33. Your Daughter, My Son

2.3K 109 11
                                    

Desember lagi.
Waktu berjalan dengan sangat cepat.
Udah lebih dari 1 semenjak Ray ketemu Nola, dan udah 11 bulan Ray ga ketemu cewek idamannya itu.

CEO perusahaan lagi-lagi berkumpul di malam tahunan.

Chamber of Charity lagi-lagi diadakan.

Zac mengendarai Buggati Chironnya dalam diam bersamaan dengan mobil-mobil sport lain yang berjalan ke arah yang sama.

Para milyuner akan berkumpul dan menceritakan aset tahunan, dan apa pencapaian terbaru mereka.

"Acara yang membosankan", pikir Zac, belom lagi dia selalu punya kemungkinan sama orang itu, yang mau ngehancurin keluarganya.
Kalo ini bukan buat ningkatin aset perusahaan, dia gabakal mau dateng.

Seperti tiap tahun, Zac harus turun di lobby utama, dimana dia akan dibidik oleh kamera dari arah manapun begitu dia melangkahkan kaki, belom lagi dia harus berpose layaknya artis di satu tempat dan mengumbar senyum.

Anaknya pernah ikut untuk mencari ayah dari kekasihnya. Tapi lihatlah sekarang apa yang diperbuat pria itu.

'Membunuh ga akan nyelesain masalah....kan?', pikir Zac sambil memegangi champagne, berdiri diam merenungi langkah yang harus diambil.

Dia ingin anaknya bahagia, tapi rasanya salah kalo dia ikut campur.
Bukan, sekarang pun dia secara tidak langsung membantu Abqari memisahkan anak dan putri orang itu.

"Hoi, Zac!", panggil seseorang. Saat Zac menoleh, pria tua itu adalah CEO dari perusahaan lain, tiap tahun mereka akan bertemu dan berbincang di ruangan ini sampai bosan.

"Mana anakmu? Ga ikut?", tanya pria paru bayah itu. Tubuhnya yang tambun berpangku pada cane mewah yang dipegangnya.

"Yah...dia gaenak badan aja. Lagian dia bilang 'acara formal begitu is not my style', ada-ada aja", bohong Zac terkekeh, mengundang tawa pria tambun itu sampai-sampai lemak lehernya bergetar.

Mereka berbincang-bincang lagi dan menambah rencana ke kerjasama perusahaan mereka, event apa yang menguntungkan, dan siapa yang mewakili.

Tawa Zac terhenti saat dia merasakan bahunya akan disentuh dan reflek minggir.

Dia berbalik dengan tatapan tajam, mengenali pria itu
"Instingmu benar-benar luar biasa", puji Leon. Yang bikin Zac eneg bukan apa yang udah dilakuin pria itu, tapi sifatnya yang sekarang malah ramah.

Zac hanya diam, auranya yang biasa terasa baik dan menangkan itu, sekarang membuat orang disekitarnya merasa tercekam hanya dengan melihatnya.

"Mau apa?", tanyanya dengan nada rendah, terdengar menahan marahnya. Abqari menyunggingkan senyum, "Kita udah 1 tahun ga bertemu. Saya hanya ingin bertanya tentang kabarmu", memuakan.

Zac menelan emosinya bulat-bulat, menarik nafas yang dalam dan mengeluarkannya perlahan.

Dia kemudian menyunggingkan senyum lagi seperti biasa.
"Baik. Gimana anak dan...aduh apa ya kalian kan hehe, cuma hubungan kecil...ehem accident...apa ya sebutnya..ibunya?", tanya Zac dengan ledekan. Tapi di telinga Abqari hal itu menghina.

Senyum Abqari memudar, kembali ke dirinya yang selalu terlihat garang. "Attention à tes mots", katanya memperingatkan Zac untuk berhati-hati dengan kata-katanya barusan.

Teman Zac yang ada dibelakangnya terpukau, "Wow, Abqari bisa prancis juga?", tanyanya berusaha mencairkan suasana, tapi Abqari dengan bengis bilang, "Jangan langsung sebut nama saya!", membuat pria paruh baya itu bingung dan tersentak.

"Ow ow ow ganas banget sih...tempernya kurangin dong. 'Bang' ", Zac memprovokasi Abqari dengan menggunakan panggilan sayang dari adiknya, ingin memancing emosinya. Ditambah lagi dengan senyuman lebarnya hal itu akan membuat Abqari semakin muak.

I Order You to Follow Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang