seventeen

1.1K 138 20
                                    

MAAF, LAMA. IYA AKU TAHU, SEMINGGU ITU LAMA.

Tapi sepertinya, akan terus seperti itu. Karena akhir-akhir ini aku sering terlalu memaksakan diri untuk menulis. Bahkan jerawat nambah banyak terus susah sembuh, padahal aku dah jaga jam tidur. Syalan memang.

Ya, tapi pokoknya. Aku akan secepatnya up kalaw partnya udah tersedia. Sayang klean! Makasih dukungannya! Lov👾🖤

×

Fajar menyingsing, semuanya terasa asing. Jalanan sepi, bagaikan mimpi. Kekacauan di mana-mana, dan tidak ada yang bisa menebak siapa biang di baliknya.

Jisoo berkali-kali menghela napas, Jin yang duduk di sampingnya, lama-lama tidak tahan mendengar itu. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya dengan lembut. "Ada masalah?"

"Tentu saja ada."

"Kenapa? Kau merasa bersalah?"

"Mungkin, entahlah. Perasaannya sulit untuk digambarkan."

"Kau ingin aku menggambarkannya untukmu?" tawar Jin membuat Jisoo mendelik.

"Kak Jisoo!" Heejin memanggil.

Jisoo menoleh, memamerkan senyum terbaik. Heejin berhasil membuat suasana hatinya membaik, dan Jin tidak suka itu.

"Ada apa, hm?"

"Kak Namjoon memanggilmu." jawabnya kemudian berbalik pergi, menghampiri Hoseok. Keduanya terlihat sedang bercanda tawa.

"Kau ingin kutemani?" tawar Jin.

"Tentunya."

Mereka berdua berjalan beriringan menghampiri Namjoon yang duduk di belakang kursi kemudi. Nampaknya, pria itu sedang sibuk dengan ponsel di genggamannya.

"Kenapa?" tanya Jisoo langsung ke intinya.

Namjoon menoleh, sedikit kaget dengan kehadiran dua orang itu yang terkesan tiba-tiba. "Oh, kalian berdua seperti hantu saja."

Jisoo memutar bola matanya malas, berbeda dengan Jin yang terkekeh pelan. Selera humor mereka memang agak bertolak belakang.

"Terkait penghilatanku?" tanya Jisoo memastikan.

Namjoon mengangguk, kemudian ia menyodorkan ponsel pintarnya. Tampilannya berbeda, terlihat sangat asing di mata Jisoo. Butuh waktu sedikit lama baginya untuk sadar ... Namjoon telah membobol masuk ke dalam sistem militer. Sistem yang menyimpan informasi rahasia negara. Jisoo menatap Namjoon seram sendiri.

"Ada apa dengan ini?" tanya Jisoo masih belum mengerti sepenuhnya.

"Informasi soal vaksin percobaan untuk chronic wasting disease, atau bahasa mudahnya. Zombi rusa."

"Ah ... begitu rupanya. Lalu? Bukankah penyakit itu ada di Amerika Serikat? Dan lagi, bukankah ini sesuatu yang direncanakan? Jika memang begitu, kenapa malah asalnya dari vaksin percobaan penyakit?" Jisoo menyerang dengan pertanyaan.

"Benar, tapi, coba kau baca siapa ilmuwan yang terlibat."

Jisoo langsung mengalihkan perhatiannya. Terkesiap, mulutnya terbuka, telapak tangannya buru-buru menutup mulut. "Oh, astaga."

"Ini benar? Kau yakin?" Namjoon mengangguk mantap.

"Kenapa?" tanya Jin yang tiba-tiba muncul, ia ikut mengintip layar.

"Eh? Bukankah itu guru kimia sekolahmu? Siapa namanya? Pak Seunghyun, 'kan?" seruan Jin menarik perhatian. Terutama murid sekolah Hansung.

Bobby melirik lewat kaca spion. Berusaha fokus mengemudi walau perhatiannya berhasil disita oleh pertanyaan Jin. Ah ... seharusnya tadi ia berganti dengan Hoseok sedikit lebih lama, supaya bisa ikut mendengarkan.

apocalypse; ㅡblckbgtn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang