11

1.4K 169 29
                                    

Dahyun membaringkan tubuhnya di kasur kamarnya. Tangannya ia rentangkan sedangkan matanya terpejam erat menikmati rasanya istirahat dari kesibukannya hari ini. Melelahkan. Bahkan besok ia ada jadwal di kampusnya.

"Arghh!" Dahyun mengubah posisinya menjadi tengkurap memeluk guling di sampingnya lalu menarik selimut tebal.

Tak selang berapa lama ponselnya berbunyi namun Dahyun tidak peduli dan memilih mengabaikannya. Ia terlalu mengantuk untuk hanya sekedar mengangkatnya.

Setelah diam, hening. Ponsel itu kembali berdering untuk yang kedua kalinya membuat Dahyun mendesah pelan dan mau tidak mau meraih ponselnya itu.

Nomor tidak dikenal.

Panggilannya terhenti namun lagi-lagi nomor itu kembali menghubunginya lalu dengan cepat Dahyun mengangkatnya.

"Yeoboseyo?!" Tegur Dahyun dengan nada sedikit membentak.

"..."

"Siapa ini?"

"..."

"Yak apa kau mengerjaiku? Jawab!" Dahyun meninggikan nada bicaranya.

"Kau harus sopan bicara dengan calon ibumu." suara dari seberang akhirnya terdengar. Dahyun diam sejenak untuk sekedar mengambil nafas panjang.
"Kenapa kau berlaga seperti orang sibuk ha? Apa susahnya mengangkat telpon dariku hanya dalam sekali panggilan?"

Dahyun mengusap wajahnya kasar.
"Kau menghubungiku lewat tengah malam. Apa kau tidak berpikir jika mungkin dia tidur atau bagaimana?! Oh tunggu kau kan tidak bisa berpikir ku rasa." Dahyun menyelesaikan kalimatnya dengan sedikit menguap.

"Kurang ajar!"

"Aku tahu, kau kesepian ya?" Dahyun tertawa kecil.
"Eomma tadi bilang jika mereka bersenang-senang disana. Berdua. Dan kau disini hanya diam seperti orang bodoh. Sudahlah, aku yakin hubunganmu dengan appa tidak akan bertahan lama. Kau akan kalah dengan eommaku."

"Kau belum tahu betul seperti apa hubunganku dengan Jeongyeon."

"Aku tidak ingin tahu! Yang ku inginkan hanyalah perpisahan di antara kalian!"

"Itu tidak akan terjadi."

"Omong Kosong!!" Dahyun memutus panggilannya sepihak. Menutup wajahnya dengan tangan sembari menggeleng berulang kali.

"Aku bingung dengan posisiku sekarang. Aku muak berdebat dengannya. Sangat muak!"

Ting...Ting...

Ponselnya kembali berbunyi membuat ia tersadar dan berharap jika itu bukan si wanita penggoda. Tangannya dengan perlahan merayap ke samping berusaha mengambil benda itu.

Sedetik kemudian ia menghela nafas kasar. Lagi lagi itu Sana. Ia tidak menelepon seperti tadi tetapi mengirimnya sesuatu. Dahyun ragu untuk membukanya tapi ia juga penasaran dalam waktu yang bersamaan.

Lama berpikir hingga kini ia memilih untuk membukanya saja.

Lama berpikir hingga kini ia memilih untuk membukanya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang