30. It's (Not) You

2.1K 112 7
                                    

Ray...
Dia kemana?
Kok dari semalem tiba-tiba dia pergi?
Setiap teleponku tidak diangkatnya

Katanya dia mau ngomong sama ayah biar besok bisa dilamar...
Aku kan mau sama kamu Ray...
Kok kamu tiba-tiba pergi gitu...

Setidaknya..
Kasih tau alasannya dong...

Aduduh aku ga boleh mikir begitu
Ray bilang dia cinta sama aku
Dia janji mau nikahin aku
Dan janji adalah sesuatu yang harus ditepati.

Aku seneng sama 4 bulan kita bersama...
Ga pernah sekalipun aku ngerasain kasih sayang kaya gitu...
Aku merasa aman...nyaman...dan...
Cinta

Ibu pernah bilang...yang namanya cinta itu ga ada. Mungkin dia teringat bagaimana Ayah ninggalin kita begitu aja.

Bagaimana ya...
Dulu aku selalu takut sama ibu, bahkan aku ga tau apa itu kasih sayang.
Ayah meninggalkan aku semenjak aku berumur 8 bulan.
Kata ibu suatu malam Ayah menerima telepon dari orang entah siapa. Setelah itu dia menjadi murung dan segera pergi dari rumah tanpa berkata apa-apa.

Yang dia tinggalkan hanya rubik berisi kalung dan surat itu.

Ibu yang patah hati langsung membuang barang-barang Ayah. Dimulai dari bajunya, fotonya, berkas kerjanya...semua. Ibu menghilangkan semua jejak Ayah.

Awalnya Ibu mau berjuang untuk membesarkanku sendiri. Tapi setiap dia melamar kerja, ga ada yang mau terima dia, kuliah dia terputus sehingga tidak menerima sarjana apapun. Ditambah lagi beberapa tahun sebelumnya Ibu pernah membuat kasus besar, penuduhan dan pencemaran nama baik ke Mamanya Ray. Nuduh kalo Ray itu anak hamil diluar nikah.

Padahal setelah itu yang diluar nikah aku

Ibu bertemu Ayah saat ia kuliah. Ibu hanya gadis 18 tahun yang biasa saja.

Bukan.
Ibu tidak biasa.
Dia cukup cantik, tapi karena perbuatannya dulu, cap jelek selalu melekat di dirinya. Ibu dikucilkan, dituduh, bahkan ancaman selalu muncul di lokernya.

Tidak ada yang mau berteman dengannya. Adapun yang mendekat cuma buat nyontek. Jahatnya abis itu note ibu dibuang atau dibuat basah.

Bahkan dosen tutup mata.
Mereka bilang, "Ini gara-gara kamu ngelakuin hal yang engga-engga dulu. Yang jadi masalah ya kamu taruh masalah ini di publik, disebar luaskan, dan lebih parah lagi ini ga ada bukti yang kuat.
Saya bisa bilang media juga salah langsung dipublikasikan, tapi akar masalahnya kamu.
Yang saya ga habis pikir, orang yang mau kamu rusak namanya ini nikah sama orang besar. Apalagi saya dengar dia ini bahaya di dunia bisnis.
Kamu seharusnya bersyukur dia ga lempar keluarga kamu ke penjara. Masalahnya kamu macem-macem sama bayi ga berdosa dan tak tau apa-apa. Itu....itu yang bikin saya benci kamu ada di kelas ini", kata dosen itu dengan dingin.

Ibu merasa terpuruk. Dia merasa kehilangan semuanya. Belum ditambah lagi kakek masuk penjara karena kasus narkoba.

Disitulah dia bertemu Ayah.
Ibu menangis sendirian di pinggir jalan, malam-malam jam 2 pagi.

Kata Ayah, dia ga tega ngeliat gadis itu. Apalagi ini Tanggerang, kota bahaya di malam hari. Ibu bisa saja ditangkap satpol PP, diculik, atau dipungut om-om mesum.

Ayah memarkirkan mobilnya dan segera turun mendekati ibu.
Kata Ibu, Ayah sangat lembut dan pengertian malam itu. Malah mau mendengar keluh kesahnya. Ayah dengan sabar menemani dan menenangkan ibu, sesekali memberi tanggapan dan cara menyelesaikan masalah ini.

Setelah itu, Ayah mengantarkan Ibu pulang dengan mobil. Begitu tau Ibu tinggal sendiri dan sedang berjuang melawan kesedihannya, Ayah sering-sering berkunjung ke rumahnya setiap dia pulang dari pekerjaannya. Sekedar untuk mengobrol, membawakan makanan, souvernir, banyak hal untuk membangkitkan semangatnya.

I Order You to Follow Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang