fourteen

1.2K 148 19
                                    

"Namjoon." panggil Jennie terlihat sangat serius, membuat sang empunya menyahut dengan nada ikut serius pula.

"Kenapa?"

"Apakah ada kemungkinan jika semua yang terjadi di sini merupakan suatu hal yang disengaja?" tanya Jennie kelewat penasaran.

"Tentu saja, menurutku. Kalau kau ingin contoh konspirasi yang keren, yah ... uji coba bahan-bahan kimia yang membawa malapetaka ketika bocor."

"Lebih dari itu," Lisa bersuara. "Di sekolah tadi, aku menemukan tasku berada di kelas D, bersama kotak P3K dan beberapa makanan. Belum lagi, kelas itu dikunci dengan zombi di dalamnya. Bukankah itu berarti ada yang melakukannya dengan sengaja?"

"Maksudmu, ini bukan sekadar kebocoran yang tidak disengaja. Melainkan sesuatu yang memang direncanakan, iya begitu?" respon Namjoon memastikan pendapat Lisa satu jalur dengan apa yang ditangkapnya.

Lisa mengangguk membenarkan. Mereka semua terdiam nampak berpikir, hingga akhirnya Jisoo bersuara. "Uh ... sepertinya kita harus pindah tempat." ujarnya pelan.

Mereka semua mengalihkan pandangan, menjadikan Jisoo pusat perhatian seketika itu juga. "Zombinya tertarik dengan satu hal yang aku sendiri tidak tahu pasti, dan hal itu ada di sini. Tepat di sini." Jisoo mengarahkan jari telunjuknya tepat di lantai yang mereka pijak.

"Tunggu ... maksudmu mereka tertarik di sini? Bukankah tadi kau bilang di rumah sebelah?" tanya Seulgi heran.

"Tadinya iya, tapi sekarang mereka ke sini."

Namjoon menghela napas kasar. "Kemasi barang-barang kalian. Kita pergi."

"Hari sudah gelap, tidak bisakah kita tinggal sampai besok?" tanya Baekhyun terlihat lelah.

Lisa dan kawan-kawan ingin sekali menamparnya. Kerjaan Baekhyun dan yang lainnya sedari tadi hanya berlindung di punggung mereka, bukankah seharusnya mereka yang lelah? Kenapa malah mengeluh begitu?

"Jika kau ingin mati, silahkan." Jennie berujar sarkastis.

Baekhyun langsung membungkam mulutnya. Kemudian tanpa banyak tingkah lagi, mereka semua mulai mengemasi barang-barang yang sekira butuh di bawa. Hingga kehadiran empat orang yang turun dari lantai atas menginterupsi kegiatan mereka.

"Eh? Kita sudah akan pergi?" tanya Hanbin bingung.

Bobby memajukan bibirnya. "Membujuk mereka berdua susah sekali, dan setelah berhasil malah sudah harus pergi."

"Baguslah kalau begitu." Hoseok menjawab dengan senyum meriah.

Keempat orang yang baru saja datang, langsung bergabung dalam lingkaran. Kedua anak itu hanya diam tak berniat untuk bersuara.

"Siapa namamu?" tanya Wendy ramah, ia gemas sekali melihat kedua anak kecil itu.

"Kata Mama dan Papa, tidak boleh memberi tahukan nama ke orang asing." jawab sang kakak.

"Kalau begitu mari berkenalan," Wendy tersenyum manis. Ia mulai menyebutkan nama mereka semua dibarengi dengan jari telunjuknya yang terangkat ke arah orang yang disebutnya.

"Aku Heejin, dan ini adikku Sera." Heejin berujar.

Wendy tepuk tangan senang. "Kalau begini kan jadi gampang. Berapa umur kalian?"

Sera melompat girang dengan tangan mengacung ke atas. Mereka semua tersenyum gemas melihat tingkahnya itu. "Umurku tujuh tahun bulan depan." jawabnya antusias.

"Oh ya? Tanggal berapakah itu?" tanya Jisoo yang ikut-ikutan berjongkok di hadapan mereka.

"Tanggal lima belas nanti. Kakak-kakak harus bantu merayakannya ya!" Jisoo mengelus kepala Sera lembut, memasang senyum termanisnya yang sanggup memukau mereka yang jarang melihat itu.

apocalypse; ㅡblckbgtn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang