T W || • 13

1.2K 117 79
                                    

-o0o-

"Tunggu sebentar"

Yein menuruni tangga dengan cepat sambil mengeratkan tali kimono-nya. Ia kesiangan hari ini dan bel di depan rumahnya sudah berbunyi. Entah siapa yang bertamu kali ini.

Ia mengernyit saat melihat layar intercom. Seorang perempuan berambut pendek sedang berdiri disana sambil menghadap belakang.

Seketika perasaannya gelisah, bukan bermaksud apapun. Tapi ia sedang sendirian di rumah sekarang. Pekerja yang ia sewa sedang libur hari ini karena weekend.

"Selamat pagi?"

Perempuan di depan sana langsung berbalik dan berjalan ke hadapannya.

"Selamat pagi, Nyonya" ucapnya sambil membungkuk singkat.

"Ada apa?"

"Ah, iya. Aku penghuni baru UN Village, rumahku di sebelah sana" tunjuknya pada arah rumahnya.

Yein mengangguk, dalam hati bertanya tanya apakah UN Village ini adalah nama perumahan tempat ia tinggal. Pasalnya, suaminya tidak memberi tahu apapun tentang tempat ini dan ia juga yang tidak mencari tahu.

"Aku Yeeun, aku dan suamiku baru pindah kemarin malam. Jadi baru bisa menyapa tetangga pagi ini."

Yeeun tampak menyerahkan sesuatu kepadanya "Ini, aku membawakan macaron untukmu. Memang tidak seberapa, tapi kuharap kita bisa menjadi tetangga yang baik" ucapnya sambil tersenyum.

"Seharusnya kau tidak perlu repot seperti ini."

Yeeun menggeleng dan kembali menyodorkan barang bawaannya, memaksa Yein untuk mengambil buah tangannya.

"Uhm.. Nyonya, siapa namamu?"

Yein mengerjap, karena terlalu fokus dengan pikirannya sendiri ia sampai lupa untuk mengenalkan dirinya sendiri.

"Aku Yein, Jeon Yein. Aku dan suamiku pindah kesini sekitar 3 atau 4 bulan yang lalu. Entahlah aku juga sudah lupa" ucapnya sambil tersenyum.

Semoga setelah ini tidak ada yang gosip tentangnya yang tidak tidak. Pertama, karena ia tidak berkeliling seperti Yeeun untuk menyapa tetangga. Kedua, karena ia tidak pernah keluar rumah jika tidak diperlukan. Semoga penghuni di sini tidak menganggap-nya sombong nanti.

"Ah, senang bertemu denganmu Nyonya Jeon. Tetangga bilang sulit untuk bertemu denganmu karena kau jarang bersosialisasi dengan mereka."

Yein tersenyum satu sudut "Aku membatasi kegiatanku."

"Begitukah? Bukan karena kau merasa dirimu paling tinggi disini?"

Yein mengerutkan keningnya, apakah sopan tetangga baru berkata seperti itu.

"Kau punya masalah denganku?"

"Sama sekali tidak Nyonya, aku hanya sekedar bertanya, tetangga bilang begitu padaku"

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?"

Yeeun tampak terkejut dengan perubahan nada suaranya, wanita berambut pendek itu tampak mengigit bibir bawahnya pelan.

"Maafkan aku Nyonya, ku pikir kata kataku sudah keterlaluan." ucapnya lagi sambil menunduk.

"Tidak masalah. Sudah selesai?" Entah kenapa, nada suaranya berubah ketus sekarang. Ia tau ini terkesan tidak sopan tapi saat mendengar Yeeun yang mengatakan dirinya merasa paling tinggi dari yang lain membuatnya kesal bukan main.

"Ya. Maafkan aku jika bicara terlalu lancang. Sampai jumpa nanti" ucap Yeeun dan berbalik, menuruni tangga dan berlalu pergi.

Yein menghela nafasnya, ia menatap kotak macarons itu sejenak dan membawanya masuk ke dalam.

This WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang