15

1.6K 189 60
                                    

Hembusan angin malam langsung menusuk di kulit ketika ia baru saja keluar dari rumah sakit. Dahyun tidak menyangka jika langit sudah benar-benar gelap seperti ini. Ia terlalu terpaku pada jam di tangannya yang mungkin sedikit terlambat dengan waktu sesungguhnya.

Beberapa langkah setelah keluar, Sana berhenti membuat si gadis putih ikut terhenti juga karenanya. Menoleh ke arah Sana dengan tatapan bingung.

"Wae?"

"Katanya mau pulang, ya udah pulang sana." ujar Sana dengan nada dinginnya.

"Tidak mau antar aku pulang beneran?"

"Udah. Tapi cukup sampai disini. Iya kali beneran, males banget."

Dahyun memutar bola matanya.
"Dasar..."

"Tapi ambil ini dulu!" Sana meraba sakunya. Mengeluarkan selembar tissue dari bungkusan mini di sana.

"Orang kalau naik taksi itu bayar pakai uang, bukan tissue seperti ini!" ujar Dahyun menghela napas panjang.

"Ini untuk membersihkan keningmu,"

"Kening? Memangnya ada apa dengan-"

"Lipstick ku berbekas di sana."

"Yak!!!" Dahyun merampas benda di tangan Sana lalu mengusap keningnya dengan kasar. Wajah tidak suka sangat tercetak jelas disertai dengan erangan frustasi.

"Kau nafsu apa bagaimana ha?!" tanya Dahyun masih terus sibuk dengan aktivitasnya.

"Yang benar saja... Aku hanya menuruti ibuku." Sana mengelak cepat.

"Menuruti tapi menghayati. Dasar penggoda." keluh Dahyun curiga.

"Mau aku jitak biar tambah merah?!" Sana mengangkat tangannya kesal dengan ekspresi menantang. Bersiap untuk apa yang akan ia lakukan.

Dahyun tidak tinggal diam. Ia seketika memasang wajah menyeramkan sama seperti terakhir kali ia membuat wanita itu sadar.

"Be-bercanda." gugup Sana menurunkan tangannya. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain seakan enggan menatap Dahyun lagi.

"Astaga mengapa aku sekarang sangat takut padanya. Mungkin karena aku trauma dengan perlakuannya padaku tadi pagi." batin Sana berpikir. Ia canggung dan sedikit menggerakkan kepalanya mencoba mengalihkan perhatian.

"Ya sudah, aku pulang." ujar Dahyun ketika ia berhasil memberhentikan sebuah taksi.

"Eee...terima kasih untuk hari ini. Kau sudah banyak membantuku walaupun hanya satu hari." ungkap Sana tulus. Tentu itu diterima baik oleh Dahyun yang kini tengah tersenyum untuknya.

"Jadi kau berpikir aku membantumu?"

"Tentu. Apa salah?"

"Kalau begitu bayar lah, kau kira bermain peran itu gratis. Uangku benar-benar menipis setelah habis untuk administrasi tadi."

"Yah itu sama saja kau meminta uangmu kembali bodoh!" kesal Sana mengepalkan tangannya. Ia tidak menyangkan ungkapan tulus darinya malah dibalas candaan tidak lucu oleh gadis pucat ini.

"Aku hanya meminta untuk membayar taksi ini saja. Akan ku kembalikan besok setelah aku mengambil di atm."

Sana menghela napas panjang.
"Ambil ini. Tidak usah dikembalikan. Lagipula apa Jeong... Ee maksudku appamu tidak akan curiga dengan hal ini?" ucap Sana memberikan beberapa lembar uang ke Dahyun sembari berargumen.

"Aku akan mengatasinya kalau ia mencurigaiku. Dan aku tidak akan membawa namamu."
Dahyun mengulurkan tangannya untuk meraih uang tadi sembari tersenyum.

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang