Maap part ini akan gw jelaskan soal masa lalu orang tua Sinrin dulu ya biar nyambung ceritanya wkwkwkwk
.
22 tahun lalu...
Seorang pria sedang menunggu sahabatnya di dermaga sepi. Ia duduk di tepian danau dengan kaki yang hampir mengenai airnya, menatap danau hening sambil sesekali mengukir senyum. Dengan penuh sukacita ia menggenggam lembut sebuah kotak hitam dengan hiasan pita merah sebagai pelengkapnya.
"Wheein" panggil seorang yang sangat ia kenali. Mendengar mananya dipanggil sang pria segera menyimpan kotak yang cukup kecil itu kembali ke saku jaketnya. Ia segera menatap orang yang memanggilnya kemudian tersenyum tipis.
Pria tadi adalah Wheein, orang menunggu setia kedatangan Solar, sang sahabat baik.
Solar segera duduk di sebelah Wheein dan ikut menikmati langit malam di tepian dermaga. Menjatuhkan kepalanya ke bahu kokoh sang sahabat.
"Sahabat" sebuah kata yang membuat keduanya memiliki garis batas yang tak dapat mereka lewati. Mereka tahu akan hati mereka sendiri, ingin memilik tapi belum berani.
"Ada apa denganmu? Kemana sahabatku yang ceria?" Ucap Wheein memecah keheningan malam.
"Hanya masalahku dengan ayahku" jawab Solar seadanya, terlalu lelah untuk memperpanjang masalah.
"Tentang apa?" Tanyanya lagi.
"Sudahlah aku tak ingin membahasnya" ucap Solar pelan sambil menutup mata menikmati semilir angin mengusik helaian rambutnya. Wheein hanya tersenyum menatap wajah kusut wanita yang bersandar di bahunya.
"Aku mencintai seseorang, sangat" tiba-tiba Wheein berucap setelah sekian lama mengikuti keheningan Solar.
Solar yang mendengar itupun membuka matanya perlahan kemudian menegakkan tubuhnya tak lagi bersandar pada bahu orang yang tadi berucap.
"Siapa?" Tanya Solar datar menatap Wheein. Bukannya menjawab, Wheein malah tersenyum lalu membuka jaketnya kemudian memasangkannya ke tubuh Solar karena malam itu sedikit dingin dan solar hanya menggunakan kaos oblong lengan pendek.
"Seseorang yang selalu ikut mengisi kebahagiaanku selama ini, menemaniku di saat suka dan duka. Seseorang yang menerima segala kekuranganku serta seseorang yang mengubahku untuk menjadi lebih baik" ucap Wheein sambil menatap teduhnya danau malam itu.
"Aku akan membuktikan diriku padanya dan pada ayahnya, aku bukanlah berandalan tengil yang miskin dan tak berguna." Ucap Wheein sambil tersenyum.
"Solar, aku akan segera pergi" lanjutnya lagi sambil mengalihkan pandangannya menatap intens kedua sorot mata Solar.
"Deggg..." Mendengar itu, Solar hanya dapat terdiam dengan hati terluka.
"Kenapa? Pergi kemana?" Tanya Solar lembut.
"Membuktikan diri" jawab Wheein mengulas senyum. Solar hanya terdiam tanpa ekspresi, masih tidak mengerti perkataan Wheein.
"Aku diterima di sekolah penerbangan dengan beasiswa full" lanjutnya dengan senyuman yang dari tadi belum luntur.
.
Wheein adalah seorang yatim piatu, ayah dan ibunya sudah meninggal pada saat ia berusia 10 tahun, dari saati itu juga ia bertemu dan bersahabat dengan Solar sampai sekarang. Beberapa orang menganggap kehilangan untuk mendapatkan itu benar adanya.
Peristiwa tragis akibat kecelakaan tunggal, bus yang membawa setidaknya 43 orang menabrak pembatas jalan karena hilang kendali. Banyak korban selamat, tetapi ada juga yang tidak. Dari 43 orang, 8 diantarnya dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian. Kedua orang tua Wheein mengalami pendarahan parah pada bagian kepala, begitu juga seorang ibu hamil serta beberapa orang lainnya yang nyawanya tidak dapat tertolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) The Last Destiny NC Sinrin +Gfriend&Mamamoo
Romancepada umumnya banyak orang mengatakan bahwa "kau adalah takdirku" namun pada akhirnya itu hanyalah umpanan manis untuk sang kekasih. namun ini adalah pernyataan terakhir dari takdir, bukan dari perkataan tetapi dari perbuatan.