39. Au Revoir

2.1K 124 20
                                    

Zac memacu mobilnya, menyalip setiap mobil yang ada di depannya. Dia bahkan ga peduli kalau sekarang dia memakai pakaian tidur dan tanpa alas kaki.

Yang ada dipikirannya hanya untuk mengejar Ray dan Nola, setelah itu dia ingin menghabisi anaknya karena dia berani melanggar larangannya.

Mobil itu melaju sangat cepat, apalagi ini jam 3 dimana mobil sepi, yang ada hanya truk-truk yang mengantarkan barang, entah ke gudang atau daerah lain. Zac udah ga peduli lagi tentang peraturan batas kecepatan, terserah mau berapapun harga tilangnya, Zac sanggup bayar.

Dia ga percaya polisi. Bukan karena dia menganggap mereka berjalan lambat, itu karena dia sedang bekerja sama dengan Abqari. Ada kemungkinan bahwa Abqari akan berkhianat dan melaporkan tindakan pembunuhan Zac ke polisi.
Lagipula rasanya lebih enak menangkap anak sendiri daripada orang lain menyentuh anaknya.

Di sisi lain, Abqari harus menyalip banyak truk yang menuju pelabuhan atau bebatuan yang dikirim oleh truk beroda 8. Ia mendecakan lidah dan ingin menghukum kedua anak itu dan memberi pembelajaran. Dia benar-benar tidak menyangka ini.

Padahal ia berpikir Nola akan percaya setiap perkataannya, tapi rupanya Ray lebih berpengaruh daripada Abqari.
Tapi gara-gara dia juga, Nola jadi tau cara berbohong dan berpura-pura.
Setiap Abqari mengungkit tentang bagaimana Ray meninggalkan Nola, gadis itu akan pura-pura marah dan kecewa, bahkan mengatakan bahwa ia tidak mau laki-laki seperti itu.

Ia terkecoh.
Sangat terkecoh.
Sangat tertipu oleh anaknya sendiri.

Setelah bermenit-menit dengan kecepatan nyaris mendekati 200km/jam itu, ia melihat mobil sports yang juga melaju dengan cepatnya.
Kecepatan mereka ga beda jauh, tapi dipastikan mobil Abqari bisa mempertipis jarak diantara mobil mereka.

Tapi Abqari bingung saat mobil itu tidak berbelok ke arah Karawaci, rumah mereka. Mobil McLaren itu malah lurus menuju Serang.

'Ga ada waktu buat mikirin itu! Yang pasti saya harus menghentikan mereka!'

Abqari kesel.
Sekarang dia malah bekerja sama dengan orang yang dibencinya dengan target yang sama. Tapi di lubuk hatinya dia sebenarnya senang bisa bekerja sama dengan orang yang dia kenal semasa SMA. Dia ingat bagaimana dulu setiap ada bazaar, mereka akan bekerja sama untuk mencari keuntungan besar. Dulu mereka dijuluki sebagai duo yang bisa melakukan apa saja.

Tapi karena keras kepalanya, Abqari tidak mau menerima perasaannya dan masih fokus ke tujuan aslinya.

Dulu orang tuanya selalu mengajarkan bahwa ia tidak boleh mengikuti perasaannya, karena perasaan hanya akan membawa malapetaka. Ia diajarkan untuk melakukan semua sesuai peraturan dan perintah. Dan sekarang memang dia berjalan dibawah perintah musuhnya.

"BAJINGAN LU ZAC!", amuknya di mobil sendiri sambil menginjak pedal gas kuat-kuat, membuat mobil itu semakin cepat dan dekat dengan McLaren.

Kembali ke Zac, dia belum melihat mobil kesayangan anaknya. Dia berusaha agar instingnya tidak mengambil alih. Pasti sekarang istrinya bingung kemana suaminya di subuh begini, apalagi 3 mobil hilang dari garasi.

Akhirnya mobil yang di lapisi carbon fibre itu terlihat. Amarah Zac langsung memuncak, kali ini dia ingin menunjukan ke anaknya bahwa ia tidak main-main saat ia memberi larangan.

Zac melajukan mobilnya lebih cepat lagi sampai sejajar dengan lamborghini tersebut, dia menekan klakson, sesekali mendekat memberi peringatan seolah-olah akan menabrak mobil itu.

Melihat bahwa mobil itu tidak kunjung minggir, Zac mengonfirmasi pada dirinya sendiri.

"Ini Ray. Keras kepalanya sama kaya Sarah. Tapi dari kapan dia jago bawa mobil begini?"

I Order You to Follow Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang