06

1.4K 175 24
                                    

Jeongyeon sampai dirumahnya lebih awal. Senyum tidak henti-hentinya terukir dari bibirnya ketika melihat sebuah benda di tangannya yang sejak tadi ia genggam.

"Sayang,?" Tegurnya memanggil Mina.

Beberapa saat menunggu rupanya Mina tidak mendengar tegurannya itu. Dengan langkah cepat Jeongyeon pergi ke arah kamarnya dan menemukan sang istri tengah duduk merias wajahnya.

Tanpa aba-aba Jeongyeon langsung memeluknya dari belakang membuat Mina tersentak karena ulahnya.

"Chagiya! Kau membuatku benar-benar kaget sekaligus takut." Pekik Mina menoleh menghadap Jeongyeon.

Jeongyeon hanya terkekeh puas dengan perubahan wajah Mina yang sangat menggemaskan hingga ia tidak tahan ingin mencubit kedua pipinya itu.

"Aku sudah memanggilmu tadi. Tapi kau tidak mendengarku."

"Benarkah? Maafkan aku, mungkin karena kamu pulang lebih cepat hari ini. Ku kira akan sampai tengah malam nanti."

"Tidak perlu minta maaf. Aku punya sesuatu untukmu." Ujar Jeongyeon memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah pada Mina.

"Jeong, aku harap ini bukan hadiah lagi." Balas Mina menghela napas.

"Waeyo? Bukalah.."
Mina menurut dan membuka kotak itu. Sebuah kalung dengan liontin berlian yang sangat indah.

"Jeongyeon..." rengek Mina mengembalikan kalung tadi kepada lelaki di depannya.

"Ada apa? Akan terlihat lebih indah jika ini melingkar di lehermu."

"Jangan berlebihan. Aku tidak membutuhkan ini, sebaiknya kita gunakan uangnya untuk biaya kuliah Dahyun saja. Itu akan jauh lebih bermanfaat untuk masa depan anak kita." Jelas Mina mengusap tangan Jeongyeon dengan lembut.

Jeongyeon menghela napas kemudian tersenyum.
"Aku juga pasti memikirkan Dahyun. Tapi apa kau tidak ingat tentang hari ini?"

Mina mengernyit lalu menggeleng dengan perlahan tanda tidak mengerti.
"Hari ini adalah anniversary kita yang ke 22 tahun, Sayang. Dan aku tidak ingin waktu ini berlalu begitu saja tanpa memberikan sebuah kenangan manis untukmu. Jadi aku mohon pakailah.."

Mata Mina mengerjap beberapa kali dan menyadarinya. Kedua tangan secara otomatis langsung melingkar di leher Jeongyeon dan memeluknya sangat erat.

"Maaf Jeong. Sungguh aku sama sekali tidak mengingatnya. Maafkan aku." Jujur Mina yang mulai terisak.

Jeongyeon membalas pelukan Mina dan mengusap punggungnya pelan, memberikan sebuha kenyamanan tersendiri untuk keduanya.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti kau juga sibuk, tapi ku mohon pakailah kalung itu."

Mina mengangguk pelan dan perlahan melepaskan pelukannya.

"Bantu aku.." ujarnya mempoutkan bibirnya dengan mata yang masih basah.

Jeongyeon membantunya dengan senang hati, memakaikan kalung itu tepat di leher putih istrinya. Jauh lebih indah dibanding tadi.

"Terima kasih.. A-aku menyesal kenapa bisa melupakannya hari istimewa kita. Jadi maaf jika aku belum menyiapkah hadi-"

"Jangan memikirkan itu. Melihat senyummu saja itu sudah sangat membuatku bahagia. Jadi berikan aku senyum manismu setiap detik. Maka aku akan memberikan segalanya untukmu." Jeongyeon menangkup pipi Mina dengan kedua tangannya.
Memajukan wajahnya perlahan sementara Mina mulai memejamkan matanya.

Chup

Bibir keduanya kini telah menempel. Jeongyeon melumat bibir tipis milik Mina dan satu tangannya mulai sibuk menarik tengkuk istrinya itu untuk memperdalam ciumannya.

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang