Delapan

296 49 8
                                    

___
H
A
P
P
Y

|R E A D I N G|

Gadis kecil itu tengah berlari riang mengejar seekor kupu-kupu cantik yang mampu membuatnya tertarik.

Tanpa ia sadari, dirinya sudah berada jauh ditengah hutan. Hari sudah hampir gelap. Sebentar lagi, mentari akan pergi dan membiarkan bulan menggantikan posisinya sementara.

Tapi, Mishel kecil tak sadar. Bahwa ia semakin masuk kedalam hutan. Membiarkan dirinya hanyut terbawa ke-indahan sang kupu-kupu yang mematikan.

Ada yang bilang, jika seekor kupu-kupu datang, maka sebentar lagi akan ada tamu yang berkunjung.

Namun, sepertinya itu hanyalah mitos belaka. Sebab hari ini, kupu-kupu bukan membawa tamu yang datang. Tapi malah menimbulkan masalah besar yang sebentar lagi akan melanda.

Indah namun mematikan.

Begitulah kalimat yang cocok ditujukan untuk seekor kupu-kupu yang tengah di kejar Mishel kecil.

Kupu-kupu itu perlahan terbang semakin tinggi. Hingga tak kan mungkin bisa Mishel kecil gapai.

Perlahan, gadis kecil imut itu sadar bahwa ia telah masuk terlalu dalam ke hutan.

Suara jangkrik serta binatang lainnya mulai menyambut malam yang sebentar lagi akan datang menggantikan sore.

Mishel kecil mulai ketakutan. Dia berlari kesana-kesini mencoba untuk keluar.

"Alvaroo..." Mishel kecil berteriak memanggil Alvaro. Namun, sama sekali tak ada sahutan.

"Alvaroo..." Lagi, dia berteriak. Mishel mulai sesenggukkan. "Icel takuttt...."

"Hiks... Alvaro..."

Tangis Mishel kecil pecah. Dia mulai mengelap pipinya yang banjir air mata. Malam sudah datang. Rembulan dengan anggun menyinari. Tapi, Mishel masih berada didalam hutan. Sendirian, tanpa ada yang menemani.

Plak!

Mishel kecil memukul nyamuk jahat yang hendak menusuk kulit mulusnya.

"Hiks.. Alvaro..." Mishel kembali menangis. Dia terduduk.

"Mama... Papa... Icel takuttt.."

Mishel kecil kian menunduk. Dia memeluk lututnya sembari terisak. Dalam benaknya tersimpan rasa sesal karena tak menuruti ucapan Alvaro tadi.

'Icel, tunggu dulu, ya. Jangan kemana-mana. Alvaro mau buang air kecil dulu.'

Sekarang, Mishel merutuki dirinya sendiri. Padahal tadi Alvaro sudah berpesan kepadanya agar tidak kemana-kemana.

Mishel bangkit. Dia menghapus jejak-jejak air mata yang membasahi pipi chuby nya.

"Mama... Papa..." Teriak Mishel. Berharap kedua orangtuanya mendengar suaranya.

"Hiks... Alvaro..."

Mishel berusaha mencari jalan keluar. Dari kejauhan, dia melihat ada dua orang yang datang.

Dengan hati riang, Mishel berlari menghampiri kedua orang tersebut. Tapi, saat sudah hampir dekat, ia mundur ketakutan.

Ternyata itu bukanlah mama dan papanya. Itu orang lain.

Best Friendship (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang