Sembilan

284 41 6
                                    

*
H A P P Y
*
R E A D I N G
*

"kenapa kamu menghilang kemarin Alvaro?! JAWAB SAYA!!" Pak Anton berteriak marah. Kini Alvaro berada di ruang olahraga.

"Saya ada urusan, Pak." Alvaro menjawab tenang. Tak merasa takut dengan tatapan intimidasi yang di keluarkan oleh Pak Anton.

"URUSAN APA?!!" Habis sudah kesabaran Pak Anton. Dia mengusap wajahnya kasar.

Pak Anton memegang kedua pundak Alvaro. Dia menghela napas gusar. "Kamu tau kan, turnamen kemarin itu penting sekali bagi sekolah kita? Sebagai kapten kamu harusnya bertanggung jawab, Alvaro!"

"Gara-gara kesalahan kamu sekolah kita gagal melaju ke tingkat nasional. Tim basket kita kalah. Kita kalah jumlah." Pak Anton masih sangat kesal tampaknya.

"Kepala sekolah marah besar kemarin. Bapak harap kamu belajar dari kesalahan. Tapi, sebaiknya  mulai sekarang, kamu mengundurkan diri saja dari Kapten. Saya juga sudah menemukan orang yang tepat untuk  menggantikan kamu. Sebagai hukumannya, kamu hanya di kenakkan skor tiga hari."

Pak Anton  menepuk pelan pundak Alvaro sekali lagi. Dia berlalu pergi meninggalkan Alvaro yang masih terpaku di tempatnya.

Alvaro menghela napas frustasi. "ARGHHH!!!"

Dia meninju dinding dengan sekuat tenaga.


~°∆°~

"WOII, BRO!!"

Januar melangkah lebar menyambut Alvaro yang baru saja keluar dari ruang olahraga. Di belakangnya, ada empat orang lelaki yang juga sedang berjalan ke arah Alvaro.

"Kusut amat muka lo, Al. Udah kayak kain jemuran belum di setrika aja." Ujar Januar.

Alvaro hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan temannya itu.

"Ikan koi mancing di kali
Yaudah kali, gak usah dipikirin lagi." Kata Danesh mengerti situasi.

Marcel merangkul Alvaro. "Pak Anton ngomong apa aja Al sama lo?"

"Gue di skors tiga hari. Gue~ ngundurin diri aja dari Kapten." Ucap Alvaro.

"Nggak-nggak!! Lo tetep Kapten basket SMA Jaya Bangsa!! Gue gak terima lo ngundurin diri!" Bantah Evan cepat. Yang lain sama menyetujui ucapan Evan.

"Gak bisa, Van. Sekarang udah beda. Lagian, Pak Anton juga udah dapet pengganti gue." Ujar Alvaro mencoba menjelaskan.

"Tapi, Al--"

"Udah, Van. Kalo itu keputusan Alvaro kita harus hargai." Ucap Langit menengahkan.

Marcel maju selangkah. "Iya, Van. Sebagai temen kita juga harus ngedukung Alvaro."

"Ck!" Evan berdecak sebal. "Bangke emang lo semua."

Kelima lelaki itu tertawa mendengar ucapan Evan.

"Nesh! Nesh!" Januar memanggil Danesh. Tapi Danesh tidak mendengar membuatnya kesal. "Et dah buset, budeg bener si Danesh. WOII BIJI KEMANGI!!" Teriak Januar kesal karena Danesh tak menyahut.

Best Friendship (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang