= 05 = Astral Being

886 52 0
                                    

Hai, I'm Back. Maafkan yang nggak update dua minggu kemarin yaa

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

CAROLINE mendengus kesal, saat ini kafenya sangat ramai bahkan pengunjungnya membeludak dibanding hari – hari biasanya. Bahkan gadis itu juga harus turun tangan untuk membantu para karyawannya.

Caroline memasukkan slop ice sambil menatap kesal sosok yang saat ini berdiri di sisinya sambil tersenyum ramah kepada seorang pembeli perempuan. Ck, sungguh tebar pesona.

"Beib, jangan melamun. Es nya hampir penuh itu."

Caroline terkesiap kaget saat suara bariton itu membuyarkan lamunannya. Ia menjadi sangat kesal saat sosok itu menatapnya dengan senyum jahilnya. Sialan, rutuk Caroline. Caroline menghela napas panjang lalu gadis itu kembali fokus ke dalam rutinitasnya. Entah berapa pesanan yang ia buat sampai – sampai stok kopi yang biasanya cukup seperti hari – hari biasanya hampir habis dan mau nggak mau Willy ia suruh untuk mengambil stok yang ada di lantai atas. Untung saja masih ada simpanan.

"Really? Lo nggak ada rencana kembali ke Amrik? Kenapa masih di sini hmmm?"

Saat ini mereka tidak melayani pembeli sehingga Caroline bisa berbicara seleluasa mungkin.

"I've told you before that I miss you."

"Bullshit."

"Beib, don't bullshit on me, okay? That's so rude."

Caroline menghela napas panjangnya, ia lelah tiap kali berdebat dengan pria di sebelahnya ini.

"Bos. Stok di atas hampir habis hanya bisa bertahan sampai sore. Kita ambil stok di gudang utama atau tutup lebih awal?"

Willy, senior managernya muncul secara tiba – tiba hingga membuat Caroline terkejut. Astagaaa jantungku, rutuk Caroline dalam hati.

"Biar gue yang ambil. Lo di sini aja sama Wendy."

"Oke, Bos."

"I'm in."

"Lo di sini aja."

"Nggak aku ikut kamu."

"Richard, astaga."

Willy menatap bingung dua insan yang ada di hadapannya itu. Baru kali ini pria itu melihat Bosnya sangat terganggu dengan kehadiran seseorang bahkan sampai tidak bisa mengontrol emosinya. Dalam benaknya, Willy mengapresiasi tindakan laki – laki itu karena berhasil membuat Bosnya yang pendiam menjadi penuh ekspresi hari ini.

"Err, Richard bisa ikut sama lo, Bos. Gue bisa manggil Satria buat datang lebih awal."

Caroline mendengus kesal. Mau tidak mau gadis itu menyetujui pendapat Willy daripada waktu terbuang – buang hanya untuk berdebat dengan sosok menyebalkan di sampingnya ini. Caroline pun keluar dari balik pantrie dan menuju ke lantai atas diikuti dengan Richard.

MaCarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang