= 18 = Perfect Day

435 34 1
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

DON'T BE LIKE SMUGGLE READER! Karena nggak enak kalo kita berkarya tapi nggak diapresiasi

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

CAROLINE melirik Galileo yang sedang sibuk memangku Allendis dan bermain dengan malaikat kecil itu. Sepasang matanya melirik jam dinding yang ada di ruang tamu. Dua jam lagi kedatangan dua orang yang Caroline nanti – nantikan. Sore kemarin wanita itu langsung mengirim jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawatnya. Caroline segera mencatatnya tanpa sepengetahuan Galileo. Yap. Kakaknya itu belum mengendus rencana liciknya sampai pagi hari ini. Dia sengaja menyibukkan Galileo entah dia yang menyuruh kakaknya mengantarnya mengambil pasokan, mengajak Allendis bermain, bahkan menjadi supir pribadi Marcello. Semua itu ia lakukan agar Galileo tidak menengok ponselnya sama sekali.

Sepasang mata Caroline menatap Galileo dengan was – was saat ia menyadari gelagat aneh kakak sepupunya seperti mencari sesuatu. Lalu detik berikutnya pandangan mereka bertemu.

"Lav, tau ponsel gue nggak? Gue lupa dari kemarin belum ngehubungi Sher."

"Nggak tau. Kan itu ponsel lo, Kak. Coba cari di kamar."

"Oke deh."

Setelah Caroline memastikan Galileo menghilang ke dalam kamar, Caroline segera meletakkan ponsel Galileo di dalam saku mantel kakaknya yang tergantung di gantungan mantel dekat pintu masuk apartemennya. Lalu gadis itu segera kembali ke tempat semula melanjutkan menguleni adonan kuenya.

"Nggak ada."

"Ya, gue nggak tau lah. Oh iya, Kak. Abis ini temenin gue ke bandara ya?"

Caroline berusaha mengalihkan topik tentang ponsel. Gadis itu bernapas lega saat Galileo duduk kembali bersama Allendis.

"Ngapain."

"Jemput."

"Iya gue tau. Jemput siapa?"

"Entar lo juga tau."

Galileo menatap adik sepupunya itu dengan pandangan curiga.

"Lo.."

Caroline terdiam seketika. Apakah rencana liciknya ketahuan?

"Lo mau jemput selingkuhan ya?" ejek Galileo.

Caroline mendengus kesal. Emang dah, kakak sepupunya yang satu ini selalu berpikiran out of the box.

"Nggak lah. Gue itu setia ya sama Cello."

"Iya deh iya. Kapan jemputnya?"

"Sekarang."

"Sekarang?"

"Iya."

"Terus panggangan lo?"

"Udah gue timer kok. Aman."

"Cello gimana?"

"Dia bawa kunci cadangannya. Daritadi lo ngeles mulu, Kak. Jangan – jangan lo nggak mau ya?"

"Aduh, lo kan tau sendiri kalo gue nggak bisa menolak permintaan lo."

"Ayo cepet ganti baju. Gue nggak mau ya kita telat. Lo tau sendiri kan, Jakarta itu macet apalagi jam segini."

"Iya. Iya. Lo ganti baju dulu sana, gue nemenin Allen. Nanti kita gantian."

"Okey, Kak."

Caroline tersenyum puas sambil menuju ke kamarnya. Aaaaah, today is perfect day. Sebentar lagi Caroline akan ketemu kakak ipar sepupunya. Upsss, calon kakak ipar sepupunya.


Caroline's POV

"Mom, mau ke mana?"

Aku terkekeh geli sambil mengelus lembut kepala Allen. Malaikat kecil ini sangat antusias sejak kami bertiga keluar dari apartemen.

"Ketemu teman baru Mommy?"

"Teman baru? Jangan – jangan lo lagi ngeprank gue, Lav. Ini belum saatnya april mop."

"Beneran, Kak. Ini kita bener – bener jemput orang. Nggak ngeprank gue.

"Siapa sih?"

"Ntar lo juga bakal tau, Kak."

Dua jam dilalui sama celotehan Allen. Malaikat kecil itu nggak berhenti mengoceh. Aku dan Kak Leo tertawa geli menanggapi ocehan malaikat mungil itu. Aku berjalan menuju gate kedatangan dan Kak Leo mengikuti di belakangku. Setelah aku sudah menemukan tempat paling depan di pagar pembatas, tiba – tiba aja Kak Leo memegang lenganku. Mungkin takut ya kalo aku bakalan kabur. Aku melihat tangan Kak Leo yang bebas memegang ponselnya dan aku bisa menduga pasti itu telepon dari Kak Sher.

"Halo?"

"Kamu dimana?"

Aku mendelik saat aku sadar ternyata Kak Leo meloudspeaker panggilan itu. Duh, dari suaranya aja, aku yakin kalo Kak Sher itu cantik banget. Jadi nggak sabar deh ketemu sama Kak Sher.

"Di Bandara."

"Iya, aku tau. Tepatnya di sebelah mana?"

"Aku kasih tau pasti kamu nggak bakalan tau."

"Aku bakal tau. Dimana?"

"Kenapa sih?"

"Nggak usah bertele – tele, Leo."

"Tapi aku beneran nggak tau maksud kamu tanya aku ada di mana."

Kayaknya Kak Sher udah datang deh.

"Papa!"

Aku segera menoleh ke pintu kedatangan bandara, soalnya aku kenal banget sama suara cempreng itu. Kalo bukan si Arcen tengil siapa lagi. Aku melihat perawakan Kak Sher. Sungguh. Ciptaan Tuhan yang sempurna. Kecantikannya seperti rupa para Dewi Yunani. Tubuhnya yang semampai dan tinggi banget untuk ukuran orang Indonesia. Belum lagi rambut fawnnya yang tergerai indah dan glowing. Kulitnya, astagaaaa. Mulus banget seputih susu. Belum lagi cara jalannya yang elegan banget kayak anggota kerajaan Inggris. Pantes aja Kak Leo bucin banget sama Sherefina. She's so damn beautiful and gorgeous.

Aku melirik Kak Leo dan aku sadar kalo aku ketahuan saat Kak Leo mendengus kesal. Ya maaf ya kakakku, aku terlalu kepo sama yang namanya Sherefina. Aku yakin. Pasti aku dan Kak Sher bakal klop banget. Sialaaan, Kak Leo beruntung banget punya Kak Sher. Bahkan menurutku Kak Sher terlalu baik buat Kak Leo. Fix, aku ngefans sama Kak Sher. She's my role model now.




TBC...

MaCarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang