22

1.5K 128 39
                                    

Sana terduduk di sofa sembari memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan ucapan Dahyun tadi yang memang ada benarnya. Gadis itu sudah pergi dari rumahnya sekitar 10 menit yang lalu, sedangkan Sana memilih untuk diam di tempatnya.

"2 hari? Kemana aku harus pergi dalam waktu secepat itu?" Ujar Sana mengacak rambutnya pelan. Dia tidak mungkin membawa ibunya pergi jauh dalam keadaan yang masih kurang sehat. Ibunya juga pasti akan banyak bertanya jika ia tiba-tiba meninggalkan Dahyun.

"Tidak! Aku tidak akan pergi kemana pun. Aku hanya perlu menemukan tempat yang aman di sekitar sini untuk pindah. Hanya itu yang aku inginkan." Sana meyakinkan dirinya dan mengangguk mantap. Bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kaki menuju pintu utama dan menutupnya rapat. Dengan cepat ia berbalik arah menuju kamarnya, mengistirahatkan tubuhnya di ranjang empuk setelah berhari-hari terjaga di rumah sakit.

.

cklek

Dahyun tersenyum simpul melihat Eunha tengah berbaring dengan ponsel di tangannya. Dia sudah terlihat jauh lebih baik kali ini. Eunha terlihat sedikit terkejut lalu berusaha mendudukan dirinya dan menatap Dahyun yang kini berjalan mendekati nya.

"Bagaimana keadaanmu? Obatnya sudah diminum kan?" Tanya Dahyun yang langsung diangguki oleh Eunha.

"Badanku juga sudah merasa lebih baik daripada tadi." Balas Eunha dengan senyuman manisnya.

"Syukurlah." Dahyun duduk di pinggir ranjangnya, lalu mengambil mangkuk sup yang sudah benar-benar kosong.

"Tunggu.. wajahmu? Ini bekas pukulan kan? Siapa yang memukul mu?" Eunha menggenggam lengan Dahyun ketika baru menyadari ada lebam di wajahnya. Raut wajah Eunha terlihat begitu khawatir namun Dahyun malah terkekeh pelan dan menatap lekat mata Eunha.

"Tadi aku tidak sengaja menabrak tiang. Aku yang ceroboh jadi kamu tidak perlu khawatir seperti itu. Aku baik-baik saja." Ucap Dahyun memberi Eunha pengertian namun si lawan bicara malah menatap kesal Dahyun.

"Mengapa kau tidak bisa berhati-hati sih?"

"Iyaa.. lain kali aku akan berhati-hati." Eunha mengerucutkan bibirnya tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Dahyun.

"Kamu lapar?" Tanya Dahyun teringat jika ia membuatkan sup pagi tadi sementara sekarang hari sudah siang.

"Aku masih kenyang."

"Baiklah, aku akan ke dapur untuk menaruh mangkuk kosong ini. Apa kamu butuh sesuatu?" Dahyun beranjak dari duduknya lalu memperhatikan Eunha yang menggeleng pelan.

"Aku hanya butuh kamu, Dahyun."

Dahyun terkekeh lalu mengacak pelan rambut Eunha. "Bisa aja." Ujarnya kemudian pergi dari kamarnya menuju dapur. Meninggalkan Eunha yang terdiam dengan bibir yang terangkat. Tiba-tiba saja ia mengerutkan keningnya seperti sedang memikirkan sesuatu. Eunha menggigit jari telunjuknya dan menatap foto Dahyun yang berada di dinding kamarnya.

Tak selang berapa lama Dahyun kembali dengan sebuah susu di tangannya lalu meletakannya di atas nakas.

"Loh aku kan tidak bilang ingin susu..?" Heran Eunha namun sebenarnya dia menyukai perhatian Dahyun ini.

"Aku inisiatif sendiri." Balas Dahyun cepat. "Minum gih."

"Nanti," Eunha menarik tangan Dahyun hingga terduduk di sampingnya.

"Ada apa? Masih sakit?" Tanya Dahyun sedikit menaikan kedua alisnya namun Eunha hanya menggeleng. "Lalu kenapa?"

"Umm.. aku ingin mengatakan sesuatu." Jawab Eunha sedikit mengigit bibir bawahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Feel Different [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang