Lampu ruangan membuat kepala Almira menjadi pening, dibukanya kelopak mata indah sayu itu.
"Kamu sudah sadar Nak?" suara lembut dari seorang wanita paruh baya mengagetkan Almira.
"Siapa? Anda siapa?" tanya Almira bingung
"Tolong panggilkan dokter" ucap wanita itu lagi
"Jangan takut, setelah dokter memeriksamu, Aku akan jelaskan semuanya"
Dokter memeriksa semua dengan detail, Almira kini sudah berada di ruang VIP rumah sakit tersebut. Setelah mendengar pengakuan Alfian, Raisa lalu memanggil kedua orang tuanya.
Bahkan Farhan membereskan David agar David bisa meninggalkan Almira. Dengan susah payah David menerima kenyataan kalau pria yang bertanya padanya tadi adalah Ayah dari bayi yang Almira kandung.
"Apa masih terasa pusing? Ada yang ingin Kamu makan? Ah, ia Bunda membawa buah ini, pasti Kamu kelaparan, makan ini pelan - pelan ya" ucap Bunda ramah.
Bunda dan Raisa membantu Almira duduk di kasurnya, "Bunda?" tanya Almira bingung
"Apa Kamu tau kalau Kamu sedang mengandung?" tanya Bunda perlahan
Almira diam, itu berarti ia tau semua itu.
Bunda mengenggam tangan Almira, "Tenang lah, Kamu tidak perlu takut atau malu. Alfian akan bertanggung jawab"
Mendengar nama itu Almira mengangkat kepalanya menatap Bunda.
"Aku adalah Bunda Alfian, dan ini Raisa, dia adalah adik Alfian. Kami akan menjagamu, memberi semua kebutuhanmu" jelas Bunda
"Aku tidak butuh belas kasihan kalian" ucap Almira ketus berbanding terbalik dengan kenyataannya, saat ini Almira memang butuh bantuan orang lain.
Bunda mendengarnya merasa hancur, "Almira, Aku tau Kamu sangat marah dengan semua ini. Tapi bayimu, dia membutuhkan seorang Ayah. Aku tau kalian tidak memiliki perasaan apapun, tapi bayi kalian membutuhkan kalian. Ayah dan Ibu nya"
Almira yang tadi menbuang padangannya kini menatap Bunda, "Kami sangat menyayangimu"
Lalu air mata Almira jatuh tanpa permisi, Almira memeluk Bunda. Mungkin saja karena Almira sudah tidak memiliki Ibu sejak kecil.
Bunda mengerti ketakutan Almira, Bunda mengelus punggung Almira, memberikan kekukatan dalam setiap usapan.
Setelah Almira tenang, Bunda melanjutkan ucapannya. "Pernikahan Kalian akan berlangsung pada bulan depan, Bunda mencoba mempersiapkan dengan cepat, tapi maaf kalau ini hanya pernikahan yang sederhana" tambah Bunda
"Aku tidak berkah mendapatkan kemewahan, bayi ini hanya beruntung karena memiliki Ayah yang kaya" ucap Raisa
"Bayi ini membawa keberuntungan untukmu dan Alfian"
Almira menatap Bunda, "Bersikap kuatlah untuk bayimu" ucap Bunda lagi
**
Almira POV
Selama Aku di rumah sakit, keluarga Witcaksana benar - benar merawatku dengan baik. Silih berganti keluarga itu menjagaku, membelikan Aku berbagaimacam benda, ataupun makanan. Aku hanya perlu mengatakannya sekali lalu mereka bergegas mencarinya. Raisa ternyata gadis yang baik meskipun dia memiliki caranya untuk berkomunikasi dengan orang lain, terkadang Farhan juga menemaniku, yang Aku tahu Farhan adalah orang kepercayaan Alfian. Dan dia yang akan menikahiku...
Bahkan sudah seminggu Aku di sini tapi sekalipun Aku belum pernah melihatnya. Aku menepis keinginan itu, keinginan melihatnya sebagai tanda ini semua nyata. Aku seharusnya sadar di mana posisiku, Aku hanya wanita yang tidak sengaja masuk kedalam kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Wedding
General FictionAlfian and Almira's stories # 1 - wettyindo Oktober 2020 # 1 - watty Indonesia Oktober 2020