"Saya sangat mempercayai anda. Jadi, besok saja saya akan kemari lagi." Chaeyoung mengangguk bersamaan dengan Jeongyeon yang menghampiri Mina lalu mencium keningnya cukup lama.
"Saya pamit."
"Silahkan..." Seusai Jeongyeon meninggalkan ruangan Chaeyoung memilih untuk menghubungi seorang perawat. Bertujuan menggantikan posisinya, tidak mungkin jika dirinya yang menemani Mina disini.
.
.
.
Sana membuka matanya karena merasa tidak begitu nyaman tidur di sofa rumah sakit. Sekuat apapun matanya mencoba menutup, saat itu juga ia sangat sulit merasakan kantuk. Semuanya hilang begitu saja.Pandangannya mengedar, masih sama seperti tadi. Ibunya masih terlelap, sementara dirinya hanya terdiam seperti orang bodoh. Oh god, aku benci kesunyian!
Keluhnya lalu meraih ponsel untuk ia mainkan. Terbesit di pikirannya menghubungi sebuah nomor yang selama ini selalu ia prioritaskan. Nama itu sangat jelas di layar karena begitu banyaknya pesan yang ia kirimkan. Sana yakin jika ia benar-benar mengkhawatirkan perubahan sikapnya.
Dia masih tidak paham apa yang Sana ucapkan tadi.
Akhirnya Sana pun memilih kembali menghubunginya. Tanpa menunggu lama panggilannya sudah sangat cepat diangkat oleh seseorang di seberang.
"Sana! Akhirnya! Mengapa kamu tidak mengabariku seharian ini? Pesanku juga tidak ada yang kamu balas aku benar-benar mencemaskanmu."
Sana menghela napasnya kasar.
"Maaf CEO, bukannya aku ingin menganggu kalian. Tapi aku hanya ingin menegaskan jika tolong berhenti berhubungan denganku!" Ujar Sana dengan suara lirih namun tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Different [Slow Update]
Fanfiction[HIATUS] Aku membencimu Perempuan tidak tahu malu SaiDa x JeongMi x JeongSa warning! gxg