Beberapa hari setelah merelakan tubuhnya digagahi oleh Wheein, barulah Solar mau disentuh oleh Moonbyul dan melayaninya layaknya sepasang suami istri. Namun sensasinya tetap beda, hubungan intim tanpa rasa cinta bahkan beraninya mereka saling menyebutkan nama orang lain. Moonbyul keceplosan menyebutkan nama Hwasa sedangkan Solar sendiri menyebutkan nama Wheein tanpa sengaja.
.
Dua Minggu kemudian...
Solar baru saja keluar dari kamar mandi namun masuk lagi kembali.
"Huek... Huekk" mual tak tertahan di pagi hari.
"Apakah kau tak enak badan?" Tanya Moonbyul khawatir melihat sang istri dengan sorot mata sayu dan wajah pucat.
"Aku tak apa" ucap Solar seadanya.
"Gantilah bajumu, Mari ke rumh sakit" ucap Moonbyul tersenyum tulus kepada orang yang mulai ia cintai.
.
Solar POV...
Aku melihat sorot matanya begitu khawatir, terdapat cinta yang tulus di dalamnya yang terlihat dengan jelas. Tetapi tidak denganku, Aku tak mencintainya, aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri untuk melayaninya. Salahnya jika dia mencintaiku
Aku sadar akan seseorang yang masih setia menungguku walau aku bukan lagi miliknya. Perpisahan tanpa kata berpisah, memang tragis. Seketika aku tersenyum pilu saat mengingat Wheein seminggu lebih yang lalu kembali ke China tanpa memberitahuku terlebih dahulu.
Aku pergi ke dokter bersama Moonbyul dan bertapa terkejutnya ternyata ada janin yang sudah aku kandung selama ini. Aku berharap ini adalah benih dari Wheein.
Moonbyul mencurigaiku karena ia merasa tidak menanamkan benihnya kepadaku. Setelah aku mengandung selama 9 bulan 10 hari, bayi kami lahir. Moonbyul segera melakukan tes DNA dan tentu saja ia tidak bisa mengelak lagi, Itu anaknya 99.8% DNAnya cocok.
.
Dua tahun telah berlalu, bayi kecil itu sudah beranjak balita. Ia kami beri nama Yerin. Nama yang indah bukan?
Pada sore itu seperti biasa, kami akan bermain di taman tepat di kawasan perumahan elit yang kami tinggali. Lain dari anak kecil pada umumnya yang akan bermain perosotan atau ayunan, Yerin selalu pergi ke lapangan yang terdapat pasir putih sebagai mainannya dan aku hanya tersenyum saat melihatnya membangun istana pasir yang tak pernah bosan ia bangun.
Fokusku pecah saat tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang. Aroma parfum yang begitu aku rindukan. Seseorang yang gagah dengan setelan lengkap seorang pilot. Air mataku menetes karena bahagia. Ia berhasil membuktikan dirinya. Lalu bagaimana denganku? Bukankah aku memberikannya sebuah harapan palsu?
.
Normal POV...
"Solar.."
"Wheein?"
"Ayo kita pergi Solar.... Kita akan pergi jauh dari sini dan memulai segalanya dari awal Solar" ucap Wheein serius sambil menggenggam lembut tangan Solar.
"Maaf, aku...."
"Ibu..." Terdengar suara anak kecil memanggil dan segera berlari menuju ke arah Solar.
"Itu?...."
"Itu anakku"
"Anakmu?"
"Iya anakku bersama Moonbyul"
"Deg" bagai tersambar petir, begitu pula dentuman keras mendarat tepat di dada Wheein.
"Solar, bawa anak itu.... Kita pergi sekarang juga. Aku kesini untuk menjemputmu. Aku janji akan menyayangi anak itu sebagai anakku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) The Last Destiny NC Sinrin +Gfriend&Mamamoo
Romansapada umumnya banyak orang mengatakan bahwa "kau adalah takdirku" namun pada akhirnya itu hanyalah umpanan manis untuk sang kekasih. namun ini adalah pernyataan terakhir dari takdir, bukan dari perkataan tetapi dari perbuatan.