32. The Marriege

2.5K 120 4
                                    

Well keseharian gw ya gitu-gitu aja.
Ada beberapa kejadian yang menyenangkan tahun ini.

Vano bakal nikah sama Euis Februari nanti.

Vano awalnya minta Papa jadi wakilnya, tapi tau apa katanya

"Ga", tolaknya mentah-mentah sambil masih ngetik di laptopnya. Gw ama Jimmy langsung liat-liatan bingung, beda ama Vano yang rahangnya udah turun.

"Kenapa? Papa kan...father figurenya aku?", tanya Vano ga paham sama penolakan Papa.

"Kalo Papa dateng sebagai ayah kamu di pernikahan, berarti Papa seolah-olah suami dari Mamia itu. Papa gamau berkhianat sama Mama", jawab Papa.

Dih alasannya
Ga pro banget!
Sepele banget anjer
Eh tapi kalo Papa sih semua yang berhubungan sama Mama penting

Bucin bgst

"Hah?", pekik Vano ga percaya sama alasan Papa. Papa cuma membalas dengan lirikan dan bahu yang diangkatnya, seolah-olah bilang, "Emang begitu"

Vano bicara ke kepala gw, 'Bapak lu napa sih?!'

Gw berpikir, 'Emang bucin. Mau diapain?', gw yakin pasti Vano baca isi pikiran itu.

'Nge****', kata dia ke pikiran gw, bikin gw nahan ketawa.

"Mungkin kamu pikir Papa aneh lah, apalah. Well, cannot blame you for that", kata Papa kemudian, menekan enter dan mengirim email.

Dia lalu menutup laptopnya ke kondisi sleep.

"Papa tanya. Kenapa harus Papa?", tanyanya menatap Vano dalam-dalam.

Vano membalas, berharap Papa mau, "Soalnya emang yang...berjasa besar ke aku tuh Papa...", jawabnya malu-malu.

Papa mendengus menertawakan jawaban Vano. Dia menyibakan rambutnya masih terkekeh.

"Salah", katanya kemudian, bikin kita bingung.

What?
Yang ngasih duit kan Papa
Yang ngehidupin dia Papa
Yang bikin dia bisa tinggal di Jakarta kan Papa
Yang nguliahin juga Papa

Kurang berjasa apa?
Salah?

SAKAU NIH ORANG

Vano melongo saling liat-liatan sama Papa, abis itu dia tutup mulutnya.

"Salah?"
"Iya. Kamu salah"
"Salah apanya?"
"Papa ga berjasa apa-apa di hidup kamu. Setidaknya ngga segede itu lah", jawab Papa belom bikin kita paham.

Ngeliat kita bertiga masih bingung, Papa menyunggingkan senyum.

Papa emang gini orangnya.
Dia mau kita mikir dan sebisa mungkin dia bikin kita pusing.

"Ada orang yang jauh lebih berjasa, yang jauh lebih penting dari Papa di hidup kamu. Coba kamu sebut kalo Papa ga pernah ketemu kamu?", tanya Papa menunjuk Vano, mempersilahlan dia menjawabnya.

Vano gugup, "Umh...aku...gamungkin disini..."

"Terus?"

"Ga kuliah?"

"Terus?"

"Ga sama Euis"

"Itu ga ada hubungannya sama Papa. Itu Ray", tukas Papa. Ngeliat muka dongo kita bikin Papa ngakak, menunjukan deretan gigi putihnya.

"Gini lho. Yang kamu sebutin tadi itu... sebenernya kamu bisa hidup tanpa Papa. Kita ga pernah ketemu pun kamu bakal baik-baik aja", dia kemudian menyatukan tangannya alas pebisnis kelas atas, meletakannya di meja.

"Tapi ada orang di hidup kamu...yang seandainya kamu ga pernah ketemu..kamu bakal mati", kata Papa menunjuk Vano, tangan lainnya memangku dagu Papa.

I Order You to Follow Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang