twenty five

903 119 7
                                    

Lisa dan yang lainnya terus berlari menyelamatkan diri dari kejaran maut. Mereka melemparkan pandangan ke segala arah, mencoba mencari tempat yang sekiranya mampu melindungi mereka.

"Arah jam dua!" seru Rosé memberitahu. Tanpa banyak bicara, mereka mengalihkan tujuan mereka ke sebuah taman dengan gerbang setinggi dua setengah meter. Taman tersebut dibangun di atas tanah pribadi, sehingga hanya orang-orang dengan akses tertentu yang bisa masuk. Berhubung ini merupakan kunjungan pertama mereka ke kota Ansan, mereka tidak tahu tentang keamanan yang dipasang.

"Panjat saja gerbangnya!" seru Lisa frustrasi karena gerbang tersebut tidak mau terbuka walau mereka sudah menekan bel berkali-kali. Mereka menuruti perintah Lisa karena hanya itu satu-satunya pilihan jika mereka ingin selamat. Pagar tersebut terus bergoyang karena entakan yang diterimanya, namun mereka yang menghasilkan entakan tersebut tidak peduli dan terus memanjat.

Jungkook dan Jimin yang pertama mendarat di tanah seberang, lalu kekasih mereka, dan terakhir ada Kai. Mereka semua berhasil mendarat dengan selamat. Walau kaki terasa sakit, mereka tetap harus berlari melarikan diri. Zombi yang mengejar tentu tidak sedikit, sehingga masih ada kemungkinan mereka bisa menerobos masuk. Mereka terus berlari menjauh dari pagar pembatas, masuk jauh ke dalam taman.

Beberapa menit berselang, dan mereka tidak menemukan tanda-tanda kehadiran zombi di sekeliling mereka. Memutuskan untuk berhenti sebentar, mengembalikan siklus napas normal mereka, juga memupuk energi baru. Lisa sudah terduduk diam di atas rerumputan, begitu pula Rosé yang sibuk mengatur napas. Mereka semua beristirahat sejenak sembari memikirkan jalan pulang di dalam benak masing-masing.

Suasana saat itu benar-benar sunyi dan sepi. Sehingga suara sekecil apapun, dari jarak berapapun dapat didengar dengan jelas. Rosé yang duluan menangkap adanya suara langkah kaki juga dengung lebah percakapan yang terdengar sayup-sayup. Rosé bangkit dari duduknya, mempertajam indra pendengarannya agar ia bisa memastikan kebenaran di baliknya.

"Kau sudah mengosongkan vila ini, kan?"

"Kupastikan, tidak ada bukti yang tertinggal."

"Baiklah, apakah mobilnya sudah datang?"

"Terjadi sedikit masalah saat dalam perjalanan, gelombang seismik tadi membludak hingga 2,8% sehingga mereka terpaksa berhenti terlebih dahulu."

"Akan memakan waktu berapa lama?"

"Kurang lebih sepuluh menit lagi mereka akan tiba."

Setelah itu, percakapan terdengar semakin sayup dan akhirnya menghilang.

"Siapa mereka?" tanya Jimin penasaran.

"Penyintas pelaku kriminalitas." cemooh Lisa sembari tertawa sinis.

"Kau mengenalnya?" tanya Jungkook penasaran.

"Bisa dibilang begitu." jawab Lisa kemudian melirik ke arah Kai. Mereka yang menyadari ada keanehan menoleh ke arah Kai, bertanya-tanya apa yang telah terjadi sebelumnya.

"Lupakan. Kita masih harus mencari jalan keluar dari sini." sela Rosé sebelum terjadi sesuatu yang jauh lebih lagi.

Rosé merangkul Lisa pergi, "Kenapa kau berujar seperti itu?" bisiknya heran.

"Bukankah fakta harus segera diungkapkan?"

"Simpan saja dulu, jangan gegabah. Kau bisa menggunakannya di saat terdesak nanti." saran Rosé cukup masuk akal di telinga Lisa, sehingga gadis itu menyetujuinya tanpa berpikir dua kali. Ketiga pemuda yang berjalan di belakang mereka hanya diam, diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka mengendikkan bahunya tidak mengerti sama sekali, bahkan Kai juga ikut bingung. Kenapa dirinya di sangkut pautkan dengan percakapan orang tadi, ia memang sedikit familier dengan suara tersebut, hanya saja ia tidak mengerti kenapa.

Mereka terus berjalan, hingga akhirnya berdiri berhadapan dengan vila tingkat tiga. "Aku akan mengecek, apakah ada pintu belakang atau tidak." jelas Lisa kemudian menggandeng tangan Rosé.

"Aku ikut!" seru Jimin lalu berlari mengejar mereka. Jungkook tidak mau kalah sehingga ikut berlari, menyisakan Kai sendiri yang kebingungan di belakang.

"Siapa kau?"

Mereka sontak mengalihkan pandangan, dan mematung takut ketika melihat sebuah pistol tengah ditodongkan ke arah mereka. Keduanya buru-buru mengangkat tangan di atas udara.

"Penyintas, hanya penyintas biasa." jelas Kai cepat.

Orang itu melirik ke arah tangan Kai yang memegang sebuah pistol. "Jatuhkan senjatamu." Kai dengan segera melemparkan pistolnya, dan teman dari orang itu langsung mengambilnya.

"Kai?" Sang empunya menoleh secepat kilat begitu kembali mendengar suara familier itu.

"Paman?" balas Kai bingung.

"Kenapa kalian bisa tiba di sini?" tanyanya penasaran.

"Aku pergi bersama teman, hanya saja terpisah tadi." jawab Kai cepat.

"Kau ingin ikut denganku? Aku akan pergi ke Siheung." tawarnya ramah.

"Bolehkah?" tanya Kai sedikit ragu.

"Tentu saja, satu orang lagi tentu tidak masalah." jawabnya ringan.

"Bai---"

"Tunggu dulu!" seru Lisa tidak terima.

"Ada apa ini?" tanya Jimin heran.

"Kalian ingin ikut mereka?" tanya Jungkook bingung.

"Iya." jawab Kai pelan.

Rosé tertawa sinis kemudian tersenyum miring. "Silahkan, dasar tidak tahu terima kasih."

Lisa menggerutu kesal tidak terima, sama halnya dengan Jungkook juga Jimin yang tidak habis pikir. "Terserah kalian saja." ketus Jungkook tidak ingin ikut campur lagi, Jimin pun ikut mengangguk.

"Baiklah, saatnya mengucapkan selamat tinggal." ujar Seunghyun.

Lisa maju kemudian berbisik di telinga Kai, "Pamanmu itu terlibat dalam komplotan blackg. Mereka yang mensponsori pembuatan virus zombi, dan mereka dalang di balik semua kekacuan yang terjadi."

Lisa mundur selangkah setelah selesai, "Selamat tinggal."

Kai terlihat semakin ragu, namun sudah terlambat baginya untuk menolak ajakan tersebut. Sehingga ia hanya bisa diam menerima, hingga akhirnya mereka berlalu pergi.

"Shit! I fuck'in hate him! I mean, June, like what the fuck man? What's your problem? We saved you, and thats what we get in return? Fuck this shit! Gosh, I'm so pissed off right now!"

"Tenanglah, jangan terlalu sering menyumpah. Itu tidak baik." tegur Jimin lembut. Rosé menghela napas, mencoba menenangkan dirinya.

"Kau sudah memberitahunya kan?" tanya Rosé memastikan.

"Sudah." jawab Lisa singkat.

"Baiklah, saatnya kembali."

×
tbc

apocalypse; ㅡblckbgtn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang