wellcome home (2)

421 29 4
                                    

"Fian, Bunda tau Kamu lebih nyaman tinggal di apartmen Kamu sendiri. Tapi, Almira sedang mengandung!" Bunda mencoba memberi pengertian pada Alfian.

"Fian tau Bunda khawatir, tapi Fian benar - benar membutuhkan ruang kerja Fian sendiri. Di sana kerjaan Fian sudah tersusun dan juga jaraknya lebih dekat dengan hotel" jawab Alfian juga mencoba memberi pengertian pada Bunda.

"Ada apa ribut - ribut ?" tanya Ayah yang baru bergabung dengan anak dan Bunda itu.

"Fian ingin pindah ke rumahnya" jelas Bunda

"Itu bagus! Mereka akan semakin dekat" jawab Ayah setuju dengan keputusan Alfian.

"Tapi sayang, Almira sedang mengandung, di sana dia sendirian dan nanti kalau butuh sesuatu bagaimana?" Bunda masih mendebat keputusan Alfian.

"Kalau begitu kirim seseorang untuk menjaga Almira." ucap Ayah memberi solusi tapi Bunda benar - benar mengkhawatirkan Almira, "Tapi, tidak semudah itu ! Hamil dan tidak ada seseorang yang menemani itu pasti sulit. Aku sudah pernah mengalaminya Adrian!"

Ayah dan Alfian mencoba mencari cara agar Bunda setuju dengan keputusannya, Alfian tidak mempermasalahkan jika Almira ingin tinggal di rumah ini tapi tentu saja Bunda juga tidak akan setuju jika mereka tinggal secara terpisah.

"Aku baik - baik saja Bunda, Aku tau Bunda mengkhawatirkanku tapi di sana Aku tidak sendirian, ada suamiku bersamaku" Almira menimpali setelah mencuri dengar perdebatan mereka. Almira merangkul tangan Alfian, "Kamu akan menjagaku kan?" tanya Almira dengan senyumnya, Alfian mengerti dengan cara ini mungkin Bunda akan tenang.

"Tentu saja, kalau Bunda takut Almira kelelahan Aku akan membayar seseorang untuk membantunya di rumah. Dan tentu saja Bunda bisa datang atau Almira yang datang. Bunda, Aku hanya ingin semakin mengenal Almira, Aku hanya ingin lebih dekat denga istriku" 

Siapapun bisa mendengarnya, ucapan Alfian benar - benar meyakinkan. Kalau saja Almira tidak tau kebenarannya, dia juga pasti akan mempercayai ucapan Alfian itu.

**

Flash back

"Kita akan pindah ke apartmenku Mira, semua pekerjaanku ada di sana dan jaraknya lebih dekat ke kantor" terang Alfian 

"Tapi, di sana... Aku.." Almira ingin menolak tapi tidak menemukan kata - kata yang pas untuk mengungkapkannya.

"Aku sudah mencari  orang yang akan membantumu untuk membersihkan rumah, jika Kamu jenuh Kamu bisa pergi berbelanja atau lainnya, Kamu bisa menghubungi Farhan untuk mengantar kemana pun Kamu mau. Dan ini" Alfian mengeluarkan sebuah kartu "Kart kredit atas namamu tanpa limit, Kamu bisa menggunakannya untuk keperluanmu. Tidak perlu khawatir dengan kesejahteraanmu juga anakku. Beli apa yang ia mau lakukan apa yang mau Kamu lakukan. Ingat Kamu bukan lagi Almira yang dulu tapi Almira istri dari Alfian Witcaksana"

Almira mendengarnya kata demi kata, namun masih belum mengerti dengan tugasnya sebagai istri Alfian Witcaksana. Lalu tugasnya sebagai istri apa? jika semua seperti mudah untuk ia dapat, apa Almira meminta semuanya? Almira hanya ingin kehidupan suami istri yang normal, memasak untuk suaminya, menunggu suaminya pulang dari kantor , makan malam bersama dan bukankah mereka sedang menunggu kehadiran buah hati mereka? Tapi kenapa nama Farhan yang disebut, Almira masih dan terus mencari jawabannya. Lalu ia tersadar saat dering telepon Alfian berbunyi.

Flashback off

**

"Apa Kamu yakin Almira?" tanya Bunda meyakinkan lagi

"Tentu saja Bunda, Aku akan baik - baik saja. Kalau nanti Aku jenuh Aku akan mengunjungi Bunda" jawab Almira meyakinkan Bundanya.

Almira tersenyum sekilas memandang Alfian yang kini sibuk dengan ponselnya. Almira tau posisinya dan memang yang ia lakukan sudah benar. Menjauh adalah jawaban yang tepat.

Next WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang