11

532 70 4
                                    

Siah menyingkirkan poni-poni halus dari mata Seungyoun yang terlelap di sampingnya. Sekarang jam 9, dua jam yang lalu Seungyoun tertidur di bahu Siah dalam posisi berdiri kemudian dibantu Yunseong untuk menaruh tubuh besar tersebut di kasur. Adik kesayangannya juga sudah terlelap di kamar Seungyoun yang lain. Alasannya biar bisa mengantar Siah ke bandara tanpa rasa kantuk.

Rencananya, Seungyoun dan Yunseong ingin mengantar Siah ke bandara besok. Padahal Siah punya rencana lain untuk pergi sendiri, ia tidak ingin melihat kedua wajah kesayangannya besok. Tapi melihat kondisi Seungyoun malam ini, ia bahkan tidak berani turun dari ranjang untuk melanjutkan preparenya.

"Seungyoun.." panggil Siah, berharap laki-laki itu bisa terbangun sebentar.

Alis Seungyoun berkerut, susah payah membuka mata, menerjapkan beberapa kali mata sipit itu. Matanya belum bisa fokus dengan cahaya remang-remang dalam kamar itu. Seungyoun menaikkan badannya dan menyender pada bantal yang Siah selipkan.

"Gue prepare dulu ntar balik lagi ke sini. Itu ada sup kongnamulguk untuk redain mabuk lo. Harus abis sebelum gue balik lagi ke sini."

Seungyoun mengangguk asal. Akhirnya Siah bisa prepare dengan tenang meskipun hatinya ingin tetap di sini.

Duapuluh menit berselang, Siah kembali ke kamar Seungyoun, mendapati laki-laki itu tengah mengunyah tauge dari sup yang ia buat. Siah memberi segelas air putih pada Seungyoun setelah mangkuk kosong itu diletakkan di nakas.

"Udah enakan?" tanya Siah lembut.

"Makasih, tapi gue beneran lagi pengen minum-minum aja. Biar bisa tidur."

Siah memutar bola matanya, "lo minum kayak tadi bukannya bisa tidur malah patah tulang, mau?"

"Ya kan gue lupa kunci jendela."

"Untung lo tadi secara gak sadar lo mainin gitar kalo nggak mungkin lo udah terjun kali."

"Hehehe kalo gue gak gitaran mungkin lo ga nyadar ada gue di sini."

"Lo masih ngantuk?"

Seungyoun mengangguk pelan, "tapi lo di sini aja jangan kemana-mana."

Siah tersenyum kecil. Tangan besar Seungyoun tidak mau lepas menggenggam tangan Siah.

"Malam ini lo punya gue karena besok lo udah gak ada lagi di sini."

Cukup lama Siah memandang wajah damai Seungyoun yang belum lama terlelap. Genggaman Seungyoun mengendur menandakan laki-laki itu sudah masuk ke alam mimpinya. Jari lentik Siah menelusuri setiap titik wajah Seungyoun juga mendaratkan kecupan manis di dahi laki-laki itu.

***

Siah menaikkan koper besarnya dan satu ransel ke dalam bagasi mobil miliknya. Mobil tersebut melaju pelan memarkirkan tepat di depan rumah Seungyoun. Kedua kakak beradik ini sepakat untuk membangunkan Seungyoun dari tidur panjangnya. Waktu menunjukkan pukul 8 pagi dan pesawat terbang pukul 10, masih ada dua jam untuk menunggu Seungyoun. Perjalanan dari komplek perumahan mereka ke bandara tidak terlalu jauh karena pemerintah membangun jalan pintas ke bandara.

Gadis itu naik ke lantai dua, mendapati kamar Seungyoun kosong dan suara gemericik air dari kamar mandi. Baguslah, setidaknya Siah punya waktu untuk bikin sarapan sambil menunggu Seungyoun selesai mandi. Yunseong duduk tenang di dapur, kakaknya berinisiatif mengambil susu dan sereal milik Seungyoun untuk adik kecilnya yang kelaparan. Tidak masalah bagi kedua Hwang ini mengambil makanan orang lain, Seungyoun juga sering diam-diam mencomot isi kulkas keluarga Hwang.

"Gak ada yang ketinggalan kan kak?" tanya Yunseong. Tangannya sibuk mengaduk susu dan sereal.

"Hati gue ketinggalan di sana," dagu Siah menunjuk ke arah kamar Seungyoun. Kemudian fokus ke ponselnya mengetik sesuatu di sana.

Neighbor Next Door | Cho Seungyoun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang