Kakak dan Adik

402 29 6
                                    

Alfian dan Raisa sudah kembali ke Indonesia sejak dua hari yang lalu. Mereka kembali dengan perasaannya masing - masing.

Saat ini Alfian sedang menginap di rumah keluarga Witcaksana.
Rumah seluas itu terasa sepi tanpa Ayah dan Bunda. Hanya ada Alfian dan Raisa juga para pegawai.

"KAK, MAKAN MALAM SUDAH SIAP !!" begitulah mereka, mereka bisa menjadi sangat profesional saat berkenaan dengan pekerjaan. Tapi jika di luar itu, Raisa adalah adik manja dari Kakaknya yaitu Alfian.

Alfian membuka pintu kamarnya, "Aku tau, tunggu Aku sebentar ada yang harus Aku selesaikan" jelas Alfian lalu menutup kembali pintu kamarnya tanpa menunggu jawaban Raisa.

Raisa hanya bisa menggelengkan kepalanya, lalu turun ke ruang makan. Sejenak Raisa memandang pada kursi - kursi yang kosong tanpa penghuni.

"Beberapa saat lalu lebih baik" gumamnya

"Ada apa ?!" tanya Alfian yang baru datang mendengar gumaman tidak jelas Raisa.

Raisa menoleh ke arah Kakaknya, "Tidak, ayo kita makan Aku sudah lapar" ajak Raisa

Alfian duduk di bangku sebrang Raisa "Mana Farhan ?" Alfian menoleh mencari nama yang ia cari.

"Tidak tau, mungkin sedang mencari pacar di luar sana" jawab Raisa seadanya.

"Kalian bertengkar ? Jangan terlalu galak dengan laki - laki, memangnya Kamu tidak ingin memiliki pacar dan menikah ??!" Alfian masih mengunyah makanannya.

Raisa tiba - tiba berhenti dari suapannya, mendengar ucapaan itu membuat Raisa merasa kesal. Padahal Alfian saja tidak berhasil dalam kisah cintanya tapi dia menasihati adiknya itu.

"Aku seperti ini, untuk menghindari pria plin plan yang dengab mudah menyakiti perempuan" ucap Raisa tepat saat menatap Alfian.

"Hey, hey ada apa lagi ? Kenapa jadi Aku ?" tanya Alfian masih tidak mengerti dengan tatapan tajam Raisa.

"Pikir saja sendiri !!" jawab Raisa ketus, Alfian tentu saja tidak marah. Raisa memang memiliki sifat itu dan Alfian sudah menghapalnya.

"Ah, ia Kamu tau kontak restaurant tempat temanmu mengadakan acara pernikahan ?" tanya Alfian dengan antusias

Lagi lagi Raisa menghentikan aktivitasnya dan menatap Kakaknya itu. "Ada apa ?"

"Aku sudah membuat proposal untuk kerjasama tapi belum ada jawaban juga. Bahkan temanku pun belum menghubingiku" Alfian menjelaskannya dengan berbinar.

Raisa menatap Alfian lagi, "Yang benar saja Ka !!" lagi - lagi Raisa menunjukkan ekspresinya.

Alfian menatap bingung, "Hey, ada apa sebenarnya ? Kenapa Kamu bersikap berlebihan seperti itu ?!" kali ini Alfian mencari jawaban atas sikap Raisa.

"Aku hanya.. Sudahlah !" jawab Raisa pasrah.

"Apa kalian bertengkar lagi ?" selidik Alfian.

"Bukan tentang apapun yang Kakak pikirkan, Kakak tidak bisa menebaknya" nada bicara Raisa mulai  merendah.

"Apa Kamu bertemu dengan Almira ?"

Raisa lalu tersedak mendengar pertanyaan itu, Raisa menatap Alfian seraya berucap Bagaimana Kakak tau ?

Alfian tertawa, "Jangan serius begitu, Aku sudah mencarinya tapi belum juga ada kabar. Sudahlah, mungkin dia sebenci itu padaku"

Raisa meneguk air minumnya, "Apa Kakak benar - benar mencarinya ?"

Tatapan mata Alfian melembut, "Aku berfikir bahwa semua yang ia lakukan terlalu berarti untuk Aku lepaskan" Alfian tersenyum lalu melanjutkan makannya, namun senyuman itu seakan mempecundangi dirinya.

"SSSSUUUURRRRPPPRIIISEEEE..!! "

Alfian dan Raisa menoleh ke arah asal suara, tanpa bersuara dan hanya menatapnya.

