= 04 = Dissension

959 63 0
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

CAROLINE, gadis itu mendengus kesal saat sepasang mata hazelnut terangnya menatap kerumunan orang – orang yang memakai baju dress dan juga setelan jas. Iviana, Mommynya berhasil menjebloskan Caroline ke dalam lubang neraka. Lubang neraka yang disebut pesta meriah dan mewah yang ada di hadapan gadis itu sekarang. Shit, umpat Caroline dalam hati.

"Really, Mom?" ujar Caroline sambil memasang wajah tak sukanya pada Iviana, Her Mommy.

"Senyum yang manis, Rol. Jangan sampai kamu mempermalukan Evan."

Caroline hanya mendengus kesal saat mendengar keluhan Iviana. Bisa – bisanya Mommynya mengajaknya ke dalam acara yang seperti ini, padahal acara ini adalah sesuatu hal yang sangat Caroline benci. Dan sekian lama tidak bertemu Iviana selalu saja mengutamakan Charlie –panggilan akrabnya Evan– atau Chamomile –panggilan akrabnya Miley– tanpa mau menggubris Caroline. Lalu aku lahir untuk apa Mom, batin Caroline.

"Lagipula Kak Evan tidak masalah jika aku tidak hadir di acara pertunangannya yang penting ini, lagipula aku- Awwwwwww, Mom?!"

Caroline memekik kaget saat pinggangnya terasa sangat nyeri dan sakit akibat ulah Iviana, Mommynya yang mencubit pinggang rampingnya. Caroline menatap kesal pada Iviana, memang tidak jarang Iviana melakukan aksi kekasaran fisiknya pada Caroline. Hellowww, sebenarnya apa sih salahku? Kak Evan sendiri yang membolehkanku untuk hadir atau tidak, batin Caroline. Caroline mendengus kesal dan masa bodoh dengan beberapa pasang mata memerhatikan sepasang suami istri dan Caroline itu.

"Ivy, sudahlah. Semua orang lagi melihat kita."

"Oh come on, Charles. Apakah kamu harus membela Carol di saat seperti ini?"

"Aku tidak membela, Carol. Aku hanya takut jika dia tidak pulang – pulang lagi kalau kamu masih melakukan kekerasan padanya."

Caroline menjulurkan lidahnya pada Iviana dan gadis itu tersenyum geli saat melihat Iviana harus menahan emosinya untuk menjaga martabat nama besar Piove. Wajah Caroline kembali datar saat Iviana meninggalkan Caroline dengan Charles, Daddynya. I really hate this condition, rutuk Caroline dalam hati. Tatapan Caroline menatap nanar Iviana yang berjalan menjauh dan menghampiri Chamomile, kakak keduanya, anak gadis satu – satunya yang selalu diagung – agungkan oleh Iviana.

"Nak, haruskah kamu membuat Mommy sakit hati terus?"

Caroline terdiam seribu bahasa dan menghela napas kesal saat mendengar keluh kesah Charles. Sungguh, aku nggak pernah berharap atau berniat untuk membuat Mommy sakit hati terhadapku, batin Caroline. Hanya saja Caroline merasa Iviana tidak pernah merasa puas dengan apa yang Caroline lakukan selama ini. Terbukti dari dirinya yang kerap kali dibanding – bandingkan dengan Chamomile, kakak perempuan satu – satunya sekaligus anak gadis kesayangan Mommynya Iviana.

MaCarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang