*
H A P P Y
*
R E A D I N G
*"Semuanya, sebelum memulai mari kita lakukan pemanasan dahulu!" Suara Pak Anton menggelegar di seluruh penjuru lapangan.
Membuat siswa-siswi kelas 11 IPA 3 segera bangkit untuk berbaris. Takut akan jadi sasaran kemarahan Pak Anton.
"Semuanya, ikutin arahan bapak!"
Pak Anton mulai memperagakan gerakan saat pemanasan. Mulai dari, merenggangkan otot-otot tangan. Sampai lari ditempat selama 45 detik.
"Baiklah, materi kita hari ini adalah Volly. Sekarang, bapak minta kalian buat dua regu. Regu putra sama regu putri."
Dan mulailah, mereka membentuk dua regu seperti yang dikatakan pak Anton tadi.
"Regu putra, kalian ambil posisi masing-masing sekarang. Kalian yang duluan bermain. Setelah itu baru regu putri."
"Yang putri, silahkan istirahat dahulu."
Dan barisan pun dibubarkan. Mishel beserta Lala duduk dipinggiran lapangan. Mereka mencari tempat yang teduh. Dibawah pohon rindang.
Alvaro dan anak laki-laki lainnya membentuk dua kubu. Mereka mulai bermain.
"La, dari dulu gue mikir, kok gue selalu laper tiap gue lagi mikir." Mishel bergumam.
Lala menoleh. Dia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Mungkin lo lagi mikir keras. Kan, mikir butuh tenaga juga. Makanya lo jadi laper, Shel."
Mishel mengangguk mengerti. Dia menatap lurus ke arah lapangan dimana Alvaro hendak melakukan servis.
Pritt!!
Peluit berbunyi nyaring membuat Alvaro seketika langsung melakukan servis. Dan~ bola masuk tapi segera di tangkis oleh tim lawan. Bola kembali di gagalkan.
"Ih, Shel! Fariz senyum ke elo, tuh!" Lala berteriak heboh. Membuat Mishel yang sedang serius menonton mengalihkan tatapannya.
Di tim lawan Fariz menatap ke arahnya sambil tersenyum. Mishel membalasnya dengan senyum singkat. Setelah itu kembali fokus menonton jalannya pertandingan.
"Akh, Al!!" Teriak Mishel sembari berdiri karena tiba-tiba saja Alvaro terjatuh setelah mencoba menggagalkan bola yang datang dari tim lawan.
Siku tangan Alvaro membentur semen cukup keras sehingga membuat tangannya itu terkilir.
Tanpa aba-aba Mishel langsung masuk ke lapangan dan menghampiri Alvaro.
Mishel jongkok. Dia bertanya khawatir, "Alvaro gak papa?" Ia memang panik tadi saat melihat Alvaro terjatuh.
"Enggak papa. Icel gak usah panik gitu." Jawab Alvaro sembari menggunakan nama kecil Mishel.
Memang kadang tanpa sengaja Alvaro sering memanggil Mishel itu Icel. Apalagi disaat seperti ini. Mishel memanggilnya dengan sebutan Alvaro bukan elo. Jadinya, Alvaro juga reflek memanggil Mishel itu Icel.
Alvaro bangkit perlahan. Dengan Mishel yang membantu cowok itu berdiri. Pertandingan tetap di lanjutkan. Tapi, Mishel meminta Pak Anton agar Alvaro tidak ikut bermain lagi.
Setelah mendapat izin, Mishel mengajak Alvaro pergi ke uks. Sedangkan Lala, kini serius menonton jalannya pertandingan.
"Gue nanti gak ikutan main. Soalnya bahaya, bisa patah tulang." Mishel bergidik. Ada-ada saja. Sebenarnya kalau kita bermain dengan benar dan relaks, tidak akan membahayakan. Malahan, olahraga itu justru bagus buat kesehatan.
Tapi, Mishel hanya melihat dari sisi negative nya saja. Kalau dia mau melihat dari sisi positive, akan ada banyak sekali manfaat yang diperoleh jika kita sering ber-olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friendship (Revisi)
Teen FictionBerkisah tentang Mishel, gadis SMA yang memiliki ke-mageran yang luar biasa. Kemalasan yang bahkan sanggup bikin runyem kepala. Serta sifat ceroboh dan pelupanya membuat dirinya menjadi satu paket yang kurang beruntung. Namun dibalik itu semua, ada...