Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca
Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗
.
.
.
Happy reading all ^_^
.
.
.
.
CAROLINE menatap jengah laki – laki yang saat ini berdiri di depan pintu apartemennya. Bagaimana bisa dia tahu dimana apartemennya? Ah, Lanaige. Dia lupa jika laki – laki yang ada di hdapannya ada turunan Lanaige.
"Kamu kenapa semalam main kabur aja hmm?"
"Gue hanya mau pulang. Sekarang bisa lo pergi dari sini?"
"Nggak bisa. Kita belum menyelesaikan semuanya."
"Apa lagi yang harus kita selesaikan?"
"Status kita."
Laki – laki itu, Marcello langsung masuk begitu saja ke dalam apartemen Caroline tanpa izin dari sang pemilik. Caroline mendengus kesal hingga ia menutup pintunya dengan keras. Marcello memindai seluruh apartemen Caroline. Barangkali mungkin dia menemukan beberapa cecunguk di apartemen ini.
Marcello bernapas lega saat tidak menemukan siapa pun. Hanya Caroline seorang diri. Lalu ia berbalik dan mendapati Caroline sedang memandanginya dengan tatapan bingung dan penuh tanya.
"Well, ternyata kamu sendirian." Ujar Marcello.
"Ini kan apartemen gue, jelas lah gue sendirian."
"Aku kira ka-"
"Bisa kita cut aja basa basinya? Sekarang kenapa lo ada di sini? Bahkan tanpa sopan santun lo masuk ke dalam apartemen gue."
"Kita kan pacaran?"
Caroline menatap kaget Marcello. Pacaran? Sejak kapan?
"Pardon me? Pacaran? Kapan?"
"Semalam."
"Semalam ya? Semalam gue belum bilang setuju kan?"
"Apa? Nggak bisa gitu dong."
"Listen, Marcello Yang Terhormat. Sebuah hubungan pacaran itu tercipta di saat dua orang yang berhubungan saling menyetujui dan semalam hanya lo aja yang setuju. Gue nggak."
"Oke, oke, jadi ini kode dari kamu biar dilamar maksudku mengajak dirimu pacaran lebih romantis dari kemarin?"
Caroline's POV
"Oke, oke, jadi ini kode dari kamu biar dilamar maksudku mengajak dirimu pacaran lebih romantis dari kemarin?"
WHAT?! Kenapa semua laki – laki yang ada disekitarku tidak tahu menahu soal penolakan? Dulu Richard sekarang ganti Marcello?
"Lo pura – pura oon, budek atau gimana sih?"
"Aku tahu maksudmu, Lav. Benar apa yang aku bilang tadi kan?"
"Gue nolak lo. Lo beneran nggak ngerti arti penolakan itu seperti apa?"
Aku menatap jengkel laki – laki yang ada di hadapanku ini. For God's Sake. Arti penolakan aja masa nggak ngerti sih?
"Setelah aku memberitahu soal Allendis semalam kamu masih tidak peduli?"
Aku terdiam. Aku memang peduli pada Allendis tapi tidak dengan Daddynya. Hmm apa mungkin? Kalo nggak peduli kenapa dadaku terasa sakit ya?
"Lavey, listen to me, please. We start again from the beginning and I will tell you everything. I beg you, Sweety."
"Kenapa?" tanyaku dengan nada lirih sambil menatap lantai ruang tamu.
Kenapa sekarang Kak Cello baru muncul? Kenapa harus di saat hidupku sudah teratur dia baru muncul?
"Pardon me?"
Aku menegakkan kepalaku lalu menatap lekat Kak Cello. Shit, pandanganku mengabur sepertinya karena mataku berkaca – kaca.
"Kenapa lo harus muncul sekarang, HAH?! Di saat hidup gue sudah teratur dan tenang, lo datang kembali dengan seenak jidat lo. Kenapa? Kenapa nggak hilang selamanya saja, hah?! Kenapa baru sekarang muncul? Setelah tiga tahun lamanya. Kenapa?!"
Pikiranku kacau. Entah apa yang tadi aku racaukan, aku nggak sadar. Aku memejamkan kedua mataku berusaha untuk meredam emosiku. Air mata sialan. Kenapa harus keluar juga? Bahkan di depan laki – laki brengsek ini. Lo lemah, Lav.
Marcello's POV
"Kenapa lo harus muncul sekarang, HAH?! Di saat hidup gue sudah teratur dan tenang, lo datang kembali dengan seenak jidat lo. Kenapa? Kenapa nggak hilang selamanya saja, hah?! Kenapa baru sekarang muncul? Setelah tiga tahun lamanya. Kenapa?!"
Gue menatap nanar sosok Lavey yang saat ini mengeluarkan segala emosinya dan bahkan bisa dibilang terlihat sangat rapuh. Gue semakin bersalah saat kedua mata indah itu mengeluarkan air mata. Gue langsung menghampirinya dan memeluk tubuh mungil itu.
"Maaf. Maaf kan aku. Karena itu, ayo kita mulai kembali dari awal."
"Gue lelah, Kak. Lelah."
"I know. Biar aku yang menjagamu kali ini."
Gue merasakan Lavey yang semakin merapatkan diri ke dada gue dan memeluk gue erat. Entah ini pertanda dia menerima gue atau malah ini pelukan terakhir kami? Gue nggak tau selama Lavey nggak bicara apa pun ke gue, gue nggak bisa melangkah lebih jauh lagi. Gue takut kehilangan dia untuk yang kedua kalinya lagi.
TBC
.
.
.
See yaa ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
MaCarol
ChickLitTHIS IS MY ORIGINAL STORY. DON'T COPY MY STORY IF YOU WANT TO GO TO THE HELL #2nd SERIES OF DUDA'S WORLD This story I make since January 2020 CAROLINE LAVENDER PIOVE Seorang main script writer sekaligus novelist terkenal yang belum diketahui oleh k...