Double up! Dalam rangka hiatusku selama satu minggu ke depan. Kepalaku rasanya mau pecah karena ada banyak hal yang harus dikerjakan dalam waktu bersamaan, belum lagi aku ini orangnya pemalas jadi tambah pusing.
Tugas sekolah masih ada dan ini udah sebelas-duabelas kayak bikin skripsi, bedanya lebih disesuaikan sama umurku yang masih fourteen. Belum lagi dengan cerita di lapak sebelah yang harus kuurus.
Jadi kemungkinan besar, setelah hiatusku nanti. Cerita ini akan up kurang lebih satu atau dua kali seminggu, tergantung otak juga sih. Tapi mohon pengertiannya, aku cinta kalian!
Terima kasih sudah membaca sejauh ini, dan maaf kalau aku sering banget buat kalian menunggu bersama ketidak sabaran yang berkoar-koar dalam jiwa.
Salam hangat dan kecup manja dari aku!
×
Namjoon menghela napas gusar. Ini yang sedari tadi ia khawatirkan. Zombi kecil yang datang dari TK Hyejong yang terletak persis di seberang gerbang masuk perumahan mereka saat ini. Awalnya ia tidak terlalu ambil pusing, toh pagarnya cukup tinggi untuk anak-anak seumuran mereka. Namun, lagi-lagi kenyataan pahit harus diterima ketika sadar mereka ini bukan lagi anak-anak lugu nan menggemaskan. Mereka sekarang hanyalah mayat hidup lapar nan menjijikkan.
Namjoon menatap kelompok yang tersisa.
"Kau di mana?" tanya Namjoon akhirnya.
"Bahkan belum setengah jalan, kami baru beberapa langkah di depan bus kalian. Coba bayangkan sejauh apa jaraknya." Lisa terdengar seperti melebih-lebihkan keadaan di seberang.
"Ai! Namjoon sudahlah, keluar saja kalian semua. Tidak berguna jika satu persatu seperti ini. Kami kalah jumlah kalau hanya berlima." protes Lisa.
Namjoon mendengkus kesal, Lisa itu sudah seperti adiknya sendiri, tapi malah memperlakukannya semena-mena. "Mereka kalah tenaga kalau dengan kalian."
"Ralat. Kalah jumlah kalau hanya aku dan Jungkook yang bergerak maju!" Namjoon terdiam kali ini.
"Kelompok Jennie akan menyusul kalian." Namjoon berujar sebelum memutuskan sambungan.
Jennie yang tahu harus berbuat apa, langsung berjalan keluar diikuti teman satu kelompoknya.
Begitu mereka keluar, pemandangan mengerikan menyapa. Mereka dapat melihat dengan jelas bagaimana Lisa dan Jungkook berusaha menahan mereka selagi Hanbin dan dua orang lainnya mencoba untuk kembali ke bus. Jennie yang terlanjur kesal dengan mereka tentu saja marah, prasangka buruk terhadap mereka seolah menjadi bahan bakarnya untuk membantai habis anak-anak menyebalkan itu.
Mereka bertiga langsung menyusul ke sana, Jennie menerjang mereka tanpa ampun dibantu kekasih dan sepupunya. Sedangkan Irene dan Seulgi berdiri diam di depan pintu, pandangan mereka masing-masing menghindar, enggan menyaksikan adegan mengerikan yang tengah berlangsung di hadapan mereka. Tidak sadar, justru para zombi lebih tertarik untuk pergi ke arah mereka.
Yoongi yang sadar jumlah mereka semakin berkurang---dalam artian yang aneh---, menoleh mencoba mencari ke arah mana mereka pergi. Teriakan kaget Irene dan Seulgi tentu saja menarik perhatian mereka.
Lisa yang sudah muak berurusan dengan mereka tanpa suara, memutuskan untuk menembakkan peluru pada mereka yang semakin dekat dengan kedua temannya itu. Suara nyaring tembakan menarik perhatian beberapa dari mereka, tapi sedetik kemudian mereka tidak lagi tertarik dan lebih memilih mendekat ke arah Irene dan Seulgi.
Kenyataan bahwa Seulgi tidak begitu menarik bagi mereka. Membuatnya menjadi sasaran empuk, Seulgi di tarik begitu saja membuat Irene berteriak panik. Lisa sudah menembakkan pelurunya tepat pada lengan zombi itu. Tapi apalah daya, mereka terlalu banyak sehingga peluru Lisa sudah habis duluan sebelum berhasil membereskan mereka semua. Irene menangis melihat tubuh Seulgi terkulai lemas di sampingnya.
Keempat orang tersebut menyaksikan tanpa banyak komentar. "Hei! Kenapa kau tidak masuk saja ke dalam rumah? Kunci pintunya. Kami akan duluan masuk ke dalam bus, kau ikut saja dengan Namjoon!" Jennie bersuara lantang.
Irene mengangguk tanpa pikir panjang, ia segera masuk dan mengunci pintu. Mengucapkan beribu-ribu kata maaf kepada Seulgi yang perlahan bangkit dan bertingkah layaknya mereka. Agak mengejutkan karena setelahnya, kebanyakan dari mereka memilih bubar dan beberapa malah menggedor pintu, bersikeras ingin masuk.
"Sudah, ayo kembali." ajak Lisa yang malas berlama-lama di luar, apalagi udara dingin sedari tadi terasa menusuk kulit. Hidungnya mulai memerah, ia butuh tisu sekarang.
Jungkook yang sadar, langsung merangkul Lisa dan menggenggam jemarinya erat. Ketiga manusia lainnya hanya bisa mendengkus kesal melihat adegan tidak senonoh seperti itu.
"Hei, kalian bertiga tidak ingin berdamai sekarang? Mumpung keadaan sedang tenteram." Lisa berujar didukung oleh gelak tawa kurang ajar dari mulut Jungkook.
Jennie menghela napas panjang, ia tahu sebenarnya Lisa serius dengan ucapannya. Hanya saja ... tingkah Jungkook menyebalkan sekali, membuatnya malas.
"Yoongi." Taehyung memanggil, sedangkan yang dipanggil hanya bergumam tidak jelas. Jennie melirik mereka berdua.
"Maaf sudah merahasiakannya darimu." tutur Taehyung pelan.
Yoongi tidak menanggapi apapun, seolah menunggu Jennie turun tangan langsung. Gadis itu mengerti, sekali malah.
Menghirup napas kemudian mengembuskannya. "Maafkan aku sudah mendorongmu waktu itu. Aku mengerti maksudmu baik, hanya saja keadaan waktu itu sedang tidak pas dan kepalaku belum benar-benar dingin. Terserah mau dimaafkan atau tidak, aku tak akan memaksa."
Keheningan menyelimuti mereka hingga berhasil masuk ke dalam bus. Hawa yang ditebarkan oleh Yoongi dan Jennie sangat tidak enak. Taehyung memilih menjauh, membiarkan kedua sepupu itu membereskan masalah mereka lebih dalam, lagipula ia sudah meminta maaf sebelumnya.
Yoongi berjalan kemudian duduk di bangku paling belakang. Jennie mengekor lalu duduk di sampingnya. Yoongi membuang muka, maka Jennie sebaliknya. Ia menatap Yoongi dalam diam, tidak ingin memulai pembicaraan. Yoongi lama-lama risih dengan tatapan Jennie yang menghunusnya bak pedang.
"Kenapa?" tanyanya ketus tanpa mengalihkan pandangan.
Jennie tetap menatapnya tanpa ada niatan untuk menjawab. Yoongi mendengkus kesal, lalu menoleh.
"Kata Ibu, kita tidak boleh bertengkar lebih dari tiga hari, Yoongi."
"Kalau begitu, seharusnya kau sadar sejak dua hari yang lalu." komentar Yoongi kesal.
"Hei, kau tahu sendiri aku sedang sibuk saat itu."
"Sibuk dengan apa? Berkencan dengan Taehyung?" tanya Yoongi dengan senyum mengejek.
Jennie mencoba menahan amarahnya. "Aku sengaja merahasiakan hubunganku dengannya. Aku hanya tidak ingin kau beranggapan buruk tentangku, menganggapku sedang tarik ulur dengan Taehyung disaat perasaanku padanya itu serius.
Yoongi, dulu aku memang gadis sialan, mematahkan hati ratusan pria di luar sana. Tapi Taehyung temanmu dan kau sepupuku, kau kira aku berani melihat seperti apa bentukmu ketika murka nanti?
Ayolah, Taehyung dan aku saling menyukai. Restumu ini sebenarnya tidak begitu berguna, tapi aku tetap membutuhkannya."
Yoongi hanya diam, mengurungkan niatnya untuk merespon penuturan Jennie.
Hening menyelimuti. Jungkook yang sudah mendapat konfirmasi dari Namjoon langsung menjalankan bus, pergi meninggalkan kota. Tujuan mereka sekarang adalah ke Ansan yang berjarak sekitar dua puluh satu kilometer dari Seoul. Mereka tidak tahu apa-apa soal kota itu, tapi pada akhirnya hanya bisa setuju dengan usulan Namjoon--karena apa yang dikatakannya, itulah pilihan yang terbaik.
×
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
apocalypse; ㅡblckbgtn [END]
Fanfiction[ Thriller - Action ] Jisoo sudah pernah melihat kejadian ini dalam mimpinya, dan ia sungguh berharap bahwa kiamat zombi yang ia lihat hanyalah sebuah kesalahan. Namun jika benar itu terjadi, maka mereka semua harus bertahan hidup bagaimanapun caran...