Lisa berpindah haluan, ia tidak akan pergi ke gudang tanpa ransel abu-abu miliknya. Ia kembali menaiki tangga menuju kelas X-D, dimana segala macam alat untuk bertahan hidup disimpan di situ.
Begitu sampai di depan kelas, Lisa mengeluarkan kunci cadangan yang sebelumnya sempat ia ambil di Ruang Guru. Memilah-milah kunci, hingga menemukan yang tepat dan memasukkannya ke dalam lubang kunci tersebut. Setelah berhasil di buka, tangan sebelah kiri Lisa menarik gagang pintunya. Tangan sebelah kanannya memegang pistol, karena lebih ampuh jika terjadi serangan mendadak.
"GHUARR!!"
DOR!
Lisa berhasil menumbangkan satu dengan pistolnya, dimana Lisa tidak tahu jika ada lebih dari satu di dalam kelas tersebut.
Lisa menghembuskan napas, ia pasti bisa.
DOR! DOR!
Tumbang dua, dan muncul tiga lagi.
DOR!
Lisa menembak ke belakang, dimana ada lebih dari satu zombi yang menerobos masuk ke dalam kelas karena bunyi tembakan Lisa yang memekakkan telinga siapa saja.
Kali ini Lisa terdesak, depan dan belakang akan menyerangnya secara agresif dan dalam hitungan detik ia tidak akan selamat. Lisa menyimpan pistolnya dan mengganti dengan dua bilah pisau, ia menancapkan tepat di tengah kepala zombi yang berada di depannya. Melesat dengan lincah untuk mengambil ransel abu-abu miliknya. Kali ini sungguh ia sangat amat terdesak, karena zombi tersebut semakin banyak yang datang dan berjalan ke arahnya.
Lisa naik ke atas meja tersebut, melempar kotak P3K ke arah papan tulis hingga menghasilkan bunyi yang amat nyaring. Berhasil! Zombi tersebut berbalik arah, satu-satunya kesempatan Lisa untuk kabur dari kepungan zombi.
Lisa turun secara perlahan, dan melarikan diri dari kelas X-D, setelah sebelumnya mengunci pintu tersebut agar mereka tidak bisa keluar. Kemudian, ia berlari dengan kecepatan penuh menuju ruang musik.
"Seulgi, buka pintunya." perintah Lisa dengan suara biasa, tidak berteriak panik ataupun berbisik ketakutan.
Pintu terbuka, Lisa menerobos masuk. Jatuh terduduk berusaha mengambil napas. "Lisa!" Pekik Jisoo senang.
Lisa menoleh kaget. "Syukurlah. Apakah Jennie juga di sini?" tanya Lisa dengan napas sedikit tersengal akibat berlari.
"Jennie belum datang." jawab June singkat.
"Seulgi dimana? Kenapa kalian bisa di sini? Bagaimana dengan yang lain?" tanya Lisa bertubi-tubi.
"Seulgi, Irene, Kai dan Sehun pergi ke gudang belakang. Membujuk Joy, Yeri dan Wendy agar ikut ke sini." jelas Rosé singkat, padat juga jelas.
"Benar-benar merepotkan." tutur Lisa pelan.
Tidak bermaksud menyinggung, tapi Lisa merasa bertanggung jawab. Sama halnya seperti apa yang dirasakan Rosé dan Jisoo sebelumnya, mungkin juga Jennie merasa demikian.
×
Pintu gudang didorong perlahan oleh Jennie, memastikan jika Jisoo dan Rosé masih di dalam, dan bukan mahluk itu.
"Kalian?" tanya Jennie bingung sekaligus terkejut.
Jennie menutup pintu perlahan, "Kenapa di sini? Lebih baik ke ruang musik, disana lebih aman." jelas Jennie terlihat sedikit khawatir.
"Kami di sini saja, jauh lebih aman daripada di ruang musik." jawab Joy pelan.
Benar, di situ ada lima gadis duduk berdiam diri tidak tahu harus berbuat apa. "Jisoo dan Rosé dimana?" tanya Jennie langsung pada intinya.
"Keluar, bersama laki-laki lainnya." jawab Yeri terdengar sedikit ambigu di telinga mereka semua.
"Kalian tidak mau ikut?" tanya Jennie memastikan. Mereka menggelengkan kepala, terkecuali Seulgi dan Irene.
"Tidak berniat memisahkan kalian atau menghancurkan pertemanan. Tapi yang ingin ikut, sebaiknya bergegas. Ini kesempatan terakhir untuk kabur dari sekolah, sebelum tempat ini dipenuhi lebih banyak zombi yang nantinya akan berjatuhan dari pesawat militer."
Jennie berhasil memecahkan masalahnya, sebenarnya tidak juga karena itu hanya teori saja. Tapi mereka berlima sudah tahu faktanya dari Kwon Jiyong tadi, bahwa SMA Hansung akan dijadikan target berkumpulnya para zombi.
"Waktu kita tidak banyak, tersisa kurang lebih satu jam menurut perkiraanku." jelas Jennie mendesak mereka untuk membuat keputusan.
Irene dan Seulgi berdiri, "Ayolah, kita tidak akan bertahan sampai malam." bujuk Seulgi untuk kesekian kalinya hari ini.
Mereka menggeleng takut, Irene memeluk mereka satu-persatu untuk yang terakhir kalinya. "Maafkan aku."
Mereka tertunduk sedih, perbedaan pendapat yang justru berujung maut.
×
"Kalian membawa ponsel?" tanya Lisa pada mereka yang di dalam ruangan.
Chanyeol menyodorkan ponsel miliknya. "Aku pinjam sebentar." izin Lisa pada pemiliknya, dan hanya dibalas dengan anggukan setuju
Lisa mengetikan digit nomor yang akan ditujunya. "Lisa!" pekik orang diseberang begitu panggilan mereka terhubung.
"Iya, aku tahu. Kami akan segera ke sana, dan mungkin akan membawa beberapa teman yang lain. Kalian tak keberatan bukan?" jawab Lisa sekaligus menjelaskan keadaan mereka.
"Siapa saja? Namjoon tidak akan pernah membiarkan banyak orang ikut, kau tahu sendiri betapa perhitungannya dia."
Lisa tertawa pelan. "Biar aku yang bicara dengannya." pinta Lisa, hening sebentar hingga pada akhirnya Namjoon mengambil alih telepon tersebut.
"Berapa orang?" tanya Namjoon to the point.
"Sepuluh orang lebih, mungkin." jawab Lisa santai sembari mengedikkan bahunya acuh tak acuh.
"Lisa, empat orang saja sudah banyak. Apalagi sepuluh?" tanya Namjoon tak habis pikir.
"Namjoon, aku tidak sejahat itu untuk meninggalkan teman-temanku sendiri di sekolah ini. Apalagi jika tempat ini akan dijadikan penjara bagi mereka."
Hening seketika, Chanyeol dan Baekhyun saling melempar pandangan. Jisoo dan Rosé hanya bisa menghela napas pasrah, mereka menyerahkan seluruhnya pada Lisa. Lagipula hanya Lisa seorang yang bisa meluluhkan hati Namjoon---dengan gaya bicaranya yang sarkastik, juga penuh perasaan maupun logika---sehingga ia tidak bisa membantah.
"Ya sudah, terserah kau saja. Jangan salahkan aku bila mereka mati kelaparan, dan berangkatlah sekarang, aku tidak ingin kalian terlambat. Lima menit lagi countdown penjara akan segera di mulai." jelas Namjoon yang pada akhirnya mengalah.
Lisa tersenyum tipis. "Baiklah, kami akan segera bersiap."
Sambunganpun terputus.
"Kita harus bergegas." Lisa kembali menggendong ranselnya. "Ku pegang sebentar." ujar Lisa pada Chanyeol yang hanya bisa mengangguk pasrah.
Lisa sekali lagi memasukan digit nomor orang yang ditujunya. "Kumpul depan gerbang, sekarang." ujar Lisa, setelah itu sambungan kembali terputus.
×
and i oop—the game is begin
KAMU SEDANG MEMBACA
apocalypse; ㅡblckbgtn [END]
Fanfiction[ Thriller - Action ] Jisoo sudah pernah melihat kejadian ini dalam mimpinya, dan ia sungguh berharap bahwa kiamat zombi yang ia lihat hanyalah sebuah kesalahan. Namun jika benar itu terjadi, maka mereka semua harus bertahan hidup bagaimanapun caran...