SURVIVE

361 38 33
                                    














STRUGGLE
.
.
.
.
.
.
.
.
.
       
























"Junn-- hikss.. sak-- hueekk! Uhukk.. hikss".
Bahkan kini darah juga keluar dari hidungnya.

"..... Hikss.. jinani?!".




Junhoe melihat Papaw tengah berdiri di ambang pintu dengan boneka kelinci kesayangannya, entah sejak kapan anak itu berada disitu dan melihat apa yang di alami jinhwan.

Papaw langsung menangis histeris, saat Junhoe menghampirinya dan menggendongnya. Dia terus meneriaki nama jinhwan sambil terus menangis. Junhoe ingin membawanya kembali ke tempat tidur tapi anak itu malah berpegangan dengan pintu.

Anak itu semakin hiteris tidak ingin meninggalkan jinhwan. Rasanya jinhwan semakin pusing, mendengar keributan mereka,

"Jun!".  Lirih jinhwan penuh penekanan.

Junhoe akhirnya membawa Papaw yang terus menangis kedekat jinhwan, posisi jinhwan kini masih berdiri berpegangan dengan wastafel .

"..hikss.. jinanii". Masih dalam gendongan junhoe, Papaw mengulurkan tangan kanannya dan memegang pipi jinhwan.

Jinhwan tersenyum lirih, sambil memegang tangan kecil yang berada di pipinya.

"Egh.. ppfftt..". Jinhwan menahan batuknya hingga wajahnya memerah. Namun percuma darah tetap mengalir dari pojok bibirnya. Cepat Junhoe mengambil tissue.

"Jangan di tahan". Ucap Junhoe sambil mengelap mulut jinhwan.

"Bhukk! Hukk.. huekk". Baru Junhoe berkata, jinhwan sudah tidak tertahan dan kembali memuntahkan darah hingga mengenai tangan Junhoe.

Papaw dengan cepat memeluk erat leher Junhoe, membekapkan wajahnya disana takut melihat jinhwan Yang sangat kesakitan sambil terus menangis.

Kaki jinhwan lemas, semakin lemas seperti tidak memiliki energi, pandangannya gelap.

Brugh..

"Sayang!".

Dengan cepat Junhoe menahan tubuh jinhwan dengan tangan kirinya agar jinhwan tidak membentur lantai. Papaw yang berada di gendongan kanan Junhoe terkejut dan mengeratkan pegangannya saat mendapat pergerakan Junhoe secara mendadak.

Tidak jinhwan tidak pingsan dia hanya lemas dan limbung, wajahnya semakin pucat bahkan tubuhnya sudah dingin seperti es.

Junhoe meminta Papaw agar turun dari gendongannya karena dia akan mengangkat jinhwan, untung saja Papaw mengerti dan turun dari gendongan, namun melihat darah di lantai dan di wajah jinhwan Papaw kembali menangis, rasanya kepala Junhoe ingin pecah menangani keduanya bersamaan.

Emosi, Junhoe pun memarahi Papaw untuk diam, dia tidak bisa fokus rasanya saat mendengar Papaw menangis, bocah itu terdiam dengan nafas yang masih tersendat.

Dengan mata sayu yang rasanya selalu ingin tertutup jinhwan berusaha memandang Junhoe, sambil dia memegang dada Junhoe lembut berusaha menenangkan dan meminta Junhoe untuk sabar.

Junhoe pun mengangkat jinhwan dan kembali mendekatkannya pada wastafel yang sudah berubah warna menjadi kemerahan, Junhoe menyalakan air, mencuci tangannya dan membasuh mulut jinhwan yang masih terdapat bercakkan darah.

STRUGGLE ~JUNHWAN - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang