25

410 54 1
                                    


Siah harus datang ke kantor firma lebih pagi dari biasanya. Seungyoun berlari keluar rumah untuk memasukan kotak bekal ke tas Siah namun gadis itu malah kabur duluan, naas Siah bukannya memakai sepatu ia berlari mengenakan sendal jepit rumahannya. Gadis itu pun tidak membawa mobilnya melainkan naik taksi dan lagi-lagi Siah lupa membawa tanda pengenalnya.

"Gimana sih?!" gerutu Seungyoun. Berbekal boxer hitam dan kaos putih Seungyoun menyusul ke firma membawa kotak bekal dan juga tanda pengenal tunangannya itu.

Jelas Siah sampai lebih dulu apalagi setelah ia berlari di lobby hingga ditegur atasannya karena tidak berpakaian rapi. Tapi yang penting sekarang bagaimana ia harus mendamaikan ruangannya yang terbuka. Di dalam sana ada dua orang wanita dan satu pria ditemani oleh pengacara muda yang merupakan bawahannya.

"Adikmu sudah melakukan residivis di toko emasku!" sahut wanita yang lebih tua.

"Jangan asal bicara, cctv itu tidak bisa dijadikan bukti yang kuat, rekamannya pun tidak jelas! Adikku memang pernah mencuri di toko emas punya orang lain tapi setelah bebas dia tidak pernah lagi berulah," si pria berujar.

"Coba tenang dulu, kak!" teriak wanita yang lebih muda, lebih tepatnya yang dituduh sebagai residivis toko emas.

"Saya memang pernah mencuri, tetapi setelah bebas saya bahkan tidak pernah keluar rumah untuk beraksi seperti yang anda bilang," tambah wanita itu dengan tenang.

"Siapa suruh kalian ribut di ruangan saya," ucap Siah dingin. Ia berjalan cepat menuju mejanya menutupi kaki yang hanya mengenakan sendal jepit.

"Kenapa ruangan saya bisa terbuka?" tanya Siah pada juniornya.

"Anu.. kunci ruangan anda tergantung di tempatnya, saat staf kebersihan mau membersihkan ruangan tiba-tiba saya mendengar ada kericuhan di ruangan anda, sunbaenim.."

Ia teringat semalam sebelum mengunci ruangannya, hanya sekedar menutup saja tiba-tiba Seungyoun menelpon perutnya sakit dan butuh pertolongan. Emang pada dasarnya Siah antara bucin atau memang memanjakan Seungyoun jadi untuk urusan keamanan saja ia lalai. Beruntung ruangannya tidak acak-acakan.

"Byeonhosa-nim.. tolong adik saya. Saya bisa menjamin adik saya ini tidak ada di tempat kejadian."

"Bisa perlihatkan rekaman cctv? Agar ini bisa menjadi bahan bukti, tetapi ini sifatnya tidak mengikat di depan hakim."

Wanita pemilik toko emas tersebut memberikan flashdisk pada Siah. Tanpa banyak bicara, Siah langsung menyalakan laptopnya dan menancapkan benda kecil tersebut pada kabel USB. Siah mempercepat pergerakan rekaman dan ia tahu siapa yang harus dibela.

"Ini hari ke berapa sejak anda dibebaskan?" tanya Siah pada wanita yang lebih muda.

"Saya bebas dua hari yang lalu."

"Hmm, rekaman ini terekam tiga hari yang lalu di saat terduga belum bebas dari masa tahanannya."

Pria yang merupakan kakak dari terduga langsung mengangguk cepat.

"Perawakannya mirip dia, pengacara Hwang. Bisa saja dia berbohong kalau dia sudah bebas dua hari yang lalu, mungkin sudah lama lebih dari hari itu."

"Seberapa banyak kerugian yang toko anda miliki?"

"Puluhan juta."

Prosedur yang ketiga orang lakukan sekarang sebenarnya salah. Penyelidikan dan penyidikan harusnya dilakukan oleh polisi dan pejabat PNS yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

"Kalian salah datang ke sini. Kami menyediakan bantuan hukum bukan melakukan penyelidikan dan penyidikan. Dan harus ada surat kuasa beracara yang merupakan kunci utamanya."

Neighbor Next Door | Cho Seungyoun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang