Enambelas

195 22 5
                                    

__
H
A
P
P
Y

|R E A D I N G|

Klek!

Alvaro tersenyum simpul setelah memasangkan pengait helm di kepala Mishel. Menggenggam jemari cewek itu, Alvaro memutuskan untuk pergi makan es krim bersama Mishel dengan menaiki motor sportnya.

Letaknya cukup jauh. Bersebrangan dengan kantor milik papa Alvaro. Berhadapan langsung dengan taman kota.

Tangan mungil itu memeluk Alvaro erat. Punggung Alvaro di jadikan tempat sandaran ternyaman dimana pun, kapan pun. Memutar kunci motor, cowok yang memakai jaket blue jeans ini, melajukan kuda besi nya dengan kecepatan rata-rata.

Semilir angin terasa menyejukkan. Menusuk lembut sampai ke pori-pori terdalam. Mishel mengeratkan pelukannya di pinggang Alvaro. Memejamkan matanya, menikmati sensasi menyenangkan dari angin yang terkadang terasa menenangkan.

Entahlah, kedua nya sama-sama bungkam. Kalut dengan pikiran yang menguasai atau hanyut dengan penuh sensasi.

Terkadang, seperti ini saja lebih baik.

Ada kalanya, semua nya tak harus di salurkan lewat kata. Tapi melalui rasa, ekspresi dan perlakuan. Itu juga bisa menunjukkan segalanya.

Berbicara tentang rasa sering kali membuat orang salah merasa. Salah mengira. Berpresepsi seolah apa yang dirasa itu nyata. Membual sana-sini. Mengarang presepsi yang bisa saja memalukan diri.

Nyata nya, rasa itu bermacam-macam adanya. Bermacam-macam wujudnya. Tapi yang membuat orang-orang keliru adalah rasa tentang hati. Perasaan.

Perasaan tiap-tiap orang itu sering berbeda. Apalagi kalau sudah perkara cinta, yang sering membuat orang salah mengira.

Cinta itu~ kadang kala membuat manusia lupa akan sang pencipta. Pengaruh cinta itu semacam magic. Tak ayal banyak yang mengatakan cinta itu buta.

Sebenarnya kalau mau dipikir, cinta itu sederhana saja. Sesederhana aliran sebuah sungai. Jika arus yang datang begitu deras, kamu hanya perlu mengendalikan diri agar tidak terseret. Sebaliknya, jika kamu membiarkannya, maka kamu akan hanyut terbawa arus nya.

Semua itu tergantung bagaimana kamu menyikapinya, Tergantung dengan apa yang kamu pilih.

"Shel ... Turun."

Kelopak mata indah itu terbuka perlahan. Mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya turun dari motor.

"Tumben, cepet. Biasanya ampe pantat gue bisulan pun gak nyampe-nyampe." Gerutu Mishel.

Alvaro tersenyum, menampilkan sederet giginya yang putih bersih. Lalu mengacak surai Mishel sampai gadis itu berdecak tak suka dan mendumel kepadanya.

"Mang Diman, es krim cokelat nya dua."

"Pakai corong atanapi gelas, A'?"  Tanya Mang Diman.

"Gelas aja, Mang."

Alvaro mengajak Mishel duduk di sebuah kursi taman. Hari ini taman lumayan ramai. Banyak muda-mudi yang berada disini.

"Al?" Mishel menyandarkan kepalanya di bahu Alvaro. Mencari posisi senyaman mungkin. Kepala Mishel mendongak.

"Hm?" Alvaro menatapnya sembari mengelus puncuk kepala cewek itu lembut.

"Lo gak mau pacaran, Al?" Mishel bertanya tiba-tiba, membuat Alvaro mengernyitkan kening nya dalam.

"Kenapa emang kalo gue gak pacaran?" Alih-alih menjawab, Alvaro justru balik bertanya membuat Mishel mengerucut sebal.

"Nggak ada." Jawab Mishel. Dia menunduk, menatap jaket yang di kenakan Alvaro. Namun, tak selang berapa lama, Mishel kembali mendongak, "gue cuma takut lo jadi homo."

"Gue cowok tulen."

Alvaro kemudian bangkit sebentar untuk membayar es krim milik mereka berdua.

"Alvaro, es krim gue yang gak ada kacang nya!" Sewot Mishel begitu melihat ada topping kacang di es krim nya. Sedari dulu dia tidak menyukai semua jenis kacang. Bagi Mishel rasa kacang itu aneh.

Tertukar. Itu yang ada di pikiran Mishel saat melihat es krim Alvaro tidak ada topping kacang nya. Seharusnya es krim itu miliknya!

"Balikin es krim gue!" Protes Mishel. "Ketuker. Es krim lo, kan, yang pake kacang."

Alvaro menoleh. Kemudian kembali memasukkan sesendok es krim ke mulutnya.

Mishel menatap Alvaro horor. Raut muka nya sulit di jelaskan. Alvaro yang di tatap seperti itu hanya bertanya polos, "apa?"

"Siniin es krim gue!" Mishel berusaha merebut paksa es krim di tangan Alvaro. "Siniin es krim gueeeee!!!!"

Alvaro menghindar sambil cengengesan saat Mishel hendak merebut es krim di tangannya.

"SINIIN GAK!"

"Gak mau." Alvaro tertawa mengejek. Dia memasukkan sesendok lagi es krim ke mulut nya membuat Mishel meraung keras seperti bayi.

"BALIKINN ES KRIM GUEEE!!!"

Mishel merosot ke tanah. Dia mencabut rumput lalu melemparkannya ke Alvaro berulang kali.

"Aduh!" Alvaro mengelak. Mishel melemparkan serangan nya ke kanan, Alvaro menghindar ke kiri begitu saja seterusnya.

"Balikin!"

"Balikin gak?!"

"BALIKIN ES KRIM GUE!!"

"Iya-iya, gue balikin." Alvaro nyerah karena Mishel semakin membabi buta. Malu juga iya. Karena kini semua orang yang di taman melihat ke arah mereka berdua. "Gue balikin." Ucap nya pasrah.

Mishel segera merampas es krim yang di sodorkan Alvaro. Dia memakan nya lahap dengan mata yang memicing tajam ke arah Alvaro.

Alvaro menyuruh Mishel untuk duduk di sebelahnya. Mishel menurut walau dengan menyumpah serapahi Alvaro.

Alvaro meletakkan tangannya di bahu Mishel, menarik cewek itu kedalam dekapannya. Menghirup dalam aroma menenangkan dari rambut sahabatnya.

Guratan senja mulai terukir. Semburat oranye menampilkan diri dengan malu-malu. Membentuk goresan indah dengan langit sebagi kanvas nya.

Perlahan-lahan, mentari pergi meninggalkan tahta nya. Memberikan kehangatan yang tersisa di setiap inci kulit. Meninggalkan semburat jingga kemerah-merahan yang biasa di sebut, senja.

"Al."

"Hm?"

"Gue sayang sama lo."

"Gue lebih sayang sama lo."

****

Wkwkwk
Entah dapet mukjizat darimana otak saya tiba-tiba encer gini. Pengen aja update gitu walau gak ada yg baca

😅😅

Jangan lupa buat selalu nekan ⭐
Dan
Komen part ini💬

See you next chapter~~~

Salam,

Calonpacarjefrinichole

Best Friendship (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang