Can we hit 10+ voters everybody?
×
Rosé memunggungi Chanyeol, begitu pula sebaliknya. Terkadang mereka juga bertukar posisi, pistol di tangan mereka selalu digenggam erat, sama halnya dengan tingkat kewaspadaan yang berada di level tertinggi.
Jalanan terlihat sangat sepi, daerah ini memang termasuk perumahan yang tenang.
Benar, mereka memutar tujuan. Namjoon yang memberikan informasi tersebut, mereka akan menyusul begitu mendapat transportasi dan jalan keluar tentunya. Pasalnya, Lisa dan kawan-kawan terlambat beberapa menit menuju ke sana. Sehingga, SMA Gyeonju tidak lagi menjadi pilihan untuk tempat yang aman. Beruntungnya, perumahan tersebut berjarak tidak terlalu jauh dari SMA Hansung.
"Backup, aku akan ke sana," Rosé memberitahu Lisa---melalui walkie talkie---dan Chanyeol.
Lisa dan Chanyeol, mengeratkan genggaman mereka pada walkie talkie tersebut. Jantung mereka semua berpacu cepat, keringat dingin mulai membasahi pelipis. Rosé menurunkan senjatanya, begitu melihat Wendy.
"Wendy?" tanyanya memastikan.
"Tolong, jangan mendekat." lirihnya membuat Rosé diam terpaku.
"Biar kuperiksa." ujar Rosé sangat yakin jika Wendy tidak terinfeksi. Langkahnya semakin mendekat.
"Mereka menggigitku." Langkah Rosé terhenti.
"Di mana?"
Wendy menunjukkan bekas gigitan di lengan atasnya sebelah kanan. "Sejak kapan?"
"Kau harus berhenti berusaha."
Rosé tersenyum kecut, "Biar kulihat," Rosé mengarahkan tangannya ke bekas gigitan tersebut. Wendy langsung menjauh tentunya, "Aku tidak akan mengambil risiko lebih."
"Biarkan dia masuk." Jisoo bersuara dari walkie talkie Rosé.
Senyum lega menghias wajah Rosé, "Kau dengar?"
"Tidak, aku tidak percaya." Wendy bersikukuh. Rosé menghela napas heran.
"Sebaiknya kalian bergegas." Kali ini suara Jennie.
Rosé menarik tangan kiri Wendy. "Jangan memberontak." perintahnya. Wendy diam tak berkutik setelah mendengar suara dingin dan tajam Rosé.
Mereka sampai di dalam bus dengan selamat, Irene dan Seulgi berhamburan memeluk Wendy dengan mata berkaca-kaca. Setelah acara peluk-pelukan itu selesai. Wendy beralih menatap Jisoo---yang memasang senyum bak malaikat.
"Dari mana? Dari mana kau tahu soal itu?" tanya Wendy tak percaya.
"Lukamu?" pinta Jisoo.
Dengan segera, Wendy menjulurkan tangan kirinya. Jisoo menekan luka tersebut sehingga Wendy meringis kesakitan.
"Kau tahu?"
"Ini luka gores. Saat kau berlari mungkin saja tanganmu tersangkut di sebuah besi, dan karena kau panik, kau malah menariknya sekuat tenaga. Menimbulkan luka yang cukup dalam. Belum lagi ketika kau berlari, pasti ada banyak adegan mencium jalanan, sehingga lenganmu penuh dengan memar. Jadi, luka ini bukan bekas gigitan."
Penjelasan panjang Jisoo, disambut dengan tatapan ngeri Wendy dan kawan-kawan. Masalahnya, cara Jisoo menggambarkan luka di tangan Wendy sangatlah mengerikan. Bahkan Irene hampir menangis saking ngilunya.
"Sudah kan? Pertanyaanmu terjawab. Sekarang kita akan mencari rumah." lotong Lisa yang sudah turun dari atap.
Sekarang giliran Yoongi yang naik, dan Hoseok menggantikannya menyetir bus. Mereka berkendara menggunakan bus selama kurang lebih 5 menit. Karena setelah itu, Yoongi menemukan rumah yang pas untuk di huni mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
apocalypse; ㅡblckbgtn [END]
Fanfiction[ Thriller - Action ] Jisoo sudah pernah melihat kejadian ini dalam mimpinya, dan ia sungguh berharap bahwa kiamat zombi yang ia lihat hanyalah sebuah kesalahan. Namun jika benar itu terjadi, maka mereka semua harus bertahan hidup bagaimanapun caran...