Farhan POV
Dia tersenyum manis dengan diselingi gurauan, Aku juga persenyum namun senyum itu memudar saat melihat sosok di disisi lainnya.
Siapa dia?
---
"Dia Mike, kekasihku!" jelaskan? Bukankah ini lebih dari jelas? Buka matamu Farhan, siapa dirimu? Kau hanya pengawalnya atau mungkin mantan pengawal.
"Tuan Alfian mengirim ini untuk Nona dan Nyoya menitipkan ini" jawabku tanpa menimpali ucapan sebelumnya.
Raisa menerimanya lalu canggung melanda, Aku berada di apartmennya. Aku memilih menghindarinya saat di kampus tadi. Dan bersikao seolah Aku langsung menenuinya di apartmen nya.
Pertanyaanku terjawab saat menanyakan pria yang mengantarnya pulang tadi. Ok, Aku menunggu di depan pintu apartmennya dan pria tadi mengantarnya sampai depan pintu. Atau bahkan sebenarnya ingin mampir? Pikiranku kacau mendapati fikiran konyol itu.
"Sejauh apa?" pertanyaan bodoh
"Apa maksudmu?" tanyanya menoleh ke arahku
"Kalian, berpacaran dan bahkan dia mengantarmu sampai ke depan pintu" baik, Aku lupa menyebutnya Nona.
"Itu bukan urusanmu Farhan!" ketusnya
Memang benar, Aku hanya mantan pengawalnya, dan dia adalah Nonaku. Jadi apa yang salah dengan diriku???
Aku menghela nafas lalu berdiri,"Maaf Nona, Saya akan kembali kalau begitu" ucapku kini kembali ke mode pengawal.
"Bagus Farhan! Kalau Kau tidak menyebutku 'Nona' Aku akan salah faham dan mengira Kau sedang cemburu !" ucap Raisa membuatku berhentu sejenak namu lalu melangkahkan kakiku kembali keluar dari ruangan itu. Aku menutup pintunya dan bersandar di baliknya, Aku memang bukan siapa - siapa Raisa.
--
Harusnya Aku sudah kembali, namun melihat Raisa dengan pria itu membuatku menunda kepulanganku. Aku beralasan bahwa Nona Raisa meminta bantuanku di sini. Baiklah itu adalah alasan paling konyol, siapa Aku sampai Nona Raisa menahanku.Aku sudah tiga hari mengikuti Nona Raisa, ya mengikuti atau menguntit? Sama saja, yang penting Aku mengawasinya melihat apa yang mereka lakukan.
Malam ini Nona Raisa keluar dari apartmennya, Aku benar - benar kaget saat mengikuti Nona Raisa sejak kemarin. Sangat berbeda saat dia di Indonesia. Ya Aku tau, saat ini lingkungan dan usianya berbeda dan mungkin Aku yang terlalu tua untuk berfikir ini normal.
Seperti dugaanku, pria itu menjemput Nona Raisa. Aku mengawasinya dari dalam mobil, Aku tidak membelinya cukup menyewa. Sebenarnya Aku bisa saja mengambil fasilitas dari kantor Tuan Alfian yang ada di sini, tapi Aku tidak ingin memakainya untuk urusan pribadiku. Benar, ini adalah urusan pribadiku.
Aku mengikutinya dan ternyata mereka menuju sebuah rumah. Sepertinya ada pesta di dalamnya, inilah yang Aku takutkan.
Pesta di luar negri tidak akan mungkin kalau tidak ada alkohol dan obat. Nona Raisa bersih tapi temannya? Pacarnya?
Tidak...tidak... Membayangkannya saja Aku merasa takut. Aku mendekati rumah tersebut, suara dentuman musik terdengar sangat kencang.
Untungnya pesta ini mewajibkan untuk memakai topeng, Aku mengambil topeng yang tergeletak entah punya siapa.
Aku masuk kedalam rumah, bau alkohol dan asap roko bergelut menjadi satu. Aku memikirkan bagaimana mungkin Nona Raisa bisa tahan.Aku mengalihkan pikiranku lalu mencari Nonaku. Aku mengenalnya, bahkan hanya dari bayangannya. Jadi memakai topeng tidaklah sulit. Aku mendapatinya berada di sudut ruangan bersama pria itu. Di tangannya ada minuman yang sepertinya sudah diminum. Satu fakta baru bahwa Nona Raisa sudah mencicipi alkohol. Aku menggeram melihatnya, Nona polosku berubah menjadi wanita luar negri dihadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Wedding
General FictionAlfian and Almira's stories # 1 - wettyindo Oktober 2020 # 1 - watty Indonesia Oktober 2020