"Hey, kalian tidak terkejut ?!" tanyanya melihat sikap Kakak dan Adik itu.

"Ka !" panggil Raisa membuat Alfian menoleh, "Selamat menguatkan hati, Aku percaya Kakak ku pria yang pintar" Raisa berdiri dan meninggalkan Kakaknya.

Melihat sikap Raisa, Alexa mendekati Alfian. "Kenapa Raisa tidak bisa bersikap baik padaku ?" gumam Alexa sedih.

"Kamu tau Raisa, dia akan melakukan apa yang ia rasakan. Jangan hiraukan dia, dan ada apa dengan kedatanganmu ?" tanya Alfian pada wanita yang sudah duduk di sebelahnya.

"Aku merindukanmu, apa Kamu tidak merindukanku ?" jawab Alexa jujur

"Aku sudah terbiasa" jawab Alfian dingin

"Hey, jangan seperti itu. Aku meluangkan jadwalku demi menemuimu" bujuk Alexa.

Alfian menoleh ke arah Alexa, "Sudahlah, Aku mengenalmu bukan 1 malam"

Alexa berdiri "INI SUDAH BERAPA LAMA ALFIAN ?! SIKAPMU TIDAK JUGA BERUBAH ? KAMU BENAR - BENAR TIDAK MENGANGGAPKU SEKARANG !!"

Alfian yang masih duduk hanya tersenyum sekilas, "Aku sudah katakan kan ? Semua tidak akan sama" lalu melirik Alexa yang masih terlihat marah.

Alfian berdiri memegang pundak Alexa "Beristirahatlah, pasti Kamu lelah karena Aku juga sama lelahnya"

Alfian melangkahkan kakinya melewati Alexa yang masih berdiri tanpa memperdulikan wajah Alexa yang masih terlihat kesal.

Alfian memasuki ruang kerjanya, di nyalakan laptopnya dan pesan masuk langsung membuatnya berbinar.

Dengan cepat ia menekan tombol call pada ponselnya setelah menemukan kontak yang ia ingin hubungi.

"Secepatnya buat surat perjanjiannya dan Aku yang akan mengantarnya sendiri" perintah Alfian lalu sambungan di putus begitu saja olehnya.

Tak lama Raisa masuk ke dalam ruang kerja Alfian, dengan kasar ia membuka pintu ruangan itu. Raisa mendekati Alfian "Raisa Kamu tau.. "

"Berikan proyek ini padaku" sela Raisa

"Wow, tunggu dulu ! Dari mana Kamu tau ?" Alfian berfikir lalu "Farhan ?"

"Dari mana Aku tau itu tidak penting, tapi Kakak harus memberikan proyek ini padaku" jelas Raisa dengan kerutan di dahinya.

"Tunggu dulu Raisa, kita baru akan memulai kerja sama. Kalau ini berhasil, Kamu bisa memegang cabangnya. Tapi untuk yang satu ini biar Kakak yang memulainya"  tolak Alfian

"Kakak bisa mengawasiku, tapi biarkan Aku yang bernegosiasi dengan klien ini" bujuk Raisa lagi

Alfian menautkan kedua tangannya dan meletakkan di atas meja, "Sebenarnya ada apa Raisa ? Kenapa Kamu sangat ingin memegang proyek ini ? Apa ada sesuatu dari restaurant itu ? Atau pemiliknya ?"

Raisa mulai gugup, "Tidak ada apa apa, Kakak hanya perlu duduk dan mengawasiku. Aku juga akan berkonsultasi pada Ayah, agar Kakak percaya" jelasnya lagi

Alfian hanya diam dan menimbang - nimbang.

"Baiklah, kita lihat saja nanti" ucap Alfian menenangkan Raisa.

Raisa mengangguk lalu keluar dari ruangan itu.

Setelah Raisa kelura, "Cari tau tentang restaurant The Memories itu, Aku rasa ada sesuatu di sana. Raisa sangat ingin Aku memberinya proyek ini"

"Baik Tuan"

Alfian memutus sambungannya, saat Farhan mengerti apa tugasnya.

##
Bersambung..

Ok, kalian boleh komen feel nya ga dapet, ceritanya gaje, bertele tele atau apapun. Tapi Aku udah coba semaksimal mungkin.

Tetap sehat tetap berfikir positif kalau semua ini akan cepat berlalu

Salam doedesten
10Mei2020

Next WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang