*
H A P P Y
*
R E A D I N G
*"Sa-tuh... Du-ah.. ti-i-gah.." Mishel langsung terkapar di lantai sesudah menyelesaikan challange push-up bersama Alvaro yang seharusnya aturannya itu lima kali push-up.
"Hadehh... Gueh.. caphekk..." Mishel langsung semput. Napasnya tersengal-sengal.
Alvaro memberikan Mishel segelas air putih. "Belum juga lima kali. Lo udah mau pingsan aja."
Mishel meneguk air nya hingga tandas lalu memberikannya ke Alvaro.
"Bangun, Shel. Waktunya lari keliling komplek sekarang." Alvaro melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh belas lewat tiga. Masih ada waktu untuk lari sore.
Mishel menatap Alvaro memelas, "Besok aja, ya? Lo gak tau capeknya gue, Al."
Alvaro menggelengkan kepalanya. Capeknya Mishel itu bagi orang umum enak. Kerjaan cewek itu paling cuma makan sama tidur doang. Gak pernah olahraga makannya gampang capek.
"Nggak, Shel." Alvaro tak mau Mishel semakin malas. Cewek itu nanti cepat sakit kalau tidak sering olahraga. "Ayo, bangun. Tar malam kita makan mie ayam."
Mendengar iming-iming kata 'makanan' Mishel yang tadinya ogah-ogahan langsung bangkit semangat. Senyumnya terbit.
"Ayo, Al. Cepetan."
Kini, cewek itu justru berjalan lebih dulu di banding Alvaro. Ck! Dasar Mishel. Makanan tetap saja yang utama.
~°∆°~
Alvaro dan Mishel sudah selesai memakai sepatu. Sore ini Mishel memakai setelan hoodie berwarna baby pink. Sedangkan Alvaro, dia memakai kaos oblong pres body dan celana training.
"Ntar pas di persimpangan kita belok kanan. Trus, lurus aja sampe ke taman. Deket, kan?"
Mulut Mishel ternganga. Dari rumahnya ke taman itu jaraknya jauh sekali bagi dirinya. Kalau bagi orang umum sih lumayan juga.
Jadi kita ambil kesimpulannya aja, deh. Kalau bagi orang umum aja udah lumayan jauh, apalagi bagi human modelan macam Mishel!
Bisa-bisa belum nyampe separuh saja dia sudah pingsan.
"Itu jauh, Alvaro. Kalo tau tadi gue ogah." Mishel protes. Tak terima karena Alvaro memberitahu rute jogging mereka sejauh itu. Alvaro, sih, hanya menatap Mishel kalem. Tak berdosa.
"Baru nyampe taman aja udah ngeluh." Alvaro tak habis pikir, "Kita ini jogging, Shel. Bukan mau lomba lari."
"Kan, elo yang bilang mau lomba lari. Keknya tadi gue nggak ada bilang, deh." Mishel nyolot.
"Terserah lo aja. Intinya, sekarang lo mau ikut apa nggak?" Tanya Alvaro sedikit kesal.
"Yaudah, ikut." Mishel menjawab lemah tak bersemangat.
Mereka berdua mulai berlari kecil. Dengan Mishel yang terkadang tertinggal di belakang Alvaro. Dan, Alvaro yang harus menunggui cewek itu.
Peluh tak berhenti menetes dari dahi Mishel. Tak hanya di dahi, tapi juga ada di leher dan tubuhnya.
Untungnya, udara sore ini sedikit sejuk. Mungkin, mendung langit akan mampir saat malam tiba. Alvaro sesekali ikut berhenti. Menunggui Mishel yang kadang tersengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friendship (Revisi)
Teen FictionBerkisah tentang Mishel, gadis SMA yang memiliki ke-mageran yang luar biasa. Kemalasan yang bahkan sanggup bikin runyem kepala. Serta sifat ceroboh dan pelupanya membuat dirinya menjadi satu paket yang kurang beruntung. Namun dibalik itu semua, ada...