07

5.6K 395 57
                                    

Mata terbuka berlahan.
Suasana remang menyambut penglihatannya. Di luar ternyata sudah gelap.

Tubuh berusaha di gerakkan.
Tapi seseorang tengah memeluk tubuh terlentangnya erat hingga tak dapat bergerak.

"Aku masih hidup?" gumamnya seperti tak percaya dengan fakta menyebalkan ini.

"Ada apa?" suara lembut menabrak indera pendengaran Dahyun.
Tubuh juga terasa sedikit leluasa untuk bergerak.

Kepala mendongak.
"Sana unnie?" kagetnya

"Ada apa? Apa kepalamu sakit? Atau luka di lenganmu sakit? Katakan padaku!" Sana menyerangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Bukan jawaban yang di berikan Dahyun.
Tapi sebuah isakan pelan.

Dengan cepat Ia memeluk tubuh Sana dengan erat.
"Maafkan aku unnie. Aku benar-benar minta maaf. Tolong jangan putuskan aku" Isak Dahyun

Sana membalas pelukan.
Dadanya terasa basah akibat air mata Dahyun.

"Ini bukan saatnya membicarakan itu. Kesehatanmu lebih penting!" ucap Sana

Dahyun meremas baju unnienya itu
"Aku tidak perduli kesehatanku. Aku..aku hanya..."

"Maaf Dahyun. Ini memang salahku" potong Sana

"Ku mohon jangan lakukan hal ini padaku. Aku tidak bisa hidup tanpamu unnie"

"Berhenti berpikir seperti itu. Masih ada keluargamu yang harus kau pikirkan!"

"......"

"Dengarkan aku, Meskipun kita bukan sepasang kekasih lagi, aku masih sahabatmu Dahyun. Kita bekerja di bidang yang sama dan di grup yang sama juga" Sana mencoba memberi pengertian

"Tidak. Semuanya berbeda. Aku ingin memilikimu!" Dahyun bersikeras

Hah~
Sana menghela napasnya pelan.

"Kenapa unnie lakukan itu?"

"apa maksudmu?"

"Jika unnie tidak mencintaiku, kenapa unnie datang kesini? Bahkan menggagalkan rencanaku untuk bun–"

"Hentikan Dahyun! Berhentilah berpikiran pendek!" potong Sana kesal.

"Itu karena unnie!" bentak Dahyun sembari melepas pelukannya. Dia berdiri lalu berjalan ke arah jendela kamar yang tidak tertutup gorden.

Sana menghela napasnya.
Dia juga bangun. Tapi memilih duduk di pinggir ranjang. Menatap punggung Dahyun yang jauh di hadapannya.

"Seharusnya unnie tidak datang kesini" Dahyun bersuara

Sana yang sempat menunduk kini menatap kembali Dahyun. Gadis itu terlihat ingin membuka balutan kain kasa di pergelangannya.

Sana yang kaget segera berlari ke arah gadis itu. Menahan apa yang dilakukan Dahyun.
"Ku mohon berhentilah!" lirih Sana

Dahyun menatap Sana.
Cahaya bulan yang cukup terang membuat Dahyun dapat melihat jelas wajah cantik gadis Jepang itu.

"Sekarang katakan padaku. Apa unnie benar-benar tidak mencintaiku lagi?"

Sana melepas tangannya yang sedari tadi menahan pergerakkan Dahyun.
Atensi pindah ke arah lain. Dia tidak sanggup menatap gadis Kim itu.

"Aku harus pulang" Sana malah berujar di luar ekspetasi Dahyun. Dia bahkan terlihat akan meninggalkan Dahyun kini

"Pulang? Katakan padaku. Apa di jam seperti ini masih ada penerbangan ke Jepang? Oh..atau unnie akan pulang ke apartement Mark oppa?" Ucapan Dahyun menghentilan langkah Sana.

About Us? S2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang